Tantangan Level 11: Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak ini mengambil bentuk yang lain lagi dari sebelumnya. Kami para anggota dibagi menjadi 10 kelompok yang kemudian secara bergantian mempresentasikan hasil pencarian referensi atau media edukasi yang sudah didapatkan, kemudian juga membuka dan menjawab diskusi dengan para anggota yang lain. Awalnya presentasi dan diskusi disepakati malam hari, tetapi rupanya tidak semua bisa hadir di waktu yang telah ditentukan berdasarkan pemungutan suara ini. Jadi akhirnya tetap ada perubahan jadwal, terutama ketika memang anggota kelompok yang bertugas sedang ada keperluan lain yang mendesak.
Kelompok saya kebagian presentasi di hari pertama, yang artinya belum ada ‘contoh’ yang bisa diamati, ditiru, apalagi dimodifikasi. Walaupun dikerjakan secara mepet, alhamdulillah kami bisa menyajikan materi dengan cukup lengkap. Sisi positifnya memang, mau ambil dari sudut pandang mana saja ataupun dari sumber mana saja bebas, belum ‘keduluan’ diambil oleh kelompok lain. Jadi kami bisa mulai dari yang dasar dulu, sebagaimana bisa dibaca di postingan yang ini.
Usai presentasi tiap kelompok, semua anggota diminta membuat review atas presentasi tersebut. Setelah sepuluh hari, bisa dilanjutkan dengan review atas materi edukasi lain yang sempat disimak. Alhamdulillah bisa sampai 18 hari, walaupun mungkin yang dihitung hanya sampai 16 hari, sayang soalnya kalau materi aslinya terlalu banyak dipotong untuk dipadukan satu sama lain dalam satu postingan. Di saat yang sama, saya sedang menjalani amanah sebagai panitia untuk Gathering Milad Keenam Ibu Profesional yang diadakan oleh wilayah Jakarta, jadi soal pembagian waktu agak keteteran juga.
Dengan sistem presentasi sebetulnya pengumpulan tugas bisa lebih terjadwal juga, tapi kenyataannya tetap saja makan waktu dan bikin hampir terlewat, karena memang jadi perlu mencatat secara jeli, termasuk menulis ulang sebagian isi presentasi kelompok lain yang banyak disampaikan dalam bentuk gambar. Belum lagi rasa sungkan ketika harus memberikan review atas ‘hasil kerja keras teman sendiri’, misalnya ketika kita kurang setuju dengan kesimpulan yang diambil ataupun jawaban yang kurang memuaskan.
Secara pribadi, banyaknya pendapat dan landasan yang kadangkala tak sejalan dari materi level ini telah menambah wawasan. Ada yang menafsirkan fitrah seksualitas dari segi terkait anatomi atau kesehatan reproduksi, fenomena penyimpangan seksualitas, mencegah pelecehan seksual, maupun pembagian peran antarjenis kelamin. Ada yang menganggap perlu menahan pendidikan seksualitas karena justru bisa memicu kematangan dini, ada yang lebih suka bersegera dengan menyesuaikan bahasa daripada anak keburu tahu konsep yang salah dari tempat lain. Ini menjadi bahan diskusi juga dengan suami dalam menerapkan metode mana dalam edukasi seksualitas kepada anak-anak (termasuk anak-anak di sekitar kami, juga orang-orang di sekeliling). Sekaligus bikin deg-degan juga sebetulnya, karena juga seperti diingatkan lagi dan lagi tentang tantangan pengasuhan masa kini yang semakin beragam.
Satu kesan tambahan, postingan saya yang berisi resume kajian Ustadz Harry Santosa di acara Wisuda Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch 3 banyak mendapat kunjungan :D. Dalam tulisan yang merangkum materi fitrah anak ini memang antara lain memuat bahasan tentang fitrah seksualitas anak, dan menjadi rujukan beberapa anggota IIP, sebagian tampak di pingback postingan itu.