Materi Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch#2 Sesi #3
MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
“Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya”
Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, di mana kita berdua bersama suami diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.
Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendak-Nya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.
Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “misi spesifik”-nya, tugas kita memahami kehendak-Nya.
Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekadar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekadar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.
Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Dari mana kita harus memulainya?
PRANIKAH
Buat Anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses Anda dididik oleh orangtua Anda dulu?
b. Adakah yang membuat Anda bahagia?
c. Adakah yang membuat Anda ‘sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah Anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua Anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan Anda keempat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.
Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK
NIKAH
Untuk Anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami Anda dengan langkah-langkah sbb:
Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu Anda memilih “dia” menjadi suami Anda? Apa yang membuat Anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini Anda masih bangga terhadap suami Anda?
Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?
Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?
Keempat, lihat lingkungan di mana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam di mana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita di sini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?
Empat pertanyaan di atas apabila terjawab akan membuat Anda dan suami memiliki misi pernikahan, sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.
ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat Anda yang saat ini membesarkan anak Anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu Anda jawab selain keempat hal tersebut di atas.
a. Apakah proses berpisahnya Anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b. Kalau ada luka, sanggupkah Anda memaafkannya?
c. Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah Anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan Anda dan anak-anak.
Karena,
IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD – Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak.
Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalan-Nya.
Karena,
Orang yang sudah berjalan di jalan-Nya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus-menerus mengejar uang dan peluang.
Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal, dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, Anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya, dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan.
Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.
Salam Ibu Profesional,
Tim Matrikulasi IIP
SUMBER BACAAN
Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun Peradaban, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober 2016.
Video: Membangun Peradaban dari Dalam Rumah
================================================================
Sesi Tanya Jawab
Jumlah penanya pada materi pekan ke 3 ini sejumlah 23 penanya, berikut tanya jawab pada materi kali ini:
1⃣Mba Putri
Assalamu’alaikum. Bunda Diyah, ayah saya dulu meninggal ketika saya 8 tahun. Sehingga saya bisa dibilang tidak punya figur ayah, jadi saya hanya bisa membayangkan figur ayah ideal untuk anak-anak saya kelak (dulu sewaktu belum nikah). Nah begitu sudah nikah dan anak sudah lahir, saya seperti punya tuntutan ke suami harus ini itu ke anak. Kalau suami tidur waktu libur atau pulang malam beberapa hari, saya merasa khawatir “jangan-jangan” anak-anak nggak dapat perhatian, takut kehilangan figur ayah. Padahal suami saya juga intens main sama anak, mau mandiin juga, pergi-pergi hanya dengan anak, mau ngajarin ini itu juga ke anak, dll. Tapi kalo pas si bapaknya ini “me time“, saya jadi gelisah gitu. Kadang bisa berdamai, kadang nggak. Nah kalo nggak bisa berdamai itu lho jadinya ngomel, jadi ngga sabar juga ke anak akhirnya. Gimana ya Bun supaya saya lebih santai dan berdamai?
Jawaban :
1⃣ Saat bisa berdamai itu dalam kondisi seperti apa? Diusahakan untuk mengenali kondisi ketika bisa berdamai, sehingga saat datang hal-hal yang membuat gelisah, kita bisa atur haluan menuju kondisi berdamai✅
2⃣Mba Agustin
Bagaimana cara memaafkan orang tua yang merendahkan fisik dan mental sehingga saya tumbuh dengan PD yang rendah? Sampai sekarang perlakuan mereka juga tidak berubah dan berusaha ikut campur keluarga saya. Apakah saya masih bisa mendidik anak saya dengan baik kalau belum bisa memaafkan? Apakah saya bisa menjadi istri yang baik jika selalu ada titipan orang tua saya? Bagaimana saya bisa cuek terhadap perlakuan orang tua saya?
Jawaban:
2⃣ Tetap berpikir positif ya bun. Maafkanlah orang tua kita yang khilaf dalam mendidik kita. Dengan berdamai, bunda bisa banyak belajar dan bisa berempati dengan anak jika dihadapkan dalam situasi yang pernah bunda rasakan juga. Insyaallah ikhtiar bunda dan doa-doa yang bunda panjatkan membuat jalannya menjadi lebih ringan✅
3⃣ Mba Nasta
1. Dari umur berapa sebaiknya menggali bakat anak melalui lembaga pendidikan (les musik, les gambar, les bahasa dll) karena setiap trial biasanya anak batita masih pada level bermain-main di lembaga tersebut?
