Sebagai salah satu emak rempong yang sok bantu-bantu di grup TATC, terus terang kadang kewalahan juga dengan postingan yang masuk. Banyak pertanyaan serupa yang berulang, yang jujur awalnya bikin gemes tapi lama-lama saya sadar juga bahwa mengikuti perkembangan ilmu di berbagai bidang sekaligus sebagai seorang ibu itu memang tidak terlalu mudah. Jadi ya tetap diusahakan jawab dengan baik.
Masalahnya, saya mengakses facebook hampir selalu melalui hape. Lumayan keriting juga jempol ngetik ulang begitu rupa, hehehe… Kalau soal repot ngetik ini masih mending sih, toh biarpun pakai sepuluh jari sama aja makan waktunya. Nah soal keterbatasan waktu ini juga yang jadi kendala. Postingan pertanyaan yang masuk kan banyak dan semuanya pasti menunggu jawaban. Jadi, agar menghemat waktu dan tenaga (tugas harian saya bukan hanya cek grup, kan), akhirnya saya meniru trik beberapa admin grup lain: bikin template jawaban di note ponsel. Cukup membantu alhamdulillah, apalagi saya sering menyertakan link sumber informasi. Buka ulang linknya biar bisa dikopi bahkan walaupun sudah dibookmark di hp lumayan makan waktu.
Maksud saya membiasakan nambahin tautan ini sih biar semua sama-sama belajar, supaya nggak sepenuhnya ‘kasih ikan’ melainkan juga kasih ‘kail’. Yang baca semoga jadi tertarik mempelajari lebih lanjut (mengenai topik berkenaan bahkan mungkin jadi klik-klik bahasan lain yang juga bermanfaat) dan yang dipelajari juga lebih ‘sahih’, bukan sekadar testimoni atau pemahaman yang didapatkan adalah “kata grup TATC begini nih…”. Saya pun ikutan belajar kalau ada yang mengoreksi atau menambahkan. Lagian saya kan memang belum ‘sah’ jadi konselor laktasi resmi (kapan ya bisa ikutan PKM, ambil cutinya itu yang rada sayang huhuhu…). Memang jadinya menjawab kopas-kopas begitu kayak agak kurang personal ya, tapi sementara ini cara tersebut menolong saya. Di dokumen grup juga bukannya tak ada sih materi FAQ alias pertanyaan yang sering masuk, tapi lagi-lagi alasan waktu agaknya bikin dokumen semacam itu kurang dilirik.
Menjawab pertanyaan seputar ASI yang dirasa sedikit, seret, atau tidak cukup:
Agar ASI bisa memenuhi kebutuhan bayi (tidak harus ‘banyak’ lho, tapi karena menurut cerita menyusuinya sempat tidak intensif maka memang perlu ditingkatkan) kuncinya satu: susui terus.
Paling efektif ASI dikeluarkan dengan isapan mulut bayi, tapi saat ini perlu juga meningkatkan produksi karena kadang bayi menolak karena alirannya sudah lebih lambat daripada dot yang biasa dipakai.
Jadi PR Bunda, pertama, yuk stop dotnya atau empeng kalau pakai. Dot inilah yang bikin daya isap bayi berkurang dan bikin ASI Bunda jadi seret, juga bikin bayi cenderung menolak menyusu.
Kedua, kenalkan lagi bayi ke payudara ibunya. Perbanyak kontak kulit, sama2 buka baju gitu, berdua aja di kamar, bujuk pelan2, bisa juga pakai posisi seperti IMD (bayi ditelungkupkan di perut-dada ibu) tapi bantal Bunda yang agak tinggi. Pastikan pelekatan mulutnya tepat, yaitu seluruh areola (bagian payudara yang berwarna lebih gelap di sekeliling puting) diusahakan masuk ke mulut bayi dan bibir bayi memble keluar bukan menguncup.
Ketiga, rajin perah ASI dengan teknik yang benar (bukan hanya dipijit ya) dan/atau pompa yang cocok. Rutinkan, lebih bagus lagi kalau bisa sejam sekali, berapa pun hasilnya jangan sambil dipelototin botolnya, karena kan perlu proses, memang tidak bisa instan. Gunanya kan biar terkirim sinyal bahwa bayi masih butuh ASI lebih banyak, jadi jangan ditarget ya. Teruskan saja (jangan sampai melewatkan pengenalan lagi bayi ke payudara tapinya), mungkin bisa butuh waktu semingguan atau lebih, bisa juga lebih cepat. Capek pasti, tapi jangan dibawa stres ya, karena pikiran juga berpengaruh. Kalau perlu kerjaan rumah minta tolong anggota keluarga yang lain dulu, kalau memungkinkan sih (saya pernah baca bahwa ada RS yang bahkan punya program rawat inap agar ibu bisa betul-betul fokus relaktasi tanpa diselingi urusan lain di rumah).
