“Maka dari itu, kita perlu menyusun perencanaan konten dengan baik agar …..” Suara saya mendadak terhenti. Otak saya macet. Dengan gugup, saya memindahkan mikrofon ke tangan kiri. Agar apa, ya? Agar berhasil? Terlalu sederhana sepertinya. Agar banyak yang like dan comment? Entahlah, rasanya buntu. Saya menghela napas lalu memutuskan untuk langsung lanjut saja ke halaman berikutnya.
“Ya, itu tadi hal yang harus dilakukan ya, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Berikutnya dalam perencanaan konten kita harus mengingat ….” Sesi saya teruskan dengan membacakan poin demi poin yang muncul di layar besar di sebelah.

Menjadi narasumber di acara kantor
Satu pekan terakhir ini sungguh tidak biasa bagi saya. Empat kali saya perlu tampil berbicara di depan umum, meskipun tiga di antaranya dilakukan secara daring. Saya, yang sebenarnya lebih suka mengungkapkan apa pun lewat tulisan, dari dulu selalu gemetar kalau sudah harus melakukan public speaking. Sebisa mungkin saya berusaha mengalihkan agar teman lain saja yang dijadikan pembicara, host, atau sejenisnya. Pada satu-satunya sesi luring dari empat acara seminggu ini, tepatnya yang baru saja berlangsung kemarin sore, kegugupan saya mencapai puncaknya sebagaimana saya ceritakan di atas. Apalagi audiens saya adalah para pejabat.
Saya jadi mengingat kembali paparan Bang Anwari Natari atau akrab disapa dengan Bang Away, pengawas Komunitas Bloggercrony Indonesia pada Kick Off Event #BloggerDay2023 tanggal 24 Februari lalu. Di situ, Bang Away mengingatkan perlunya seorang blogger atau penulis memiliki keterampilan public speaking.