Writober 7: Haruskah Kita Menjadi Wanita Sehalus Sutra Dewangga?

Seindah warna semungil melati
Dikau cemerlang wanita
Semerbak wangi sejinak merpati
Dikau senandung di cita

Gerak gayamu ringan
Memikat hati muda teruna
Mekar bersinar menyilaukan mata
Halus wanita bak sutra dewangga
Senyummu meruntuhkan mahkota

Kutipan di atas adalah lirik lagu Wanita ciptaan Ismail Marzuki, tembang lawas (1948) yang kembali populer ketika dinyanyikan lagi oleh Afgan dalam rangkaian lagu pengiring film Soekarno: Indonesia Merdeka (2013).

Continue reading

The Moon Represents My Heart

[Repost dari postingan di Multiply, Juli 2010]

Beberapa hari ini laptop atasan saya mengumandangkan lagu-lagu Kenny G. Salah satunya yang langsung bikin saya ‘mak dheg’ adalah The Moon Represents My Heart alias Yue Liang Dai Biao Wo De Xin, sebuah lagu legendaris yang awalnya dipopulerkan mendiang Teresa Teng.

Kendati versi Kenny G tetap menghadirkan suasana melankolis, toh bagaimanapun versi aslinya lebih melekat di benak saya. Lebih tepat lagi sebetulnya versi yang disuarakan oleh alm. pakdhe Tanto, kakak tertua mama yang meninggal Mei tahun lalu.

Continue reading

Bersenang-senang di Paris dengan Generasi Z

You look so proud standing there with a frown and a cigarette

Posting pictures of yourself on the Internet

Lagu “Paris” dari The Chainsmokers pertama kali saya dengar diputar di sebuah radio pada suatu hari libur. Satu-dua kalimat di dalam syairnya, setelah dicermati, sedikit mengingatkan saya pada lagu “Sahabat Sejati” dari Sheila on 7. Coba simak larik lagu tersebut berikut ini:

“Kita s’lalu berpendapat kita ini yang terhebat

Kesombongan di masa muda yang indah”.

Continue reading

Rindu Tersampaikan lewat Lagu

Malam Minggu kemarin kami menghadiri pesta pernikahan sepupu jauh saya di bilangan Kalibata. Seperti umumnya resepsi di kalangan keluarga besar saya, para tamu dihibur dengan alunan gending Jawa, dengan sinden dan gamelan lumayan lengkap pula. Salah satu tembang yang mengalun adalah Yen ing Tawang Ana Lintang. Tembang yang dipopulerkan oleh Waldjinah ini sempat saya masukkan dalam daftar lagu-lagu yang bertema kerinduan. Dulu saya kira liriknya mencerminkan rasa kangen antara sepasang kekasih atau suami istri, tetapi belakangan saya membaca artikel yang penjelasannya berbeda.

Dari sini saya peroleh informasi bahwa sejatinya lagu tersebut digubah oleh pak Andjar Any saat menunggu kelahiran buah hatinya. Bintang, awan, dan bulan yang disebutkan dalam tembang adalah benda-benda langit yang menjadi saksi penantian beliau. Kegundahan yang tertuang adalah karena harap-harap cemas apakah istri maupun bayinya selamat dalam proses persalinan. Ternyata, bayi yang terlahir adalah bayi perempuan. Maka sapaan ‘Nimas‘ dan ‘Cah Ayu’-lah yang digunakan dalam tembang. Sehingga menjadi kurang tepat jika ada biduanita yang mengubah sapaan ‘Nimas‘ dan ‘Cah Ayu‘ dalam syair lagu tersebut dengan sapaan untuk lelaki seperti ‘Kangmas‘ atau ‘Cah Bagus‘.

Continue reading

Lagu-lagu LDR

Ini daftar lagu-lagu mengenai Long Distance Relationship (LDR) yang pernah saya sebut dalam buku Long Distance Love (Lingkar Pena Publishing House, 2009). Tentunya dalam tujuh tahun ini banyak lagu baru dengan tema serupa ya, hubungan jarak jauh dan lagu-lagu tentang kangen. Sekilas kayaknya saya pernah tahu lagu Aura Kasih, Raisa, dan Ran tentang jauh-jauhan ini. Tapi belakangan sudah jarang mengikuti perkembangan lagu-lagu terbaru :D, jadi kapan-kapan sajalah update daftarnya.

Belum semua saya pernah dengar sebetulnya sih, sebagian cuma hasil googling karena banyak ternyata yang posting di forum dalam maupun luar dalam rangka cari atau kasih referensi lagu-lagu seputar rasa rindu. Rindu di sini lebih spesifik lagi rindu pada pasangan yang sedang berada di tempat lain, bukan rindu memiliki seseorang yang belum teraih atau rindu pada mantan, hehehe.