2. Bagaimana cara mendidik anak sesuai kehendak-Nya? Apakah dengan selalu mengajarkan syariat agama dan menjauhkan dari figur tokoh-tokoh kartun barat yang menjamur di mana-mana?
3. Misi spesifik kita dari sang pencipta apa ya? Tertarik untuk paham dan bisa diaplikasikan sehari-hari. Terima kasih
Jawaban:
3⃣ 1. Merujuk dari frame yang dibuat oleh keluarga Dodik Mariyanto tentang fitrah bakat adalah:
a. Usia 0-7 tahun
Tour de talent
Menggali potensi kekuatan
b. Usia 7-14 tahun
Menggali bakat
Visioning board
Nyantrik
c. Usia 14-21 tahun
Mengembangkan passion bersama mentor/ahli
Jika usia anak batita (bawah tiga tahun), maka penekanannya pada pengenalan ragam aktivitas dan wawasan, bisa dengan 3 banyak: banyak aktivitas, banyak bertemu orang dan banyak dilakukan.
2. Setiap anak mengemban misi spesifik untuk kehidupannya. Kita sebagai orang tua, terus menemani mereka untuk menemukan misi spesifik yang dilekatkan padanya. Terus berdiskusi dengan anak, membuka Al Qur’an dan Hadits sebagai panduan, silaturrahmi ke ahli.
3. Ketika kita melakukan satu hal, ada gejala-gejala yang menandakan bahwa itu adalah misi spesifik kita, yaitu: Mata kita selalu berbinar-binar; energi tidak pernah habis, serasa ada energi yang terbarukan; pantang menyerah, setiap kali ada ujian, selalu makin bersemangat (Septi Peni Wulandani)
Nah perlu dicoba, dalam hal apa gejala-gejala di atas kita rasakan. Jika sudah ketemu, tekuni, di situlah kita akan semakin memahami mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini✅
4⃣Sari
Jika awal kita menikah belum terlalu mengenal suami kita, setelah menikah baru terlihat bagaimana kebiasaan-kebiasaannya yang banyak berkebalikan dengan kita… Bagaimana kita bisa menyikapi perbedaan-perbedaan yang sering menjadi perselisihan?
Jawaban :
4⃣ Dinamikanya berumah tangga ya Bun. Kita dan suami dilahirkan dengan pengasuhan dan budaya yang bisa jadi berbeda. Perbedaan tersebut malah saling melengkapi. Sepanjang pernikahan, kita akan selalu beradaptasi. Perbedaan yang bukan esensi, bisa kita ambil hikmahnya dengan melihat dari kacamata pasangan.
Hal-hal baik yang sudah dilakukan pasangan kita, diingat-ingat juga ya, Bun.
5⃣Mba Febri
1. Pernyataan ini contohnya seperti apa: ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK
2. Mengenai pesan rahasia Allah terhadap kita yang diberi amanah anak oleh Allah. Anak saya meninggal saat usia 6 bulan, orang-orang di sekeliling saya menghujat mengatakan bahwa saya tidak dipercaya oleh Allah. Hujatan itu smpai sekarang masih membekas bagi saya, bahkan smpai saat ini saya mengandung kembali. Bahkan saya berusaha menghindar ketika bertemu dengan orang-orang yang menghujat saya seperti ini. Saya menjadi orang yang tertutup. Yang saya yakini, Allah mengambil anak saya karena anak saya dipilih untuk menjadi anak surga lebih dulu. Apakah sikap saya benar? Apa yang harus saya perbaiki? Saya sudah mencoba memaafkan mereka, tapi sulit rasanya.
Jawaban:
5⃣ 1. Seseorang mendapatkan pola asuh yang negatif dari orang tuanya. Ketika dirinya menjadi orang tua pun, akan melakukan hal negatif yang hampir sama dengan perlakuan orang tuanya dulu terhadap anak-anaknya.
