Materi kelas Matrikulasi IIP Batch 2 Sesi IV: Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

Resume Materi Ke-4
Matrikulasi IIP JKT Batch #2
MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Hari /tanggal: Selasa, 8 November 2016
Pukul 20.00 – 21.00 WIB
Fasilitator: Bunda Dian
Ketua: Hastuti Sari Dewi
Koordinator pekan ke-4: Nur Fauziah

PROGRAM MATRIKULASI IBU PROFESIONAL SESI #4

MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Bunda, setelah kita memamahi bahwa salah satu alasan kita melahirkan generasi adalah untuk membangun kembali peradaban dari dalam rumah kita, maka semakin jelas di depan mata kita, ilmu-ilmu apa saja yang perlu kita kuasai seiring dengan misi hidup kita di muka bumi ini. Minimal sekarang Anda akan memiliki prioritas ilmu-ilmu apa saja yang harus Anda kuasai di tahap awal, dan segera jalankan, setelah itu tambah ilmu baru lagi. Bukan saya, sebagai teman belajar Anda di IIP selama ini, maupun para ahli parenting lain yang akan menentukan tahapan ilmu yang harus anda kuasai, melainkan DIRI ANDA SENDIRI.

Apakah mudah? TIDAK. Tapi yakinlah bahwa kita bisa membuatnya menyenangkan. Jadilah diri Anda sendiri, jangan hiraukan pendapat orang lain. Jangan silau terhadap kesuksesan orang lain. Mereka semua selalu berjalan dari KM 0, maka mulai tentukan KM 0 perjalanan Anda tanpa rasa “galau”.

Inilah sumber kegalauan diri kita menjalankan hidup, kita tidak berusaha memahami terlebih dahulu apa “misi hidup” kita sebagai individu dan apa “misi keluarga” kita sebagai sebuah komunitas terkecil. Sehingga semua ilmu kita pelajari dengan membabi buta dan tidak ada yang dipraktikkan sama sekali. Semua seminar dan majelis ilmu offline maupun online kita ikuti, karena kekhawatiran tingkat tinggi akan ketertinggalan ilmu kekinian, tapi tidak ada satu pun yang membekas menjadi jejak sejarah perjalanan hidup Anda.

Checklist harian sudah Anda buat dengan rapi di Nice Homework #2, surat cinta sudah anda buat dengan sepenuh hati di Nice Homework #3. Bagi yang sudah menemukan misi hidup dan misi keluarga, misi tersebut sudah kita tulis besar-besar di dinding kamar, tapi Anda biarkan jadi pajangan saja. Maka “tsunami informasi”-lah yang Anda dapatkan, dan ini menambah semakin tidak yakinnya kita kepada “kemampuan fitrah” kita dalam mendidik anak-anak.

“Just DO It”,
lakukan saja meskipun Anda belum paham, karena Allah-lah yang akan memahamkan Anda lewat laku kehidupan kita.

Demikian juga dengan pendidikan anak-anak. Selama ini kita heboh pada “Apa yang harus dipelajari anak-anak kita”, bukan pada “Untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut”. Sehingga banyak ibu-ibu yang bingung memberikan muatan-muatan pelajaran ke anak-anaknya tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus melakukannya.

Ada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir zaman, yaitu

PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Tahap yang harus Anda jalankan adalah sebagai berikut:

a. Bersihkan hati nurani Anda, karena ini faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan Anda.

Gunakan Mata Hati untuk melihat setiap perkembangan fitrah anak-anak. Karena sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya sehingga anak-anak tidak akan menjadi seperti kita, yang terlambat menemukan misi spesifik hidupnya.
Pahami Fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja. Mulai dari fitrah Ilahiyah, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat, Fitrah Perkembangan, Fitrah Seksualitas dll.
Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogkan diri Anda dengan seorang petani organik.
Selanjutnya tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses.
Semua riset tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dan sebagainya hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.

Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. “Bersama anak” itu Anda dan anak berinteraksi mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. “Waktu dengan anak”, Anda dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan pikiran kita entah ke mana.
Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena anak Anda “very limited special edition”.
Bunda, mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dsbnya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.

Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan bernalar atau menguasai banyak pelajaran, lebih penting mana membuat mereka cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca?

Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya.

Salam Ibu Profesional,

Tim Matrikulasi Ibu Profesional.

Sumber bacaan:

Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Jogjakarta, 2013.

Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016.

Antologi, Komunitas Ibu Profesional, Bunda Sayang, Surakarta, 2014.

Materi Matrikulasi sesi #3, Membangun Peradaban dari Dalam Rumah, 2016.

Video:

———————————————————————-

Jumlah Penanya pada materi pekan ke 4 ini sejumlah 13 penanya, berikut tanya jawab pada materi kali ini:

Resume Diskusi Materi Pekan Ke-4

Matrikulsai IIP JKT Batch #2

                                                 MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Har  tanggal: Selasa, 8 November 2016

Pukul: 20.00 – 21.00 WIB

Fasilitator: Bunda Dian

Ketua: Hastuti Sari Dewi

Koordinator pekan ke 4: Nur Fauziah

1⃣  penanya: Yanita

Sejak lahir, anak telah memiliki misi spesifik hidupnya. Tugas kita sebagai ortu adalah membantu menemukannya.
Bagaimana cara membantu menemukan misi spesifik anak sejak anak masih balita?

1⃣  jawaban :

Ilmu fitrah itu ada di Al Quran Mbak. Kemudian diterjemahkan oleh manusia dari berbagai disiplin ilmu. Ada yang meneliti dari pengamatan perkembangan anak, dari sisi pertumbuhan psikologis anak dll. Kalau saya menentukan dari berbagai macam pengamatan sehari-hari. Sehingga memunculkan sebuah konsep yang paling cocok untuk ketiga anak-anak saya adalah sebagai berikut:
0-7 th : kaya akan wawasan
7-14 th : kaya akan gagasan
14-21 th : Kaya akan aktivitas.

Setelah itu diturunkan lagi ke berbagai fitrah yang ada, maka jadilah rumusan yang seperti ini.

-Septi Peni-

Misi spesifik bagi anak bisa dikaitkan dulu dengan misi spesifik keluarga. Sejalan berkembangnya nalar anak,  maka sudah menjadi fitrahnya utk menemukan apa yang membuat dirinya merasa bermanfaat dan berbinar-binar saat melakukannya✔

2⃣ Penanya :Rita

Terkait mendidik sesuai fitrah anak dan dikaitkan dengan usia sampai dengan 7 tahun adalah tour the talent. Apakah berarti sampai usia tersebut anak tidak dianjurkan utk diam belajar secara serius dalam beberapa menit saja? Karena secara fitrah apalagi jika ditunjang karakter anak yang tidak bisa diam dan bukan tipe yang mudah menurut maka dia maunya ya maiiiinnnn terus. Mainnya sih bermanfaat utk motorik kasar, halus, sensori, dan kepekaan sosial. Tapi kami ingin melatih dia agar bisa duduk diam belajar. Akhirnya kami memutuskan agar setiap ba’da maghrib dia belajar baca iqra‘. 1 halaman saja setiap hari. Awalnya dia tidak mau dan menangis meraung-raung. Kami keukeuh kalau tidak mau baca iqra kakak tidak diperbolehkan masuk kamar. Tapi sebelumnya kami sudah terangkan ke kakak manfaat belajar iqra dan kenapa harus. Ada reward bintang yang bisa ditukar dengan crayon atau barang bermanfaat yang dia butuhkan. Nah sekarang, selama kurleb rutin sebulan, dia sudah minta sendiri baca iqra. Dia sudah tahu jadwalnya. Sekarang sudah masuk iqra 2. Oya usia anak saya 3Y6M. Yang mau saya tanyakan, apakah yang kami lakukan ke anak kami tersebut belum sesuai fitrahnya? Sekiranya iya, perbaikan apa yang bisa kami lakukan?

2⃣  Jawaban:

Dalam contoh yang bunda kemukakan ini bisa untuk mengenalkan fitrah keimanan atau ilahiah. Mengenalkan fitrah keimanan untuk anak usia di bawah 7 tahun akan tepat sasaran jika dikenalkan dengan keteladanan ataupun kisah-kisah. Misal Bunda ingin agar anak Bunda rajin membaca Al-Quran, berikan contoh bahwa bunda pun membaca Al-Quran. Walaupun anak mungkin bermain dan tidak memperhatikan, namun sesungguhnya ia sedang menyerap contoh yang Bunda berikan.