Kalau memang ada kesulitan, bisa hubungi konselor laktasi terdekat. Oh ya, satu lagi, makanan tidak begitu pengaruh kok sebenarnya. Tidak perlu makan banyak biar ASI-nya banyak. Di grup banyak ibu2 yang cuma berdua bayi bahkan bertiga sama anak pertama yang masih kecil juga sehingga boro2 sempat makan ‘yang bener’, tapi alhamdulillah ASI tetap lancar. Tapi tentunya akan lebih baik mempertahankan pola makan sehat (bukan berarti porsi banyak ya), biar ibu juga sehat… Soalnya kalau ibu udah ngedrop kesehatannya, kan yang repot banyak ya, kadang bayi jadi ‘gak kepegang’, merasa lemes jadi gak sanggup menyusui dan ASI seret beneran (karena melewatkan waktu menyusui) dst…. Menu sehat ini juga sekaligus buat kasih contoh ke anak sedari dini, kan? Ada lho studi yang menyimpulkan bahwa bayi yang ibunya semasa hamil dan menyusui rajin makan sayuran tertentu jadi lebih mudah menyukai sayuran tersebut saat sudah tiba waktunya MPASI.
Makanan-makanan khusus yang dipercaya menambah ASI bukan tidak boleh dikonsumsi, tetapi ini kan cocok-cocokan. Kalau ternyata nggak cocok, seringkali lalu dianggap sudah mentok, ‘memanglah ASI-nya dikit wong udah usaha maksimal/segala cara dilakukan kok’. Padahal masih ada ikhtiar lain (yang sebetulnya lebih utama) seperti fokus menyusui, perbanyak kontak kulit sama bayi, hitung frekuensi pipis, stop dot dan/atau empeng, kelola stres dengan baik, alihkan energi positif untuk lebih tenang menghadapi bayi yang rewel, dst. Semoga dimudahkan, ya :).
Tentang ketidakpedean menyusui saat payudara kempes, menunda menyusui atau memerah ASI dengan maksud nunggu ‘isi ulang’ dulu:
1. Tulisan dr. Annisa N.R. Karnadi, konselor laktasi
Apakah ASI bisa HABIS?
Para ahli justru merekomendasikan untuk tidak perlu menunggu payudara terasa penuh ketika ibu ingin menyusui bayi atau memerah ASI. Payudara yang ditunggu hingga penuh menandakan proses produksi ASI sedang diperlambat bahkan berhenti. Akan ada molekul protein inhibitor-produksi-ASI (Feedback Inhibitor of lactation/FIL) dalam ASI yang tertimbun dan tidak ibu keluarkan. Jika kebiasaan menunda menyusui atau memerah hingga payudara terasa penuh ini berlangsung dalam waktu yang lama akan menghasilkan ASI yang semakin sedikit, atau justru ASI akan benar-benar habis dan kering.
2. Tulisan Mba Fatimah Berliana Monika Purba, konselor laktasi dari La Leche League International
https://m.facebook.com/photo.php?fbid=10204046844997298&id=1409280466&set=a.1070999501093.13218.1409280466&source=43
Ketika proses menyusui sudah lancar (kira-kira saat bayi berusia 1 hingga 1,5 bulan), seringkali Ibu menemukan payudaranya tidak sepenuh, tidak seberat seperti di minggu awal pasca melahirkan. Banyak Ibu khawatir bahwa payudara yang lembek / tidak penuh hingga bengkak tersebut menandakan ASI Ibu berkurang. Padahal yang terjadi sebaliknya, bila Ibu membiarkan payudaranya penuh bahkan hingga terjadi bengkak / engorgement dapat memperlambat produksi ASI.
Jadi, fakta yang benar: payudara yang penuh akan memperlambat produksi ASI.
Terdapat 2 hal yang memperlambat produksi ASI ketika payudara Ibu penuh, yaitu:
1. FIL : Feedback Inhibitor of Lactation. Ketika payudara penuh, ada peptide/whey protein bernama FIL diproduksi tubuh Ibu yang berfungsi memperlambat produksi ASI.
2. ASI akan menekan payudara sehingga aliran darah ke payudara berkurang, juga menekan sel pembentuk ASI.
Berdasarkan penelitian, payudara Ibu yang dibiarkan penuh selama 6 jam tanpa disusui/diperah sama sekali ketika diperah hasilnya 22ml per payudara. Sementara Ibu yang menyusui setiap 90 menit hasilnya 56 ml per payudara alias 2x lipat dibanding yang dibiarkan penuh selama 6 jam.