2. Bunda, hidup dan mati itu adalah kehendak Allah. Allah yang mengatur semua sisi kehidupan manusia dan apa yang telah digariskan Allah, tentu menjadi pelajaran berharga untuk kita. Maafkanlah orang-orang yang bersikap negatif pada diri kita, relakanlah. Saat ini, prioritaskan kehamilan Bunda, terus bekali diri dengan ilmu-ilmu yang semakin meningkatkan kemampuan kita menjadi orang tua✅
6⃣Mba Raisa
Assalamualaikum Mba,
seperti yang dijelaskan bahwa,
IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak
Bagaimana jika visi misi kami sebagai suami istri dalam mendidik anak berbenturan dengan kebiasaan mertua/orang tua? Ketika mertua/orang tua terlalu ikut campur dengan cara kami mendidik anak, bagaimana cara kami mengkomunikasikan dengan baik agar tidak menyakiti hati mertua/orang tua?
Jawaban :
6⃣ Cari suasana yang santai (ini Bunda lebih paham kondisinya ya), ceritakan harapan-harapan Bunda dan suami tentang pendidikan anak. Libatkan mertua/orang tua dalam posisi-posisi yang sesuai dengan kapasitasnya dan tidak berbenturan dengan visi misi Bunda beserta suami.
7⃣Mba Diah
Setelah menikah dan melihat pasangan apa adanya kadang kekurangannya terasa lebih banyak ketimbang kelebihannya. Bagaimana mengembalikan rasa cinta pada pasangan?
Jawaban:
7⃣ Bunda, memang mempertahankan itu tidak semudah mendapatkannya, untuk itu izinkan hati Anda “jatuh cinta” setiap saat terhadap suami. Ketika salah satu tidak sesuai harapan, jangan saling menyalahkan, itu tandanya kualitas kita juga sedang berkurang di hadapan Allah, maka teruslah memantaskan diri menjadi istri yang baik, Allah Maha membolak-balikkan hati, maka hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati pasangan kita, BUKAN kita✅
8⃣Mba Rita Fithra Dewi
1. Bagaimana menjembatani perbedaan pandangan dalam pendidikan anak antara suami dan istri? Saya masih kesulitan mendapatkan jalan tengah terhadap pola pendidikan anak-anak kami.
2. Apakah dengan berdamai dengan masa lalu akan mempermudah jalan untuk menjadi lebih baik?
Jawaban:
8⃣ 1. Sering ngobrol dengan suami. Jika Bunda mendapatkan masukan ilmu tentang pendidikan anak, ceritakan pada suami. Jika suami berkenan, ajak untuk mencari informasi bersama. Proses ini tidak hanya sekali, namun terus menerus dilakukan.
2. Ketika kita sudah berdamai dengan masa lalu, maka tidak ada beban masa lalu yang membayangi kita. Kita bisa memulai langkah-langkah baru dengan jernih sehingga proses ke depannya menjadi lebih baik✅
9⃣Mba Widya
1. Bagaimana bila kita masih belum bisa berdamai dengan masa lalu setelah kita menikah? Apa step pertama yang harus dilakukan terlebih dahulu?
2. Kita seharusnya mencari tahu kenapa kita tinggal di suatu lingkungan, tapi bagaimana kalau kita merasa tidak cocok di lingkungan tertentu, misalnya rumah?
Jawaban:
9⃣ 1. Selesaikan terlebih dahulu bayang-bayang masa lalu kita hingga tuntas. Bersihkan jiwa kita dengan hal-hal yang positif. Tekadkan diri untuk memutus rantai masa lalu, melupakannya dan tidak akan mengulangi lagi.
2. Bunda ditempatkan di lingkungan yang sekarang ini atas kehendak dan ridho-Nya, maka pasti Allah sedang memiliki rencana untuk kita. Bersihkan hati untuk bisa menerima rencana Allah untuk diri kita ini, kemudian jalankan. Anda dibutuhkan oleh lingkungan di mana kita tinggal. Maka jangan pernah lari dari lingkungan, tapi buatlah lingkungan agar sesuai dengan kehendak-Nya✅
1⃣0⃣ Mba Aini
1. Kadang tanpa kita sadari, kita melakukan pola pengasuhan (bad parenting) mirip sekali dengan apa yang orang tua kita lakukan, bagaimana cara memutuskan pola pengasuhan yang salah (memukul, mencubit, mengabaikan perasaan anak, dsb) dari orang tua ke kita agar kita tidak mengulang kembali ke anak kita?
2. Apakah innerchild itu, bagaimana cara menyadari kehadirannya dan apa sumbangsih innerchild dalam pengasuhan anak anak kita?
3. Bagaimana cara memaafkan innerchild kita yang terluka serta langkah langkah apa saja agar kita dapat berdamai dengan masa lalu?