Contoh lainnya bunda bisa mengenalkan Allah melalui sifat-sifat Asmaul Husna yang dijabarkan dalam kejadian sehari-hari.

Setiap prosesnya Bunda bisa memastikan apakah anak nyaman atau tidak dengan metodenya.✔

3⃣ Penanya: Feby

Saya mau tanya, perbedaan waktu bersama anak – waktu dengan anak.

3⃣ Jawaban

Waktu bersama anak berarti ada hubungan yang intens antar ibu/bapak dengan anak. Seluruh perhatian, tenaga tercurah kepada anak.

Waktu dengan anak: secara fisik kita ada di dekat anak namun jiwa dan pikiran kita tidak berada di sana✔

4⃣ Penanya: Sari
1. Deskripsi fitrah itu seperti apa ya Mba?
2. Fitrah perkembangan dan fitrah seksualitas itu contohnya gimana?

4⃣ Jawaban:

1. Fitrah: sifat asal, pembawaan (KBBI)

2. Contoh fitrah perkembangan: tahap perkembangan anak usia 0-2 tahun akan berbeda dengan tahap perkembangan anak usia 7-10 tahun.

Contoh fitrah seksualitas: berdasar jenis kelamin laki-laki dan perempuan, kemudian berkembang, bagi anak perempuan akan menjadi peran kebundaan dan bagi anak laki-laki menjadi peran keayahan✔

5⃣ Penanya: Nina

Apa yang dimaksud dengan proses mendidik sealamiah mungkin?

5⃣ Jawaban:

Pada hakikatnya mendidik itu mengeluarkan bakat dan kemampuan fitrah anak. Bukan memaksakan atau memcekoki anak dengan pelajaran-pelajaran yang bisa jadi bukan merupakan kebutuhan anak. Dan tetap yakin bahwa tiap anak unik dan berbeda jadi cara mendidiknya pun pasti berbeda. Bunda yang lebih tahu bagaimana karakter setiap anak.✔

6⃣ Penanya :MbakNyonyik

1. Pendidikan anak dengan kekuatan fitrah. Apa yang dimaksud dengan fitrah? Dan apakah kekuatan fitrah itu?
2. Bagaimana memahami fitrah apa apa saja yang dibawa anak sejak lahir? Apa saja Referensi buku/web untuk belajar mengenai fitrah anak lebih lanjut?
3. Analogikan diri kita sebagai petani organik, bagaimana maksudnya? Pengandaian apa yang ingin disampaikan dengan analogi ini? Karena saya kurang paham langkah bertani organik, jadi “ga dapet”.

6⃣ Jawaban:

1. Sudah terjawab di pertanyaan ke-4.
2. Rujukannya bisa dilihat di Al Quran.
3. Yang saya pahami petani organik itu menanam dari benih atau biji. Dari benih yang ditanam dirawat dan dipelihara dengan disiram dan diberi pupuk. Tidak perlu diberikan ‘suntikan’ yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan. Jika masa berbunganya 3 bulan ya memang 3 bulan, tidak diakselerasi menjadi 2 bulan. Karena saya yakin di setiap waktu pertumbuhan dan perkembangannya ada sesuatu yang bisa diambil pelajaran sebagaibekal agar tanaman tersebut kokoh dan kuat sesuai masanya.✔

7⃣ Penanya: Elvira

1. Mohon penjelasan lebih detail lagi tentang bagaimana cara membersihkan hati nurani dan menggunakan mata hati untuk melihat perkembangan anak?

2. Mohon bimbingannya contoh konkret toilet training sesuai dengan fitrah seperti apa ya tahapannya?

7⃣ Jawaban:

1. Hal yang utama untuk dilakukan sebagai bunda adalah membersihkan diri dari rasa bahwa kita tahu apa yang anak kita butuhkan berdasarkan sudut pandang kita, bukan dari sudut pandang anak. Saya sendiri masih belajar untuk melihat kebutuhan untuk mempelajari sesuai berdasarkan apa yang anak butuhkan.

