Menemukan helaian rambut yang rontok di mana-mana pada masa menyusui adalah momok bagi sebagian ibu. Ada teman yang cerita bahwa ART-nya sampai sering berseru prihatin melihat rambut-rambut yang jadi berceceran di rumah.
“Aku menikmati banget waktu lagi hamil, deh, soalnya rambut jadi tebel, berkilau juga,” begitu cerita teman ini melanjutkan. Ya, kondisi rambut ketika sedang mengandung memang seringkali berbanding terbalik dengan ketika sudah berstatus busui. Biasanya sih kerontokan rambut yang lumayan parah ini terjadi pada tiga bulan pertama.
Dari hasil baca-baca, sebagian mengaitkan kerontokan rambut ini gara-gara ‘gizi ibu yang diambil untuk keperluan bayi melalui ASI’. Malah ada juga yang bilang ini karena bayi sedang suka mainan air liur atau memasukkan tangan ke mulut. Apa hubungannya? Entahlah, mitos itu tidak beredar di keluarga saya sehingga saya baru mengetahuinya melalui grup pendukung ASI yang saya ikuti. Jadinya saya tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut, sebetulnya apa sih, penyebabnya?
Dulu pernah ada tulisan mengenai rontoknya rambut busui yang di-post oleh mba Luluk Lely Soraya Ichwan, konselor laktasi dari Yayasan Orangtua Peduli di blognya, tapi karena Multiply menutup layanan dan belakangan menghapus semua postingan penggunanya dari dunia maya, tulisan mba Luluk ikut hilang. Saya sempat menyalinnya untuk keperluan grup ASI, tapi kali ini saya tuliskan ulang dari artikel asli yang menjadi sumber unggahan mbak Luluk, yaitu dari http://kellymom.com/bf/concerns/mother/hairloss/.
Sebetulnya rontoknya rambut ibu pascamelahirkan itu normal, kok. Banyak ibu yang mengalaminya. Rambut kita punya fase sendiri dalam pertumbuhannya. Ada fase bertumbuh yang disebut anagen dan ada fase istirahat yang dinamakan telogen. Di kulit kepala, fase anagen berlangsung selama lebih kurang 3 tahun, sedangkan telogen biasanya selama tiga bulan. Kisaran ini masih bisa bervariasi pada setiap orang. Pada fase telogen, rambut yang ‘beristirahat’ tetap bertahan pada folikelnya sampai terdorong oleh rambut baru yang sedang tumbuh.
Perubahan hormon saat seorang perempuan hamil menstimulasi pertumbuhan rambut, sehingga lebih banyak rambut yang tumbuh dan lebih sedikit rambut yang berada pada fase telogen atau rontok.
Begitu bayi lahir, hormon di tubuh ibu berubah lagi. Banyak rambut yang secara bersamaan memasuki fase telogen kemudian rontok. Bisa dibilang rontok rapelan dari yang seharusnya rontok dulu ketika hamil, ya. Kerontokan rambut ini biasanya dimulai sekitar tiga bulan setelah melahirkan, dan umumnya berakhir sekitar 6-12 bulan setelah persalinan. Jadi, baik sang ibu menyusui ataupun tidak, memang lazimnya kerontokan ini terjadi pada ibu yang baru punya bayi.
Meski normal, tapi jumlah rambut rontok yang luar biasa kadang memang menyeramkan. Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya? Potong rambut agar lebih mudah dirawat bisa menjadi pilihan. Produk perawatan rambut yang sesuai juga dapat digunakan, baik berupa sampo, kondisioner, atau alat seperti sisir.
Jika memang kerontokan ini sudah dianggap mengkhawatirkan, atau setelah bayi berumur setahun rambut ibu masih rontok hebat, saatnya untuk berkonsultasi ke dokter. Kondisi yang umum ditemui pada ibu pascamelahirkan seperti hipotiroid (kadar hormon tiroid rendah) atau anemia karena kekurangan zat besi bisa menjadi pemicunya.
Foto: freestockimages
Oh baru tau kalau anemia salah satu penyebab rambut rontok. Hmm.. gitu ya. Saya anemia dan pantes ini masih rontok, g parah sih alhamdulillah. Dan penggunaan Shampoo yang sedikit bahan kimia agaknya patut dicoba. Thank you infonya 😊
Anemianya sudah benar-benar dicek kah, Mba Vivi? Siapa tahu memang sudah perlu treatment khusus, walaupun semoga sih nggak, ya.
Sudah mba. Sy booster penambah darah minimal dua hari sekali hehe