Jawaban:
1⃣0⃣ 1. Bertaubat, melupakan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Ketika hati dan pikiran sudah bersih, kita bisa memaknai bahwa anak adalah amanah, keberadaannya unik dan tidak ada duanya, sehingga kita akan terus berusaha mendampingi dan menemani fitrahnya bertumbuh.
2. Innerchild: warisan pengasuhan masa lalu. Kadang sehebat apa pun ilmu parenting atau psikologi yang kita pahami, tetap saja di tataran praktis yang kita pakai adalah apa yang pernah kita alami ketika kecil. Misalnya, kita tahu membentak dan menjewer itu buruk, namun ketika kekesalan memuncak maka hilang semua pemahaman, yang ada lagi-lagi membentak dan menjewer.
3. Tazkiyatunnafs, penyucian jiwa. Langkah-langkahnya seperti pada jawaban poin 1 di atas✅
1⃣1⃣Mba Elvira
1. Apa ciri-ciri orang yang masih menyisakan luka ketika mengasuh anak-anaknya sekarang?
2. Bagaimana bisa berdamai dengan masa lalu?
Jawaban:
1⃣1⃣ 1. Hal-hal negatif dalam pengasuhan yang dulu pernah diterima dari orangtuanya, diperlakukan juga kepada anak-anaknya saat ini
2. Sudah terjawab di no 1⃣0⃣✅
1⃣2⃣Mba Ayu
1. Bagaimana cara bersikap “tegas” kepada anak? Kadang-kadang bak buah simalakama. Di satu sisi kuatir anaknya jadi gak kreatif, di sisi lain pengennya anak bisa disiplin.
2. Bagaimana teknis “membandingkan/memberi contoh yang baik” kepada anak. Kadang-kadang ketika kita bermaksud memberi contoh dengan menyebut nama temannya, anaknya malah bilang “Ummi sayangnya sama A, sama Aku enggak” Hihihi.
3. Bagaimana tips mendidik anak tunggal (s.d. usianya 6 tahun, belum dikaruniai rezeki adik) agar menjadi anak yang tangguh dan mandiri?
Jawaban:
1⃣2⃣ 1. Tegas berarti jelas atau pasti (KBBI) Jika berkaitan dengan disiplin, berarti tegas di sini adalah melatih kebiasaan-kebiasaan baik dengan tata aturan yang jelas. Jika sudah disepakati satu kebiasaan baik akan dijalankan, maka konsistensinya harus tegas.
2. Saya pribadi, jika dibandingkan dengan orang lain, rasanya tidak suka, begitu pun anak-anak. Kita bisa berbincang dengan anak-anak tentang perkembangan yang telah diraihnya. Bagaimana pencapaian tahun ini daripada tahun kemarin? Ada kemajuan atau justru mundur? Bagaimana penguasaan keterampilan anak saat usia 6 tahun, apakah lebih baik daripada ketika usia 5 tahun? Kita cek perkembangan anak dari tahun ke tahun, bukan dengan membandingkannya pada salah seorang temannya.
3. Temani anak untuk bertumbuh sesuai dengan fitrahnya✅
1⃣3⃣Mba Efiaty
1 .Saya berada dalam lingkungan pergaulan yang kurang baik, bahkan bisa dibilang lingkungan yang buruk, bagaimana cara kita agar tetap bisa mendidik anak-anak kita sesuai dengan kehendak-Nya di tengah-tengah lingkungan yang demikian?
2. Apakah bakat dan minat itu berbeda? Adakah cara yang mudah dalam menemukan bakat anak-anak kita?
Jawaban:
1⃣3⃣ 1. Tetap utamakan pendidikan yang baik untuk anak-anak ya Bunda. Jika dirasa perlu, cari komunitas yang sejalan arah pendidikannya dengan kita.
2. Bakat: personality yang produktif (Buku Panduan Talents Mapping)
Minat: kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, keinginan (KBBI)
Menemukan bakat anak kita, perlu proses yang terus menerus. Perlu pengamatan yang berkelanjutan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh anak✅
1⃣4⃣Mba Nyonyik
Assalamualaikum mba
1.Apa yang dimaksud dengan “membangun peradaban” pada materi kali ini? Mohon dijelaskan.