Artinya, ketika ASI dikeluarkan dengan frekuensi yang sering maka FIL akan tertekan begitu pula tekanan ASI pada payudara sehingga produksi ASI akan lebih cepat.
Tentang kekhawatiran atau perasaan galau ketika ASI belum keluar di masa kehamilan (sementara dengar-dengar pengalaman orang lain atau bahkan pengalaman hamil anak sebelumnya, ASI sudah mulai keluar ketika kehamilan berada di trimester ketiga):
Tidak apa-apa. Payudara bengkak maupun tidak, ASI sudah mulai keluar atau belum sebelum melahirkan itu bukan penentu kesuksesan menyusui kok :).
Selamat atas kehamilannya dan semoga persalinannya lancar ya Bund. Apakah sudah kompakan dengan suami mengenai IMD dan pemberian ASI? Apakah sudah dibicarakan juga dengan dokternya mengenai ASI dan dalam kondisi apa akan diberikan sufor? Apakah Bunda sudah mempelajari pelekatan mulut bayi yang benar, posisi-posisi menyusui yang tepat, tanda kecukupan ASI, berapa kali bayi harusnya pup di minggu pertama? Ini lebih penting sebetulnya daripada ukuran dan bentuk payudara, pijat, kadang juga ada yang sibuk memikirkan asupan khusus :).
Tentu, bunda harus makan makanan bergizi seimbang (bukan hanya sayur lho ya), ini untuk menjaga kesehatan sebab kalau ibu sampai ‘tumbang’ kan repot juga. Anemia dan diabetes juga kadang bisa menunda keluarnya ASI, sebagian bisa dicegah dengan pola makan yang baik pula. Tapi kuantitas ASI dan sebagian besar kualitas ASI tidak ditentukan oleh asupan ibu kok. Pelajari juga tentang produksi ASI ya, karena ASI baru keluar sedikit (bahkan saking sedikitnya suka dikira belum keluar) di awal kelahiran itu sangat wajar. Maksudnya, sesuaikan ekspektasi. Jangan sampai kalau belum terlihat keluar lalu down dan menyimpulkan ASI-nya nggak ada. Kalau sampai terjadi ASI kelihatan belum keluar, jangan buru2 kasih sufor tanpa indikasi medis, apalagi pakai dot, karena itu dia yang bikin ASI seret (karena bayi akan cenderung lebih menyukai dot dan tidak ada stimulasi di payudara untuk mengeluarkan ASI).
Mumpung masih ada waktu, ayo ajak suami baca ini dan link2 di dalamnya, biar sama2 siap dan tahu apa saja yang perlu dilakukan di berbagai kondisi, jadi bisa saling menguatkan dan mewakili menyampaikan apa yang diminta kepada nakes yang menangani http://duniasehat.net/2014/08/15/persiapan-ibu-hamil-sebuah-awalan-baik-bagi-keberhasilan-menyusui/.
Optimis itu harus, buang jauh rasa khawatir karena kecemasan bisa menghambat produksi ASI lho. Tapi di sisi lain harus tetap realistis mengenai kemungkinan2 yang ada, yang paling simpel ya ‘ASI belum keluar’ (yang padahal sudah keluar walau setetes dua tetes tapi sangat berharga karena kan bayi baru lahir perlunya memang belum banyak lho) itu tadi. Yuk, semangat ya :).
Menanggapi yang curhat bayinya rewel saat disusui (copas dari grup AIMI kalau yang ini sih):
Ada beberapa pertanyaan tentang mengapa bayi sering marah atau gelisah atau hanya menyusu sebentar-sebentar saat disusui. Ada yang kemarahannya diwujudkan dengan menggeliatkan badan, ada yang dengan melepas puting, ada yang membuat tubuhnya jadi kaku, ada yang menjauhkan kepala dari payudara ibu, bahkan ada yang sampai menangis.
Ada beberapa sebab yang bisa dijadikan check list untuk mengobservasi kenapa ini terjadi pada bayi. Silakan disimak, ya 🙂
PERTAMA, aliran ASI terlalu kencang sehingga bayi kewalahan. Biasanya ini terjadi di 6 minggu pertama setelah kelahiran ketika supply dan demand belum seimbang. Ada berbagai cara mengatasi aliran ASI yg kencang atau ASI berlebih (hiperlaktasi). Silakan baca dokumen grup tentang ASI tidak cukup vs ASI berlebih di link berikut: https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/asi-tidak-cukup-vs-asi-berlebih/10152983561074778
KEDUA, posisi menyusui tidak nyaman, akibatnya ibu dan bayi tidak nyaman. Seringkali karena keburu buru, ibu sering tidak memperhatikan posisi duduk atau posisi berbaringnya saat menyusui. Tanpa disadari ini juga berpengaruh ke proses menyusui. Jangan lupa perhatikan posisi duduk dan berbaring Anda saat menyusui. Gunakan ganjal bantal jika diperlukan utk punggung dan tangan Anda.