2. Toilet training bisa dimulai saat anak sudah bisa memahami keinginannya untuk buang air besar ataupun kecil. Biasanya ketika anak sudah punya kemampuan ini, mereka lebih bisa mengontrol keinginan buang air dan secara fisik juga sudah mendukung (misal: sudah bisa berdiri sendiri). Anak pertama saya memulai toilet training saat dia sdh merasa tdk nyaman dipakaikan diapers. Sedangkan pada anak kedua toilet training saya mundurkan waktunya karena secara psikis dia merasa tertekan (baru punya adik).✔

8⃣ Penanya : Aini

1. Tema materi kali ini adalah mendidik anak dengan kekuatan fitrah.
Apakah definisi fitrah sesuai dengan konteks di atas?
2. Bagaimana cara agar kita sebagai orang tua bisa memahami fitrah anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya? Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk memahami dan mengembangkan fitrah tersebut?

8⃣ Jawaban :

1. Sudah terjawab di pertanyaan nomor 1 dan 4.
2. Mendidik anak itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah. Karena sesungguhnya mendidik anak itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanah-Nya. Jadi sejatinya tidak ada yang bisa didelegasikan dalam mendidik anak. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Mendidik anak dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yang baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yang akil baligh secara bersamaan. Mendidik anak nyaris selesai di usia 14 tahun ke atas. Orangtua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa.
Kita dipercaya sebagai penjaga amanah-Nya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orangtua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orangtua yang melakukannya. Mendidik tidak hanya sekedar membesarkan dan memberi materi, melainkan Anda sedang membangun sebuah sejarah peradaban.✔

9⃣ Penanya: Kartini

  1. Pendidikan anak sesuai fitrah, apakah artinya, kita harus menanamkan kesukaan belajar, dibandingkan dengan mengenalkan banyak bidang ilmu.
    2.  Jika ortu anak masih meraba misi spesifik & belum menemukan, bagaimana solusinya?
    3.  Jika saya suka membaca, apakah artinya fitrahnya pembelajar, bagaimana memaksimal fitrah kita sebagai ortu terlebih dahulu. Makasih.

9⃣ Jawaban :

1. Iya, menumbuhkan kesukaan belajar. Mengenalkan banyak bidang ilmu itu termasuk dalam kaya wawasan.

2. Segera selesaikan. Jika oran tua sudah menemukan misi spesifiknya, akan lebih mudah menemani anak-anak untuk menemukan misi spesifik mereka

3. Pembelajar; orang yang belajar. Suka membaca itu salah satu cara belajar.
Memaksimalkan fitrah sebagai orangtua: menjalankan peran sebagai orang tua untuk menumbuhkan fitrah anak✔

1⃣0⃣ Penanya: Ratna

Saya senang mencari ilmu tentang parenting, baik secara offline maupun online. Tapi terkadang, semakin banyak mendapat materi mengenai parenting, semakin merasa jauh dari kata “sempurna” dan sering malah jadi bingung utk memperbaiki dan memulainya dari mana. Menurut pakar begini,  menurut pakar B begitu.  Jadi malah bingung juga 😊 .Bagaimana menghadapi hal tersebut? Dan sebaiknya bagaimana?

1⃣0⃣ Jawaban :

Istilah saya, Bunda kena tsunami informasi. Tetap ingat prinsip one bite at a time. Ikuti prinsip parenting yang sesuai dengan misi spesifik keluarga bunda. Setiap mendapatkan satu ilmu, lakukan dengan konsisten lalu evaluasi…selalu berpikir positif bahwa Bunda pasti bisa melakukannya sesuai fitrah kita sebagai ibu✔

1⃣1⃣ Penanya: Efianty

Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena anak Anda “very limited special edition”  Tentang poin di atas Mba, contoh konkretnya seperti apa ya? Terima kasih.