2.Saya pahami yang dimaksud pasti melibatkan sekelompok masyarakat banyak, perlu gerakan masif. Bagaimana ini dapat dicapai, sedangkan sekarang kita “hanya” sedang menyiapkan keluarga kecil kita saja?
Jawaban:
1⃣4⃣ 1. Membangun generasi yang baik, sesuai dengan kehendak-Nya.
2. Gerakan sekelompok masyarakat, dimulai dari gerakan tiap-tiap keluarga. Bangunan kokoh dari tiap keluarga, akan membentuk gerakan yang baik di masyarakat✅
1⃣5⃣Mba Rita Lestari
Terkait misi spesifik saya selaku pribadi maupun keluarga. Bagaimana kalau sampai saat ini saya atau kami belum menemukan misi spesifik kami/keluarga kami? Bagaimana langkah-langkah konkret untuk menemukan misi spesifik itu? Kami selama ini berpegangnya dengan apa yang ada di Al-Quran misal kami harus menjadi muttaqin dan menjaga keluarga kami dari api neraka. Baru setelah itu direncanakan bergerak sebagai ustadziyatul alam apabila sudah ‘dianggap’ berhasil di lingkungan keluarga. Apakah bisa yang seperti ini disebut dengan misi spesifik? Terima kasih.
Jawaban:
1⃣5⃣ Teruslah berbincang dengan suami Bunda untuk menemukan misi spesifik keluarga. Jika sudah terjadi kegalauan terkait misi spesifik ini, maka bersyukurlah, karena ini berarti Bunda sudah dalam masa pencarian. Seseorang yang sudah menemukan misi spesifik, akan terlihat dari matanya yang berbinar-binar, memiliki energi positif, rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan imunitasnya meningkat. Lebih dalam tentang misi spesifik ini, akan dibahas di materi ke-7.
1⃣6⃣Mba Poppy
Berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal saya, tetangga depan rumah saya (yang hanya dipisahkan oleh jalan gang 2 meter) seorang ibu yang sering memarahi anak laki-laki SMP nya dengan suara yang sangat keras, nada tinggi, dan kata-kata yang cenderung kasar. Sehingga terdengar sampai ke rumah kami bahkan ke kamar kami. Tetapi ia tetap bersikap baik dalam bergaul dengan tetangga-tetangganya. Apa yang harus saya lakukan terhadap anak saya yang masih berusia 19 bulan, sering mendengar suara keras dan bentakan seperti itu walaupun bukan berasal dari rumah kami? Apakah suara-suara tersebut dapat berdampak tidak langsung kepada psikologi anak kami? Karena jujur saja, saya orang dewasa yang mendengar saja serasa saya yang dimarahi. Saya cukup khawatir dengan masalah ini. Kami baru 1,5 tahun tinggal di lingkungan ini. Bagaimana cara kami membentengi anak kami yang masih batita tersebut?
Terima kasih.
Jawaban:
1⃣6⃣ Biasakan untuk terus melakukan hal-hal baik. Ajak anak untuk bercerita tentang kondisi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jadikan hal-hal yang ada di sekitar kita, sebagai pembelajaran untuk kehidupannya✅
1⃣7⃣Mba Widya
Saya mempunyai anak laki-laki usia 8 tahun, pertanyaannya:
- Idealnya umur berapa bisa mengajarinya sholat ke masjid? Saya sudah pernah mengajaknya saat saya libur/tidak bekerja tapi masih gagal.
2. Bagaimana memberikan pemahaman kepada anak saya untuk belajar tidur tanpa saya (terpisah) saya.
3. Anak saya pernah minta sesuatu seperti mainan atau pergi kesuatu tempat tetapi saya menjawab nanti kalau bunda sudah ada uang, atau nanti ya kita menabung dulu apakah hal ini sudah bijak? Terima kasih
Jawaban:
1⃣7⃣
1. Dahulukan adab sebelum ilmu. Ajarkan anak adab saat beribadah di masjid, kemudian bersabarlah saat mendampingi anak. Bunda lebih paham, kapan anak kita siap untuk sholat di masjid.
2 dan 3: Kita perlu menanamkan konsistensi pada anak. Silahkan diskusikan dengan anak perihal tidur di kamar dan pengelolaan uang. Keputusan bersama akan lebih mudah diterima oleh anak. Kemudian konsistenlah dengan keputusan tersebut. Jika bunda konsisten, anak akan mengikuti teladan bunda✅
1⃣8⃣Mba Reytia
Assalamualaykum mau bertanya
1/ Bagaimana parameter kita sudah memaafkan seseorang yang pernah menyakiti kita di masa lalu?
