Kali ini saya ingin bercerita sedikit mengenai LDR. Bukan long distance relationship lho ya, melainkan let-down reflex atau istilah lainnya milk ejection reflex (MER).
Pernah nggak Bunda-bunda ketika sedang menyusui atau memompa/memerah ASI, sedang merasa bahagia, sedang teringat akan si buah hati yang lagi jauh, atau kadang-kadang tanpa penyebab yang jelas, kemudian kedua payudara terasa mengencang diikuti dengan merembesnya ASI keluar, bahkan kadang sampai mancur-mancur? Nah, inilah yang dinamakan dengan let-down reflex.
Yang berperan dalam terjadinya LDR ini adalah hormon oksitosin. Biasanya, LDR mulai dialami pada hari pertama hingga kelima setelah kelahiran bayi. Isapan bayi adalah salah satu hal paling ampuh untuk mendatangkan LDR. Perhatikan nggak kalau di awal biasanya bayi mengisap dengan ritme cepat-pendek, lalu setelah LDR berubah menjadi lebih lambat dan panjang?
Banyak yang mengira bahwa ketika LDR itulah ASI diproduksi sebanyak-banyaknya. Namun, sebetulnya LDR kalau diibaratkan pengiriman paket lebih mendekati ‘kiriman kilat khusus’ daripada produksi ngebut. Sebab, sebetulnya ASI setiap saat diproduksi di payudara, dan banyak sedikitnya tergantung pada permintaan dibantu dengan pikiran positif. LDR membantu perjalanan ASI yang terletak di bagian dalam payudara agar lebih cepat sampai ke luar.
Memang tidak semua bunda bisa merasakannya, karena terkadang sensasi yang ditimbulkannya amat samar. Jadi, tidak pernah merasakan LDR bukan berarti Bunda memang tidak pernah mengalami LDR, lho.
Di sisi lain, ada juga bunda-bunda yang merasakan sensasi LDR ini amat menyakitkan, secara fisik maupun psikis. Ada yang payudaranya terasa seperti ditusuk-tusuk, perut mual, pusing/melayang, atau secara emosional merasa sedih tiba-tiba (yang ini diistilahkan sebagai dysphoric MER). Sebagian ibu yang lain merasakan gatal pada bagian payudara dan/atau ketiak ketika LDR sedang terjadi, diduga hal ini disebabkan oleh aliran darah yang meningkat atau sebagai respons atas pelepasan hormon oksitosin.
Ketidaknyamanan lain yang dirasakan berkaitan dengan LDR adalah mengucurnya ASI yang begitu deras. Kadang rembesan ASI yang membasahi bra kemudian baju bikin risih, ya. Untuk mengatasinya, Bunda bisa memasang breastpad alias bantalan khusus payudara.
Ada breastpad yang sekali pakai (ditempelkan dengan perekat ke bra seperti pembalut), ada yang bisa dicuci kemudian dipakai ulang (bermerek maupun buatan sendiri, misalnya dari sapu tangan), ada juga yang berupa kantong atau cangkang dari bahan plastik dan/atau silikon untuk menampung rembesan ASI (kemudian bisa disimpan sebagai stok asal tidak terlalu lama jangka waktunya ketika menempel).
Masalah berikutnya yang berpotensi mengganggu adalah tersedaknya bayi atau bayi kesulitan menyusu akibat aliran ASI yang terlalu deras ketika LDR ini. Bahkan bisa jadi ada bayi yang “trauma” akibat terkena semburan ASI yang membuatnya kewalahan, tetapi hal ini bisa ditangani agar tidak berlanjut.
Nah, walaupun kadang-kadang LDR ini dirasa mengganggu, tetapi bagi banyak bunda lainnya si LDR malah ditunggu. LDR seringkali meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, bahwa ASI-nya ‘masih banyak’ (meskipun tidak merasakan LDR sebetulnya bukan berarti ASI sedikit). Bagi bunda yang memerah atau memompa ASI, LDR bahkan sering dipancing dengan sengaja untuk mempercepat sesi perah.
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengundang LDR? Berikut di antaranya:
- Lihat foto bayi, putar video bayi (konon video saat bayi rewel minta nenen paling ampuh), bawa baju bayi bekas pakai untuk dicium aromanya (jangan yang pesing yaa :p ), bayangkan sedang berada di dekat bayi.
- Jika memakai alat (breastpump), maksimalkan fitur yang ada. Ada merk tertentu yang tuasnya bisa diputar untuk menghasilkan ritme isapan pendek-pendek terlebih dahulu menyerupai isapan bayi di awal menyusu, setelah LDR baru putar lagi ke tuas panjang. Pada pompa elektrik biasanya setel dulu di ritme pendek-pendek cepat. Bila pada pompa ASI yang dimiliki tidak ada fitur ini, bisa tirukan saja pola tersebut secara manual.
- Stimulasi fisik dengan cara mengusap-usap puting.
- Rileks, pejamkan mata, dengar musik favorit/ayat suci, bayangkan air terjun yang mengalir.
- Lakukan hal-hal yang menyenangkan Bunda, bisa makan makanan favorit, lakukan hobi dst, karena mood happy bisa memicu datangnya LDR.
- Latih otak untuk mengenali hal yang bisa diasosiasikan dengan LDR, misalnya ketika merasa LDR (dan sedang tidak berkesempatan memerah) Bunda segera minum, jika dirutinkan maka tindakan tersebut akan dihubungkan dengan LDR. Berikutnya Bunda tinggal melakukan kebiasaan tersebut untuk mendatangkan LDR.
sebagian sumber: http://birth.com.au, http://lalecheleague.org, kellymom.