KETIGA, bayi tidak lapar tapi hanya haus sehingga beberapa menit setelah menghisap dan mulai terasa hindmilk dia berhenti menyusu karena dia hanya mau ASI yang encer. Tawarkan payudara yang satunya jika ini terjadi.
KEEMPAT, Biasanya memasuki usia 2 bulan, bayi sudah mulai eksplorasi. Kalau ada suara sedikit dia berhenti menyusu, nengok kanan kiri, lalu menyusu lagi. Jadi usahakan menyusu di tempat yg tenang, tidak banyak gangguan orang keluar masuk dan interupsi, ibu juga fokus tidak sambil nonton TV atau main HP.
KELIMA, tanda tanda bingung puting. Jika bayi menggunakan dot atau empeng reaksi-reaksi seperti ini bisa juga karena bayi mulai bingung puting dimana bayi rewel saat bertemu payudara ibu. Persering menyusui bayi dan perbanyak skin to skin atau kontak kulit. Jika bayi menggunakan dot atau empeng, segera hentikan dot dan empengnya. Minta bantuan konselor jika mengalami kesulitan.
KEENAM, ada perubahan dari ibu. Misal, ibu pakai parfum baru, sabun baru, deodoran baru, ganti detergen, ganti shampo, puting sedang lecet dan berdarah. Ada berbagai sebab nursing strike, bisa dibaca di dokumen ini: https://www.facebook.com/notes/asosiasi-ibu-menyusui-indonesia/berbagai-alasan-kenapa-bayi-menolak-menyusu/10152669682699778
KETUJUH, ibu terlambat merespon rasa lapar atau rasa haus bayi. Jika sudah terlalu lapar, bayi biasanya akan lebih emosional, sulit ditenangkan saat mulai menyusu.
Menanggapi kecemasan karena newborn yang tampak selalu lapar dan maunya nempel terus:
Baru usia 3 hari, Bund, tahukah Bunda seberapa ukuran lambung bayi?
(Lupa sumber gambarnya, waktu itu ada yang post di fb)
Semoga bisa dibuka ya gambarnya. Selama 72 jam pertama bayi juga biasanya masih punya cadangan makanan dalam tubuhnya kok. ‘Kurang minumnya’ ini saya asumsikan ASI-nya malah sudah banyak lho, biasanya hari2 pertama yang dikeluhkan kan ‘dipencet ASI-nya gak ada’. Padahal wajar lho awal2 ASI-nya masih ‘sedikit’, kan memang butuhnya baru segitu. Sekali lagi yuk ditengok ukuran lambung bayi di bawah. Sayang lho Bund kalau dikasih sufor, padahal hari-hari pertama kan yang keluar itu kolostrum, cairan emas yang sangat berharga. Kalau diteruskan pakai dot, risiko tidak mau menyusu kembali ke bundanya sangat besar lho, kalaupun masih mau menyusu, daya isapnya akan berbeda dengan yang seharusnya. Akibatnya ASI juga makin kering, karena setelah sekitar seminggu nanti ASI mulai diproduksi berdasarkan seberapa sering payudaranya dikeluarkan isinya. Kalau seminggu itu nggak sering2 disusukan ke bayi, nanti ke depannya dianggap produksi ASI segitu sudah kebanyakan (lha habisnya gak dikeluarin sih) jadi direm.
Semoga gambarnya cukup jelas ya… Botol pertama itu lambung bayi hari pertama, botol kedua hari ketiga, botol keempat bayi umur seminggu, botol keempat umur sebulan. Yuk jangan lupa pantau pipis dan pupnya juga ya, ini bisa jadi salah satu tanda kecukupan ASI yang mudah dilihat, karena bayi rewel dan maunya nempel terus belum tentu kurang minum lho, bisa saja kan memang kangen dekat2 bundanya (bayangin aja berbulan2 dalam rahim yang tenang dan temaram tiba2 keluar ke dunia yang berisik dan benderang, enaknya dekat2 sama yang detak jantungnya sudah diakrabi, kan?). Kalau diterusin pakai dot, nanti juga bisa rewel karena ‘nagih’ dot lho, jadinya tambah perlu waktu buat mengenalkan lagi payudara bundanya.