2/ Saya membatasi kontak dengan orang tersebut (beliau keluarga dekat saya) karena saya menyadari karakter orang tersebut sangat merusak bagi saya. Dan perasaan saya ke beliau lebih dominan tidak peduli. Apakah saya sudah memaafkan beliau?
Jawaban:
1⃣8⃣ 1. Kita sudah tidak ada rasa negatif terhadap seseorang tersebut. Jika bertemu dengannya, perasaan kita sudah lega dan wajar.
2. Bunda yang bisa merasakan dan menilainya✅
1⃣9⃣Mba Leila
Bagaimana membedakan keinginan (minat?) anak dengan fitrahnya? Atau sama saja? Maksud saya, kan ada kemungkinan suatu keinginan sifatnya temporer saja, nah adakah jangka waktu tertentu untuk menentukan ini memang potensi sesuai fitrahnya yang mengarah ke peran spesifiknya atau mungkin ketertarikan sesaat saja?
Jawaban:
1⃣9⃣ Fitrah itu sudah melekat pada tiap-tiap orang. Misal fitrah belajar, semua orang memiliki fitrah untuk belajar/mempelajari sesuatu. Jika fitrah belajar ini terus bertumbuh, maka tanpa kita paksa, otomatis akan berjalan dengan sendirinya ketika dibutuhkan. Sedangkan minat/keinginan itu adalah kecenderungan orang untuk melakukan sesuatu. Ketika orang tersebut melakukan suatu hal dan ternyata menikmatinya tanpa ada rasa bosan, bisa jadi itu tanda-tanda peran spesifiknya✅
2⃣0⃣Mba Agris
1. Bagaimana cara “menghadirkan” ayah dalam membangun peradaban agar ibu tidak merasa sendirian?
2. Saya yakin suami saya adalah pasangan terbaik yang Allah pilihkan bagi saya. Tapi, masa lalu saya sebagai pihak yang ditinggalkan dalam melangkah ke jenjang pernikahan meninggalkan trauma tersendiri. Bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu itu dan meningkatkan kepercayaan diri bahwa saya mampu dan pantas mendampingi suami dalam mewujudkan peradaban di keluarga kecil kami?
Jawaban:
2⃣0⃣ 1. Libatkan Ayah dalam aktivitas keluarga. Berikan porsi waktu/kesempatan kepada Ayah untuk menunjukkan eksistensinya di dalam keluarga.
2. Cara berdamai dengan masa lalu sudah terjawab di no 1⃣0⃣
Mendekatkan diri kepada Allah, terus berusaha membekali diri dengan ilmu-ilmu yang mampu meningkatkan kapasitas kita sebagai orang tua✅
2⃣1⃣Mba Mira
Adakah tips dan trik mengajak suami berdiskusi hal yang filosofikal seperti ini? Suami saya paling susah diajak diskusi pertanyaan-pertanyaan seperti ini (visi kita dll)?
Jawaban:
2⃣1⃣ Dimulai dari pemetaan diri kita berdua sebagai pasangan suami istri, kemudian setelah itu berdua memahami anak-anak yang dihadirkan dalam keluarga ini, selanjutnya potensi unik alam, tempat kita tinggal, komunitas sekeliling kita dll. Di sanalah kita bakal paham, mengapa Allah menjadikan keluarga kita seperti ini ✅
2⃣2⃣Mba Rahma Hasbi
Ibu saya dulunya seorang pegawai. Jadi waktu kecil dulu lebih banyak dihabiskan bersama nenek dan saudari bapak. Ada beberapa moment yang terasa lebih dekat jika bersama mereka ketimbang ibu saya sendiri. Oleh karena itu, ini menjadi salah satu alasan kuat kenapa hari ini saya lebih memilih menjadi full time mother ketimbang working mother. Apakah ini sebuah kekeliruan?
Jawaban:
2⃣2⃣ Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, kita perlu melakukan dengan cara yang berbeda pula. Apa yang Bunda lakukan adalah hasil dari proses pembelajaran yang Bunda alami. Lakukan hal-hal yang baik untuk keluarga✅
2⃣3⃣Mba Primaliza
Sebagai orang tua tentu kita menginginkan hal yang terbaik untuk anak-anak kita, baik dari segi perbuatan, tingkah laku dan ucapan. Kita ketahui bahwa anak merupakan peniru yang ulung, apa yang dilihat dan didengar langsung direkam sama anak-anak kita, terkadang kita tidak bisa mengontrol kegiatan anak-anak kita baik itu di rumah atau di sekolah. Saya sebagai ibu yang waktunya sedikit untuk anak karena bekerja setiap hari.
