Peduli Kanker Payudara lewat Deteksi Dini

Pada bulan Oktober yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperingati sebagai Breast Cancer Awareness Month, saya ingin berbagi catatan yang belum sempat saya tuliskan sebelumnya. Tanggal 27 Agustus yang lalu saya mengikuti kegiatan seminar Hijab Motion Healthy Day di Prodia Tower. Topik utamanya memang membahas seputar kanker payudara. Selain ada materi dari segi medis, sejumlah survivor atau penyintas kanker payudara juga turut berbagi pengalaman.

Salah satu yang mengisi sharing session dalam acara tersebut adalah bu Ina Sumantri, penyintas (survivor) kanker payudara yang kemudian menjadi penggiat komunitas Love Pink. Tahun 2013, beliau terdiagnosa stadium 2 tahun dan sudah menjalani rangkaian pengobatan termasuk kemoterapi dan radiasi.

@lovepinkindonesia merupakan komunitas yang beranggotakan para warrior (yang masih berjuang) maupun survivor (yang sudah memperoleh diagnosis sembuh meski bisa saja bangkit lagi) kanker, dengan anggota sekitar 600 orang. Fokusnya memang pada kesehatan, khususnya payudara.

Love Pink awalnya bergerak memberikan sosialisasi pengajian-pengajian, lalu merambah ke kantor-kantor dan sekarang juga ke sekolah-sekolah, karena pergeseran umur penderita kanker masa sekarang. Sosialisasi yang diberikan seputar tanda-tanda, pengobatan, pemeriksaan secara berkala, deteksi dini kanker payudara, dan terutama awareness sejak awal. Visinya, dunia yang bebas dari kanker payudara stadium lanjut.

Ibu Ina Sumantri menjelaskan  kegiatan-kegiatan Love Pink, di antaranya berupa pendampingan, sebab awal mendapat diagnosis biasanya kan blank, tidak percaya, bingung akan banyak saran yang bermacam-macam dari sana-sini. Komunitas ini awalnya di tahun 2010 beranggotakan 50 orang. Sharing sesama survivor ataupun penderita biasanya lebih aman dan nyaman daripada dengan yang tidak merasakan langsung. Jadi ada semangat ‘dia bisa, kenapa kita tidak’, dan inilah yang memang dirasakan oleh ibu Ina. Ibu Ina percaya pada treatment medis ketimbang pengobatan alternatif yang tidak jelas, mengingat kanker payudara sifatnya invasif seperti tadi disebutkan oleh dokter pada sesi sebelumnya, sehingga harus segera ditangani sebelum semakin menyebar.

Deteksi dini misalnya melalui SADARI sangat membantu kita, ibu Ina menggarisbawahi bahwa baiknya djlakukan setiap bulan.

Ibu Ina juga menjelaskan, sebetulnya siapa saja yang berisiko? Selain itu diperagakan pula Gerakan untuk Sadari (Periksa Payudara Sendiri) yang diikuti oleh seluruh peserta).

Pengisi sesi selanjutnya adalah ibu Laksmi Notokusumo juga seorang survivor kanker payudara dan kanker tiroid, yang sekarang giat beraktivitas di Love Pink.

Ibu Laksmi didiagnosis kanker payudara stadium 2b. Awalnya keluhannya adalah demam dam tampak seperti kecebong di mata. Periksa mata, baik-baik saja ternyata, dan dokter menyarankan periksa organ lain yang tidak jauh dari mata. Maka ibu Laksmi langsung periksa payudara karena dua tahun sebelumnya payudara beliau bengkak sebelah. Sebelumnya kondisi itu malah sempat membuatnya bangga karena di usia 59 tahun hal itu justru mendukung penampilan beliau sebagai penari dan pemain teater. Ibu Laksmi dulu perokok berat. Dari pemeriksaan itulah diagnosis kanker payudara didapatkan. Dari mamografi juga sudah terlihat bahwa kankernya cukup ganas.

“Apakah saya shock? Saya menangis satu malam suntuk tapi setelahnya saya berpikir, menangis tidak akan menyembuhkan. Saya sampaikan ke dokter kesediaan dioperasi, tetapi minta izin dulu check up yang lain,” cerita ibu Laksmi. Pikirnya, biar sekalian, siapa tahu ada di lokasi lain juga. Bone scan, MRI dijalani, semua bersih, kanker hanya di payudara. Biopsi, kemoterapi, radiasi pun dilaksanakan.

Kemo mendekatkan ibu Laksmi dengan anak-anak beliau, yang saat itu  belum ada yang menikah. Yang menggunduli beliau adalah salah satu anaknya, kemudian kondisi mual muntah mengingatkan beliau pada masa hamil dulu dan menjadi bahan obrolan hangat dengan putri beliau. “Ketika ada cobaan penyakit datang pada kita, cobalah mencari titik indahnya, jangan dicari titik jeleknya,” pesan ibu Laksmi menyitir filosofi post-modern. Jadi bagaimana memanfaatkan kekuatan yang ada untuk kebaikan. Ibu Laksmi masih sempat menari dan berkarya dengan kain perca semasa diterapi kemo.

Sampai tahun 2010 semua lancar. Kemudian muncul benjolan di leher yang setelah diperiksa merupakan karsinoma di kelenjar tiroid walaupun masih primer, dan diangkat semua. Selain operasi, ibu Laksmi harus rutin meminum obat yang kalau sampai terlewat dua hari akibatnya bisa kejang, karena fungsinya adalah untuk mengatur metabolisme menggantikan fungsi tiroid. Karena sempat membandel, sampai empat kali beliau dirawat di RS. Pernah juga berinisiatif minum dobel bahkan empat sekaligus karena terlewat, akibatnya jantung berdebar hebat dan masuk lagi ke IGD.

Hikmahnya, “Jangan coba-coba, selalu ikuti petunjuk dokter,” kata ibu Laksmi. “Dalam suasana kemerdekaan, ayo merdekakan tubuh kita dari penyakit. Bagaimana kita mau aktif kalau tubuh kita tidak sehat? Hidup sehat, lakukan check up dua tahun sekali misalnya,” tutup beliau.

#ODOPOKT9

Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah.

9 thoughts on “Peduli Kanker Payudara lewat Deteksi Dini

  1. Minggu lalu baru aja General Check Up dan termasuk mammography & USG payudara.. emang penting bgt cek SADARI ini dan cek kesehatan wanita lainnya termasuk dan jgn lupa papsmear setiap tahun..

    • Naah, kemarin baru ikutan Sadanis dan cek IVA untuk pertama kalinya (biasanya pap smear), nanti ditulis juga deh, Mba. Pengin juga nyoba USG payudara, ada voucher diskon tapi berasa jauh aja ke Kebayoran Baru :D.

  2. Pingback: Sadanis, Deteksi ‘Sederhana’ Kanker Payudara oleh Nakes | Leila's Blog

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s