Mengkaji Bacaan Anak Bilingual

Tulisan Teh Ary Nilandari atau di grup forum penulis bacaan anak sering dipanggil Bunda Peri ini menjawab kegelisahan saya. Sebelum punya anak, saya sudah membeli beberapa buku anak bilingual tapi terus terang tidak terlalu peduli soal alih bahasanya, karena biasanya saya lebih mengincar isinya yang menarik atau informatif,  ilustrasinya yang keren, atau karena memang suka dengan karya-karya penulisnya (ngeblog di Multiply dulu membuat saya ‘kenal’ banyak penulis bacaan anak). Belakangan setelah punya anak dan saya sendiri lebih banyak terpapar materi yang asli berbahasa Inggris, begitu baca beberapa buku anak bilingual saya jadi mengerutkan kening. Ada saja terjemahan yang kurang pas, entah terlalu baku, tidak taat tata bahasa, atau malah salah sekalian. Ini umumnya terjadi pada buku karya penulis dalam negeri yang memang dikhususkan terbit dalam bentuk dwibahasa, bukan buku terjemahan. Bahasa Inggris yang saya kuasai juga pas-pasan, sih. Tapi seperti yang sering saya sampaikan pada teman-teman yang bertanya kenapa skor TOEFL saya bisa segitu, sering muncul perasaan tidak nyaman kalau ada yang salah saat membaca. Belum tentu juga saya tahu persis koreksinya seharusnya bagaimana, sih, hehehe. Saya masih harus buka primbon dulu kalau soal itu…dan dari melakukan hal-hal seperti inilah saya memang sebetulnya banyak belajar.

Karena saya belajar bahasa Inggris dengan cara seperti ini (seringnya tidak mengkhususkan diri, sambil jalan saja), saya jadi membayangkan bagaimana kalau anak-anak yang baru belajar bahasa asing sudah diberi contoh yang kurang tepat. Dari pengalaman dan pengamatan saya, apa yang diketahui atau dibaca anak sejak dini, apalagi kalau berulang-ulang (anak suka kan ya minta dibacakan sebuah buku berkali-kali) akan menjadi patokan baginya, terbawa sampai besar (kecuali kalau ada yang membetulkan kemudian…itu pun kadang pakai ‘berantem’ pada awalnya, mungkin :), karena telanjur mengakar). Saya sampai berniat menyembunyikan beberapa buku anak bilingual yang telanjur dibeli karena grammar-nya keliru. Tapi kalau dipikir-pikir, nggak perlu seekstrem itu juga mungkin, ya. Bisa saja saya beri catatan khusus, toh isi ceritanya sendiri bagus dan mendidik. Apalagi saat ini sebenarnya anak-anak saya belum ada yang bisa baca, hahaha.

Saya kutip dari tulisan teh Ary:

Karena kata dua pakar:

Anak-anak TK dan SD kelas rendah sebaiknya diberi bacaan yang berbahasa Inggris saja. ‘Bahaya’ bacaan bilingual adalah mereka bisa mendapatkan informasi yang salah, jika kedua bahasa tidak diperhatikan dengan baik.” (DR. Murti Bunanta SS, MA. Spesialis Sastra Anak, Ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak)

“Bacaan bilingual sebagai bahan pelajaran bahasa Inggris untuk anak adalah konsep yang keliru, karena dimulai dengan tahap tersulit, yaitu menerjemahkan. Ditambah kesalahan penerjemahan dan kosa kata yang tidak sesuai, bacaan bilingual semakin tidak efektif.” (Nasti M. Reksodiputro, M.A. Mantan dosen bahasa Inggris,  kepala Pusat Bahasa Universitas Indonesia, Pendiri Yayasan Pustaka Kelana)

My World of Words

Bacaan Anak Bilingual: Tekstual dan Visual 

Handout Ary Nilandari untuk workshop Editor Buku Anak dengan IKAPI DKI Jakarta, 4-5 Juni 2013, Perpustakaan Nasional Jakarta

Dalam dasawarsa terakhir, bilingual seakan menjadi keharusan dalam menerbitkan bacaan anak di Indonesia. Bahasa Inggris, Arab, dan Mandarin dipasangkan dengan bahasa Indonesia. Tetapi karena yang paling sering adalah bahasa Inggris, untuk selanjutnya, bilingual yang dimaksud adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Motif mem-bilingual-kan bacaan anak sangat beragam. Antara lain:

  1. Memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia
  2. Memberi nilai tambah pada bacaan anak.
  3. Merespons kebutuhan orangtua untuk membantu anak-anak belajar bahasa Inggris.
  4. Menjangkau pasar lebih luas, yaitu anak-anak warga negara asing yang tinggal di Indonesia dan anak-anak Indonesia yang tinggal di negara-negara berbahasa Inggris.
  5. Memudahkan penjualan copyright ke mancanegara.
  6. Dan diharapkan meraup keuntungan lebih banyak ketimbang buku monolingual

Apapun alasannya, tentu saja mendwibahasakan bacaan anak harus melalui kontrol kualitas ganda, dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Bilingual bukan sekadar proses pengalihan…

View original post 872 more words

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s