Pertanyaannya:
Bagaimana caranya kita sebagai ibu dapat mengontrol dengan baik apakah itu perbuatan, tingkah laku, perkataan anak supaya tidak terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik di lingkungan baik sekolah atau lingkungan?
Jawaban:
2⃣3⃣ Latih hal-hal yang baik hingga menjadi satu kebiasaan. Jika diperlukan, bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung terhadap aktivitas anak. Pihak-pihak tersebut bisa dipercaya untuk memberikan informasi yang benar dan jelas.✅
================================================================================
Review NHW #3
Matrikulasi Institut Ibu Profesional
MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
Kalau kamu ingin berbincang-bincang dengan DIA, maka temuilah DIA dengan caramu, Tetapi apabila kamu ingin mendengar DIA berbicara, memahami apa kehendak-Nya padamu, maka IQRA’, bacalah semua tanda cinta-Nya untuk kita, mulai dari surat cintaNya sampai dengan orang-orang dan lingkungan di sekeliling kita.
Apa yang sudah teman-teman lakukan di proses Nice Homework #3 ini adalah proses IQRA’ (membaca).
Dimulai dari membuat surat cinta. Mengapa harus membuat surat cinta? Karena bagaimana Anda bisa merasakan surat cinta-Nya, kalau Anda sendiri tidak pernah menghargai betapa beratnya menuliskan sebait demi sebait surat cinta untuk kekasih Anda.
Dan kita semua belajar bagaimana melihat respon, surat cinta yang disampaikan dengan hati, kadang tidak pernah berharap apa pun, mulai dari dicuekin, meski tanda centang sudah berubah warna biru sampai dengan surat cinta balasan suami yang ditulis di wall FB yang membuat hati makin mengharu biru.
Demikianlah Sang Maha Pemberi Cinta, kadang memberi tanpa meminta. Surat cinta sudah dikirim, waktu pertemuan sudah ditentukan, candle light dengan hidangan istimewa di sepertiga malam terakhir sudah disiapkan, tapi kita kekasihnya tetap dingin dengan seribu satu alasan.
Tetapi DIA tetap mencintai kita, tanpa pamrih.
Menyitir puisi Sapardi Djoko Damono,
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”
Maka tetaplah alirkan cinta kepada pasangan Anda, anak-anak Anda, jangan pernah berhenti, seberapa pun menyakitkannya balasan yang Anda terima.
Terima kasih untuk kebesaran hati teman-teman mempercayakan grup ini untuk menerima aliran rasa Anda.
Salam Ibu Profesional,
Tim Matrikulasi IIP
Kemudian mulailah dengan melihat dua fase ini. Kalimat ini yang perlu teman-teman pahami dari hari ke hari.
Pahamilah bahwa semua menginginkan ‘keberadaan’ Anda, Anda diciptakan dengan tidak sia-sia. Maka bersungguh-sungguhlah dalam menjaga “amanah” yang sudah diberikan dengan sepenuh cinta untuk kita.
Inilah VISI HIDUP kita semua dalam membangun peradaban, terlalu berat apabila dikerjakan sendiri-sendiri, maka kerjakanlah dengan misi spesifik kita masing-masing.
Jangan pernah bandingkan diri Anda/anak Anda/keluarga anda dengan diri/anak/keluarga lain. Tapi bandingkanlah dengan diri/anak/keluarga Anda sendiri. Apa perbedaan Anda hari ini dengan Anda satu tahun yang lalu.
Kuncinya bukan pada seberapa banyak harta yang kita miliki, melainkan seberapa BERSUNGGUH-SUNGGUHnya kita dalam menjalankan MISI HIDUP kita”
Sumber Bacaan:
Materi matrikulasi membangun peradaban dari dalam rumah, IIP, 2016
Tulisan-tulisan Nice Homework #3 dari para peserta matrikulasi IIP, 2016
Hasil diskusi penajaman misi hidup dengan bapak Dodik Mariyanto dan Abah Rama Royani.