1⃣1⃣ Jawaban:

Contoh di fitrah belajar, saya ambil tentang mengasah intellectual curiousity. Maka untuk Elan yang saat itu berusia kurang dari 7 tahun, belajar membuat pertanyaan dengan teman yang sama, misal saya ambil tema “Jakarta”
Elan :
a. Mengapa Jakarta macet?
b. Siapa yang bertugas mengatasi kemacetan?
c. Bagaimana caranya membuat aturan lalu lintas untuk membuat jakarta lancar? dll
Enes dan Ara yang berada di usia 7-14 th
a. Mengapa tidak kita usulkan sistem lalu lintas untuk Jakarta
b. bagaimana jika kita buat hari pakai sepeda?
c. bagaiman jika pom bensin diganti galon air minum untuk pesepeda dll. Sehingga belajarnya anak berdasarkan dari rasa ingin tahu mereka masing-masing, meski temanya sama.
👆🏾contoh dari bu Septi utk anak-anaknya✔

1⃣2⃣ Penanya :

Asyirin

Mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dsbnya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.
Pertanyaan: contoh dari membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak itu seperti apa ya Mba?

Terima kasih utk jawabannya ^^

1⃣2⃣ Jawaban :

Yang sedang saya cobakan pada anak-anak misalnya mengenalkan Robb-nya dengan melihat asal usul terjadinya sesuatu. Misal temanya hewan, kadang muncul pertanyaan kok nyamuk makan kodok. Kan kasian nyamuknya… Dari pertanyaan yang muncul bisa dieksplorasi bahwa Allah menciptakan semuanya pasti dengan kebermanfaatannya. Dalam proses makan memakan tersebut akan tercipta keseimbangan hidup. Coba, apa ya yang akan terjadi kalau nyamuk ga dimakan sama kodok?

Semoga bisa dipahami😊

1⃣3⃣ Penanya: Oktin

Bagaimana caranya bisa maksimal menyiapkan diri mendidik anak dengan kekuatan fitrah untuk kami yang belum punya anak?
1⃣3⃣ Jawaban :

Pastikan Bunda sudah menemukan misi spesifik bunda serta misi spesifik keluarga dan mengenali apa saja ilmu-ilmu yang akan mendukung Bunda nantinya.
Selanjutnya bunda tinggal menerapkannya saat sudah dikaruniai keturunan :). ✔

Berikut tanya jawab di Kelas Matrikulasi Ibu Profesional untuk Pengurus IIP

4⃣Novita – Tangsel.
Kalau ilmu yang harus dipelajari tak searah dengan bidang kerja kita mana yang harus diprioritaska,n Bu? Ilmu yang di misi kita atau kerjaan kita.

Ibu Septi Peni Wulandani: 4⃣ Mbak Novita, inti dari hidup ini adalah proses menjalankan misi hidup, sehingga kalau kita merasa bidang pekerjaan kita jauh dari misi hidup kita berarti ada yang OFF Track. Cirinya adalah adanya ketidakseimbangan baik dari sisi emosi, waktu dll. Maka segera penuhi ilmu yang sesuai misi hidup kita, di situlah akan mengalir banyak keberkahan.✅

‪8⃣andita – Malang
Jika misi spesifik hidup terkait mendidik anak dengan profesional, Bu…berati secara tidak langsung sudah sejalan dengan amanah utama. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana jika misi spesifik hidup tidak berkaitan dengan penddikan anak?
Apa yang harus dilakukan untuk menyeimbangkan kedua hal itu? Padahal amanah utama tentulah tetap mendidik anak.

Ibu Septi Peni Wulandani: 8⃣ Mbak Andita, saya ambil contoh ya, misal peran hidup kita adalah seorang SERVER, kekuatan diri kita di bidang pelayanan, sehingga misi hidup kita adalah melayani kebutuhan hidup seseorang. Pekerjaan kita di bidang keperawatan. bagaimana dengan penjagaan amanah ke anak-anak? Menjadi perawat adalah kehendak-Nya dalam hidup Anda. Sehingga DIA pasti memiliki rahasia besar, mengapa kita diberi dobel amanah. Anak dan pasien. Keduanya memerlukan peran kita sebagai server. Maka profesionallah di keduanya. Kalau Anda bisa dengan sabar melayani pasien di RS, maka ketika pulang harus lebih sabar lagi melayani anak-anak, bukan dibalik. Karena kemuliaan Anda pada pelayanan. Dan profesional ke anak adalah titik awal Anda untuk bisa profesional di bidang pekerjaan kita. Tidak ada yang terpisahkan dan terkorbankan. Ingat, rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari.✅