1. I Miss U (Incubus)
2. Leaving on a Jetplane (Chantal Kreviazuk)
3. Lagu Rindu (Kerispatih)
4. Rindu Ini (Warna)
5. Kangen (Dewa 19/Chrisye & Sophia Latjuba)
6. Kangen (Maliq & d’Essentials)
7. Merindukanmu (Minoru)

Continue reading

Kakak Mia

Fathia termasuk pelanggan setia odong-odong yang lewat di depan rumah. Odong-odong yang biasa Fathia naiki bentuknya standar, berbentuk boneka hewan di baris depan dan kursi bersandaran di baris belakang. Baru belakangan saya tahu ada yang berbentuk roda juga, tapi jarang lewat di gang kami. Biasanya sih Fathia naik odong-odong bersama teman-temannya, alias tetangga satu gang, ditemani ibu atau pengasuh masing-masing. Ada masanya Fathia sampai nangis-nangis ketika odong-odong keburu berlalu dan ia tak sempat naik (biasanya karena sedang berada di dalam rumah), tapi kadang-kadang juga Fathia melengos begitu saja menanggapi lewatnya bapak operator odong-odong di depan mata.

Serius amat, Nak :D

Serius amat, Nak 😀

Di hari libur, Fathia jarang naik odong-odong karena saya dan suami suka mengajaknya jalan-jalan (entah ke taman atau sekadar ke pasar) pada jam lewatnya odong-odong. Bukan sengaja menghindari sih, hanya kebetulan jamnya kan pas tuh, belum panas-panas banget. Nah, ketika suatu hari saya cuti karena pengasuh Fathia belum kembali, saya berkesempatan menemani Fathia naik odong-odong. Selama odong-odong bergerak, musik pun mengiringi. Alhamdulillah bapak yang biasa lewat ini memutar lagu anak-anak, karena saya pernah dengar ada pula yang menyetel lagu dewasa populer dengan lirik lagu eksplisit. Sekali naik sama dengan dua lagu, cukup dengan membayar dua ribu rupiah perorang.

Sambil senyum-senyum menyaksikan tingkah laku lucu Fathia dan teman-temannya di atas odong-odong, saya menyimak lagu yang diperdengarkan. Salah satu lagunya agak asing di telinga saya, dan saya agak berjengit ketika menyimak lebih saksama.

“Kakak Mia, kakak Mia
Minta anak barang seorang
Kalau dapat, kalau dapat
Hendak saya suruh berdagang

Anak yang mana akan kaupilih?
Anak yang mana akan kaupilih?
Itu, yang gemuk yang saya pilih
Bolehlah ia berjual sirih
Sirih! Sirih! Siapa beli?
Sirih! Sirih! Siapa beli?

Kakak Mia, Kakak Mia
Minta anak barang seorang
Kalau dapat, kalau dapat
Hendak saya suruh berdagang

Anak yang mana akan kauambil?
Anak yang mana akan kauambil?

Itu, yang kurus yang saya ambil
Bolehlah ia jual kerambil
Krambil! Krambil! Siapa beli?
Krambil! Krambil! Siapa beli?”

Minta anak? Buat disuruh jualan? Ini… trafficking-kah? Setelah googling, ternyata tak hanya saya yang berpikir seperti itu yang artinya saya aja yang telat, termasuk penulis keren Sundea yang tentunya menuliskan hal ini dengan lebih baik. Ya, kalau mau berpikir positif sih, lagu yang aslinya konon punya judul ‘Bermain’ dan diciptakan oleh Ibu Sud ini barangkali hendak mengajarkan wirausaha sejak dini. Tapi kenapa harus minta anak ke orang lain segala, ya? Sampai ada blogger yang berpendapat Kakak Mia ini entah penyalur anak untuk dikaryakan atau pengurus panti asuhan. Oya, ternyata ada juga organisasi yang berkecimpung di bidang HAM yang menggunakan lagu ini untuk permainan anak dengan tujuan edukasi, dengan sedikit modifikasi lirik. Dalam materinya antara lain disebutkan “Adakalanya seorang anak harus bekerja, namun demikian anak tetap harus terlindungi hak-haknya dan pihak berwajib harus memastikan bahwa anak terhindar dari eksploitasi maupun trafficking.” (ada modul yang bisa diunduh melalui google, tapi tidak berhasil dicari tautan aslinya di situs yang bersangkutan).