Perdana Menang Live Tweet

Live tweet alias posting sesuatu di Twitter langsung di tempat event berlangsung bisa menjadi salah satu sarana agar sebuah acara kian luas terpublikasikan keberadaannya. Kalau bisa sih rangkaian tweet tersebut jadi trending topic dan menarik perhatian lebih banyak orang untuk membaca, syukur-syukur tertarik mencari tahu lebih banyak atau bahkan membeli produk yang ditawarkan/diluncurkan dalam acara tersebut.

Maka penyelenggara tak hanya melakukan ikhtiar melalui posting (sendiri) di akun resminya (+akun para sponsor jika ada), melainkan juga menggelar lomba live tweet. Postingan live via Instagram atau Facebook kadang juga dilombakan, tapi mungkin karena lebih terukur jadi live tweet sependek pengetahuan saya lebih sering menjadi primadona.

Lomba live tweet pertama yang saya ‘saksikan’ sendiri adalah di sebuah acara pelatihan untuk ibu hamil. Waktu itu sih kriteria pemenangnya kalau tidak salah lebih ke kalimat inspiratif, ya, bukan jumlah cuitan.

Kemudian di suatu kegiatan launching buku anak saya tertarik memperhatikan antusiasme sekelompok hadirin (karena duduknya memang menggerombol) yang kemudian bersorak gembira ketika pemenang live tweet (yang lombanya sendiri sudah diberitahukan jauh-jauh hari bersamaan dengan informasi kegiatan utama) diumumkan.

Buku Blogger Goodie Bag karya Pedro Gondem yang baru saya baca bulan lalu menyadarkan saya tentang betapa seriusnya kontes live tweet ini. Penulis menggambarkan situasi persaingan ketat antara sesama peserta dengan gamblang, termasuk membuka beberapa trik yang biasa dipakai. Wajar sih sampai harus cari akal, karena seringkali hadiah lomba ini memang begitu menggiurkan. Ponsel, laptop, alat-alat elektronik lainnya, misalnya.

Omong-omong persaingan, seorang penulis belum lama ini juga pernah mengungkapkan uneg-unegnya terkait pemenang lomba live tweet yang ternyata ‘dari luar’. Ya, sebagian acara memang (seharusnya) hanya bisa diikuti oleh kalangan terbatas, mereka yang memperoleh undangan khusus dari panitia. Mungkin sistem ini dipilih untuk menyaring kualitas cuitan ya, atau ketaatan pada aturan alias kemudahan diorganisir, saya belum paham sih soal ini.

Peserta live tweet ini memang biasanya juga blogger atau setidaknya aktif di media sosial. Jadi ya acapkali mereka sudah saling kenal satu sama lain, apalagi yang tergabung dalam komunitas yang sering menginfokan adanya kegiatan-kegiatan menarik.

Dari pengamatan saya yang masih newbie ini, pendaftaran peserta juga biasa dibuka lewat komunitas-komunitas tersebut. Enak, ya, bisa nambah ilmu dan wawasan dari tempat acara, gratis ikut acaranya (bisa jadi acaranya sebetulnya berbayar, lho), berpeluang dapat bonus hadiah lomba, pula.

Saya sendiri karena hampir selalu bawa anak-anak ke berbagai acara jarang bisa ngetwit. Jangankan ikut lomba, bikin catatan pribadi aja susah. Kalaupun memungkinkan, paling saya ketik saja poin-poin yang disampaikan di evernote buat arsip dan bahan ngeblog, atau malah live report ke grup whatsapp. Rasanya kok nggak konsen gitu, jadi nggak bisa full memperhatikan betul ekspresi pembicara dan tayangan presentasi (kalau ada) di depan sana.

Tapi sekali waktu saya mencoba, mumpung panitia menyediakan kids corner dan kami mengajak pengasuh juga. Jadi, di awal acara, panitia sudah bilang bahwa kalau mau nge-twit, pakai hashtag blablabla ya… Saya pun asyik ngetwit sekaligus update komentar di foto pembicara yang saya posting di facebook, anggap saja sekalian mencatat dan memenuhi permintaan teman-teman yang menanggapi postingan saya. Tapi ternyata sampai akhir acara tidak ada pengumuman pemenang, yaiyalaaah, kan memang nggak dibilang kalau dilombakan :D.

Barangkali penggunaan tagar itu untuk mempermudah dokumentasi saja ya, atau barangkali untuk memantau ‘reporter’ yang didatangkan? (soalnya saya mengamati ada seorang blogger cukup kondang yang event hopping hari itu, hahaha). Yaah, minimal saya jadi punya catatan yang rada komplet lah, semoga bermanfaat juga buat yang baca.

Nah, di event berikutnya, tepatnya event TUM Breastfeeding yang diadakan oleh portal The Urban Mama dalam rangka Pekan ASI Dunia/Bulan ASI Nasional, saya lebih siap. MC sudah mengumumkan adanya lomba sejak awal acara, lengkap denga hashtag. Saya langsung mengetik dan menyalin tagar tersebut agar bisa dengan gampang ditempel (copy-paste) nantinya, dan mengurangi kemungkinan salah ketik.

Hanya saja, berhubung browser hp yang saya gunakan agak ketinggalan zaman, untuk sekadar mention otomatis penyelenggara pun sulit jadinya. Alhasil saya jadi agak kehabisan waktu untuk mengetik ulang (ya, bayangkan!) beberapa nama akun. Satu-dua foto saya selipkan sebagai twitpic, sebab no pic=hoax, toh?

Kalau baca di buku yang saya sebutkan di atas sih, persiapan peserta yang niat banget jelas jauh lebih maksimal, ya. Sampai bawa lebih dari satu power bank (ini bawa sih, tapi tidak terlalu membantu), bawa laptop segala (iya sih, copy paste jadi lebih gampang ya, ah, saya rindu merk hp terdahulu yang ada clipboard-nya), back to back posting lewat ponsel maupun notebook agar tidak rugi waktu gara-gara loading, dan seterusnya.

Satu-satunya ‘trik’ yang saya terapkan selain mention akun penyelenggara, sponsor, dan pembicara, juga copy-paste (yang tidak sepenuhnya dijalankan), plus berkah karena saya sudah cukup mengetahui latar belakang pembicara plus materinya sehingga bisa melengkapi tweet dengan link terkait, adalahhh…. minjam hp suami yang lebih tangguh, hahaha.

img_20160829_075106.jpg

Alhamdulillah, sih, buahnya manis. Saya dinyatakan sebagai salah satu pemenang dan berhak membawa pulang Babymoov Messenger Bag yang fungsional plus stylish. Karena mba Monik selaku pembicara menyampaikan sharing-nya dengan terstruktur dan tidak ngebut, saya pun tak terlalu rugi gara-gara harus banyak menunduk.

img_20160905_222311.jpg

Beberapa hari ini saya jadi googling juga karena penasaran, benarkah tips live tweet seperti yang saya jalankan berbekal analisis ngasal itu?

Hasilnya, ternyata langkah saya sudah lumayan di jalan yang benar lah, seperti saya baca di sejumlah blog. Dair pencarian ini, saya juga jadi tahu kalau ada ukuran lain yang cukup teknis untuk menentukan siapa yang menang, yaitu seberapa besar pengaruh, reach, atau impact-nya, yang konon harus pakai aplikasi sendiri (belum browsing lebih lanjut soal ini). Jumlah follower juga ternyata bisa ngaruh. Sampai cari tahu segitunya, mau diseriusin, kah? Noooo….iseng-iseng berhadiah aja lah, belum ada energinya juga kayaknya berburu dengan all out begitu :D.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s