Mudah-mudahan menambah wawasan😊

=============================================

Matrikulasi IIP Batch #2
REVIEW NICE HOMEWORK #4

MEMBUAT KURIKULUM YANG “GUE BANGET”

Bunda, membaca satu demi satu nice homework #4  kali ini, membuat kami makin yakin bahwa akan makin banyak anak-anak Indonesia yang memiliki Ibu-Ibu tangguh, yang paham akan dirinya dan mampu memberi teladan kepada anak-anaknya, bahwa seperti inilah cara belajar di Universitas Kehidupan.

Tantangan dalam mengerjakan Nice Homework #4  ini bukan di urusan hasil pencapaian, tetapi justru di urusan kesungguhan Bunda untuk menemukan diri.  Proses ini memang tidak mudah, tetapi kalau kita tidak memulainya maka kita tidak akan pernah tahu. Maka efek berikutnya kita tidak bisa memandu anak-anak kita dalam menemukan peran hidupnya. Ketika merasa  tidak bisa dan tidak mau belajar efek berikutnya adalah kita subkontrakkan pendidikan anak kita ke orang lain, yang belum tentu paham akan sisi keunikan anak kita. Inilah yang menjadi sumber awal munculnya penyakit “kemandulan” dalam mendidik anak-anak. Menggerus kekuatan fitrah kita dalam mendidik anak-anak sehingga menyatakan dirinya “tidak mampu lagi”.

Untuk itu kami akan membantu Bunda dan calon bunda semuanya menemukan misi hidup ini setahap demi setahap.

🍀Bagi Anda yang belum menemukan “jurusan” ilmu apa yang harus ditekuni dengan fokus, maka bersabarlah, tuliskan apa adanya di NHW #4 ini bahwa  anda memang belum ketemu sama sekali. Kemudian silakan lihat kembali ke belakang, faktor-faktor apa saja yang membuat Anda sampai usia sekarang belum bisa menemukannya.

Tulislah dengan jujur, kemudian lihatlah kondisi sekarang, bagaimana Anda mengenal diri anda?

Aktivitas apa saja yang membuat Anda SUKA dan BISA, tulis semuanya.

Apa sisi kekuatan diri Anda? Silakan tulis semuanya.

Pernyataan-pernyataan ini sudah SAH untuk menggugurkan NHW #4 Anda.

Semoga dengan melihat hal ini, Bunda semuanya menjadi lebih SABAR, ketika melihat anak-anak kita yang masih galau tidak paham arah hidupnya. Jangankan mereka, kita yang sudah puluhan tahun hidup saja ternyata juga belum paham. Bisa jadi anak-anak kita memang punya pengalaman yang sama dengan kita dulu dan sekarang kita didik mereka dengan pola yang sama dengan cara orangtua kita mendidik kita dulu.

Kembali ke fase titik nol dan segera bergerak.

“Jangan pernah berdiam di ruang rasa, sehingga titik nol membekukan hidup Anda.”

🍀Bagi Anda yang sudah menemukan “jurusan” ilmu apa yang harus ditekuni dengan fokus, maka silakan ikuti simulasi secara setahap demi setahap di bawah in :

1⃣Tulislah Jurusan Ilmu secara Global, misal: Pendidikan Anak dan Keluarga.

2⃣Tentukan KM 0 nya mau Anda tempuh mulai kapan? Atau apakah saat ini sudah dalam proses berjalan di tahap 1? Maka tulislah kapan Anda memulai KM 0.

3⃣Kita ambil satu hasil penelitian Malcolm Gladwell dalam bukunya yang berjudul Outliers (2008) pernah mengemukakan sebuah teori yang menarik, 10.000 hours of practice. Menurutnya, jika seseorang melatih sebuah skill tertentu selama minimal 10.000 jam, maka hampir bisa dipastikan orang itu akan “jago” dalam bidang tersebut. “They will master the skill,” kata Gladwell.

