Masjid kantor tempat saya bekerja sering mengadakan kajian, baik yang rutin sehabis sholat wajib maupun pengajian insidentil yang biasanya membahas tema tertentu. Siang itu (22/03), yang mengisi adalah Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., dan materinya menurut saya sangat mengena, sehingga saya posting di sini.
Dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ مِرَآةُ أَخِيْهِ، إِذَا رَأَى فِيْهِ عَيْباً أَصْلَحَهُ
“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (Hasan secara sanad) — ini saya salin dari Rumaysho.com (https://rumaysho.com/3006-seorang-muslim-cermin-bagi-saudaranya.html).
Dalam hadits dikatakan, muslim cermin bagi muslim yang lain, ini artinya adalah anjuran untuk becermin, mengenali diri dan kelemahan.
Kondisi yang paling menyedihkan adalah ketika seseorang sudah tidak mampu lagi mengenali kekurangannya.
Bagaimana caranya mengenali diri sendiri? Hal-hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bertemu dengan orang alim (berilmu) untuk mengambil pelajaran.
2. Mencari tahu dari musuh, seringkali penilaiannya justru lebih objektif.
3. Bertanya pada teman, teman yang baik adalah yang tidak menjerumuskan dengan memaklumi saja keburukan kita.
4. Berkumpul dengan orang sholeh. Kita bisa secara tidak langsung diingatkan, misalnya ketika kita ajak makan teman, dia bilang sedang puasa. Jika hati kita bersih, pasti akan muncul pertanyaan, wah kita kapan ya terakhir puasa sunnah, lalu timbul keinginan puasa juga.
Kepekaan ibarat alarm, mobil mahal dan baru biasanya alarmnya bagus, jika lama tidak diasah maka akan tumpul. Berbuat kurang baik lama-lama rasanya biasa, bahkan dinikmati. Latih kepekaan, misalnya apa kita sudah merasa paling baik dengan sholat di ruangan, sementara banyak yang berupaya sholat jamaah di masjid? Ketika kita sholat di masjid, apakah itu sudah baik ketika kita datang mepet sedangkan jamaah lain datang lebih awal lalu menyempatkan sholat tahiyatul masjid, tilawah dulu dll. Padahal kita bisa dibilang sudah dapat fasilitas yang enak di kantor, kesempatan sholat berjamaah di masjid yang nyaman, luas, berpendingin udara. Sementara orang lain mungkin kesulitan dapat pekerjaan. Kita bisa makan pun mungkin kita anggap biasa saja, padahal ada orang yang sakit ingin makan tetapi belum boleh karena pascaoperasi.
Setelah mengenali diri sendiri, apa langkah berikutnya?:
1. Taubat yaitu dengan menyadari kesalahan, berhenti melakukan perbuatan buruk, dan bertekad dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi lagi.
2. Muraqabah, dengan menyadari bahwa Allah selalu mengawasi tingkah laku kita sehingga kita menjaga diri dari melakukan perbuatan tercela.
3. Muhasabah, introspeksi atau evaluasi, menghitung-hitung amalan dan terutama perbuatan jelek dengan tujuan mendapatkan tempat terbaik di hari akhir kelak.
4. Mujahadah, bersungguh-sungguh menjalani perintah Allah swt.
5. Mu’ahadah, mengingat kembali perjanjian kita dengan Allah sebelum ditiupkan ruh.
6. Mu’aqabah, memberi sanksi kepada diri sendiri, misalnya segera berbuat amal untuk berusaha menghapus akibat dari dosa yang sudah dilakukan.
(bagian akhir ini saya agak lupa karena tidak membawa catatan ke sana, jadi atas izin Allah saya tuliskan lagi berdasarkan ingatan saya).
Yang harus selalu diingat, setan akan senantiasa berupaya menggelincirkan manusia. Manusia biasanya digoda sesuai kelemahannya maisng-masing, misalnya lawan jenis, harta, atau pujian. Lewat mengenali diri sendiri termasuk kelemahan-kelemahan kita, kita bisa berupaya memperkuat pertahanan di situ.