Dari mana ia bisa yakin? Konon Gladwell mengembangkan teori ini dari hasil penelitian terhadap para pemain biola selama puluhan tahun. Dari penelitian itu, para pemain biola yang berlatih minimal 2 jam sehari selama 12 tahun (kurang lebih 10.000 jam) semuanya menjadi para maestro biola. Orang yang di pertengahan berlatih di antara 5.000 hingga 8.000 jam, sementara pemain biola yang gagal berlatih di bawah 3000 jam.

4⃣Silakan ukur kemampuan teman-teman, dalam sehari kira-kira sanggup menginvestasikan waktunya berapa jam, untuk menekuni jurusan ilmu tersebut. Katakanlah kita ambil yang paling pendek hanya 2 jam per hari.

Mari kita berhitung:
10.000 jam : 2 jam = 5000 hari
Apabila setahun katakanlah hanya kita ambil 250 hari efektif saja, maka

5000 hari : 250 = 20 tahun

Inilah periode waktu yang harus Anda tempuh untuk bisa menjadi master di bidang Anda.

5⃣Silakan bagi 20 tahun tersebut dalam KM perjalanan yang akan Anda tempuh, misal:

KM 0 – KM 1 = Bunda Sayang  5 tahun)

KM 1 – KM 2 = Bunda Cekatan (5 tahun)

KM 3 – KM 4 = Bunda Produktif (5 tahun)

KM 4 – KM 5 = Bunda Shaleha (5 tahun)

Tidak ada patokan khusus dalam menentukan rentang waktu, silakan Anda buat sendiri sesuai dengan kemmapuan kita.

6⃣Uraikan kira-kira mata pelajaran apa saja yang harus kita pelajari satu-satu di mata kuliah pokok Bunda Sayang, Bunda Cekatan ,dsb.

7⃣Cari sumber belajarnya ada di mana saja dan KONSISTEN menjalankannya.

AKSELERASI

Apabila ternyata dalam belajar di jurusan ini mata Anda makin berbinar, semangat Anda tak pernah pudar, bisa jadi yang harusnya hanya investasi 2 jam/hari secara alamiah akan menjadi lebih dari 2 jam. Maka pilihlah aktivitas harian, waktu yang paling banyak menghabiskan hari-hari Anda, adalah aktivitas yang memperbanyak
JAM TERBANG.

Kalau sudah seperti ini Allah sedang menghendaki anda untuk masuk program “AKSELERASI”

Ada dua cara akselerasi yaitu:

🍀Menambah Jam terbang harian

🍀Membeli Jam terbang
Bagaimana caranya membeli? Dengan mendatangi para ahli yang sesuai dengan bidang kita, belajar banyak dari beliau. Pelajari jatuh bangunnya seperti apa, sehingga kita bisa “jump starting” dengan tidak perlu mengulang kesalahan yang pernah dilakukan oleh para ahli tersebut. Sejatinya dengan mengikuti program matrikulasi ini, anda sedang membeli jam terbang.

🍀Carilah mentor hidup Anda yang bersedia memandu dengan konsisten agar anda mencapai sukses dengan lebih cepat lagi.

Dengan belajar bersungguh-sungguh di NHW #4 ini, teman-teman akan dengan mudah menyusun

customized curriculum

untuk anak-anak kita masing-masing.silakan mulai dari diri Bunda dulu untuk bisa merasakannya. Karena kalau bundanya sudah bisa, maka kita  akan mendapatkan bonus kemampuan menyusun kurikulum bagi anak-anak kita.

Kuncinya hanya dua:

FOKUS dan KONSISTEN

Jadilah yang terhebat di bidang Anda masing-masing. Jangan pernah menyerah.

If today is a bad day, tomorrow maybe worst, but the day after tomorrow is the best day in your life. You know what? Most people die tomorrow evening! – Jack Ma

Selamat menempuh 10.000 jam terbang Anda.

Salam Ibu Profesional,

Tim Matrikulasi Ibu Profesional.

Sumber Bacaan:

Malcolm Galdwell, Outliers, Jakarta, 2008.

Materi Matrikulasi IIP Sesi #4, Mendidik dengan Kekuatan Fitrah, 2016.

Hasil Nice Homework #4 para peserta matrikulasi IIP batch #2.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s