[Kliping] Obat Cacing untuk Anak, Kapan Diberikan?

Jakarta, Sejak duduk di bangku SD, banyak siswa diajarkan bahwa obat cacing harus diminum rutin 6 bulan sekali. Meski obat cacing relatif aman, informasi ini dinilai menyesatkan karena yang harus dilakukan secara rutin adalah pemeriksaan tinja.

Hal ini ditegaskan oleh ahli parasitologi dari Universitas Indonesia, Prof dr Saleha Sungkar, DAP&E, MS, Sp.ParK, dalam jumpa pers Program Edukasi Bahaya Cacingan di Sekolah yang diselenggarakan oleh Combantrine di Restoran Black Canyon Coffee, Cipete, Jakarta Selatan, Senin (31/1/2011).

“Segala bentuk pengobatan harus dilakukan based on diagnosis, jadi harus berdasarkan diagnosis. Jika diperiksa tinjanya kemudian ternyata positif cacingan, baru boleh diberi obat cacing. Nah, periksa tinjanya itulah yang seharusnya dilakukan tiap 6 bulan,” ungkap Prof Saleha.

Masalahnya sebagian orang malas untuk memeriksakan tinjanya sendiri atau tinja anak-anaknya, karena selain jijik juga agak rumit dan memakan lebih banyak biaya. Karenanya agar lebih praktis, obat cacing diberikan secara rutin setiap 6 bulan meski belum tentu orang tersebut atau anaknya benar-benar cacingan.

Lagipula menurut Prof Saleha, obat cacing relatif aman dari efek samping. Meski bagi sebagian orang bisa menyebabkan keluhan ringan mual-muntah dan alergi, hal itu sangat jarang terjadi sehingga obat cacing umumnya bisa dibeli tanpa resep dokter.

“Kalau ada ibu-ibu mau kasih anaknya obat cacing secara rutin tanpa melakukan pemeriksaan, ya silakan saja tapi kami sebagai orang kesehatan tidak menganjurkan. Teman-teman media juga harus hati-hati menulisnya, yang dianjurkan untuk rutin dilakukan adalah pemeriksaan tinja bukan pemberian obat cacing,” tegas Prof Saleha.

Selain berdasarkan hasil tes laboratorium, diagnosis anak atau seseorang yang positif cacingan juga bisa didasarkan pada pengamatan feses. Jadi bila ibu-ibu menemukan ada cacing di feses anaknya, atau anaknya muntah cacing, anak tersebut bisa segera diberi obat cacing tanpa perlu diperiksa di laboratorium.

(up/ir)

http://health.detik.com/read/2011/01/31/153359/1557313/763/obat-cacing-tidak-dianjurkan-diminum-rutin-tiap-6-bulan

========================================================================

Apa iya masih ada anak yang cacingan? Eits, jangan anggap remeh cacingan pada anak ya, Bu! Karena angka anak yang terkena penyakit cacingan masih tinggi. Cacingan mudah menyerang anak, apalagi jika anak tidak menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan sebelum makan dan sesudah dari toilet.

Tidak jarang juga anak bermain kotor yang bisa menyebabkan cacingan pada anak. Cacingan terjadi karena tubuh terinfkesi cacing parasit, seperti cacing kremi,  cacing pita, cacing gelang dan cacing tambang. Nah, masuknya cacing parasit bisa melalui makanan atau pori-pori tubuh anak.

Tanda-Tanda Cacingan

Cacingan akan menyerap zat gizi dalam tubuh dan bisa mengakibatkan tubuh anak kurus. Tanda anak cacingan yang mudah untuk dikenali, tubuh kurus tetapi perut anak buncit, berat badan tidak naik padahal anak tidak ada masalah dengan nafsu makan dan sulit makan. Anak gelisah di malam hari dan terlihat menggaruk bokongnya. Anak sering mengalami gangguan lambung dan usus seperti mulas dan diare secara berkala. Tanda yang bisa ibu lihat secara jelas, anak terlihat lesu, tidak bergairah dan sering mengalami demam yang hilang timbul.

Jika anak positif terkena cacingan, ibu bisa memberikan obat cacing. Ingat, obat cacing bukan digunakan sebagai pencegahan. Jadi sangat tidak disarankan untuk memberikan obat cacing pada anak, jika tidak dilakukan pemeriksaan feses (tinja) dan positif ditemukan telur atau larva pada tinja anak.

Perlu diingat, bahwa obat  cacing hanya ddiberikan kepada anak yang mengalami cacingan. Untuk anak usia satu tahun yang terkena cacingan, obat cacing yang diberikan harus disesuaikan dengan indikasi. Sayangnya masih ada orangtua yang keliru memberikan obat cacing dengan tujuan melakukan pencegahan pada cacingan dengan memberikan obat cacing pada anak, enam bulan sekali.

Padahal, cacingan dicegah bukan dengan memberikan obat cacing tetapi dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh anak. Caranya mencuci sayuran dengan air mengalir, memasak daging hingga matang dan membiasakan anak untuk mencuci tangan. Nah, Bu, sebelum memberikan obat cacing kepada anak, sebaiknya berkonsultasi dulu ke dokter dan lakukan pemeriksaan feses di laboratorium untuk memastikan anak positif cacingan.

http://family.fimela.com/anak/kuat-sehat/bolehkah-memberi-obat-cacing-untuk-mencegah-cacingan-pada-anak-130430g.html

============================================================

Arifianto Apin Ini penjelasan dari dr. Aprilianto Eddy Wiria, Ph.D, seorang ahli parasitologi klinik di Indonesia:

Infeksi kecacingan (cacing usus: seperti yang dr Apin sebut di atas) memang relatif masih endemik di daerah pedesaan di Indonesia, namun di wilayah perkotaan, seperti Jakarta sudah berkurang banyak dan relatif rendah. Hal ini terutama karena pengunaan jamban, kebiasaan cuci tangan dengan air mengalir (+sabun) sebelum makan dan sesudah buang air besar dan menggunakan sepatu ketika bermain di tempat-tempat yang kemungkinan tanahnya mengandung larva cacing tambang, serta pembagian obat cacing secara teratur di sekolah-sekolah beberapa tahun yang lalu.

Obat cacing seperti pirantel, albendazol, dan mebendazol, tidak berbahaya. Kadang cacing masih bisa ikut keluar bersama kotoran setelah minum obat, atau sekali dua kali mencret atau mual. Tetapi keluhan ini akan hilang sendiri dan sangat jarang terjadi. Pemberian pada ibu hamil memang dihindari, karena laporan penelitiannya belum banyak. Dari hasil penelitian epidemiologi yang dilaporkan di jurnal-jurnal baik seperti new england, lancet, plos, tidak ada efek samping berbahaya.

Untuk daerah endemik, masih diberikan obat cacing berkala kepada anak-anak sekolah, sedangkan di non endemik, hanya yang terinfeksi yang perlu berobat. Sebaiknya diperiksa dulu tinjanya untuk melihat telur cacing dll.

Pemberantasan kecacingan lebih pada perbaikan kebersihan lingkungan dan sanitasi pribadi.

Untuk jenis cacing lain seperti filariasis atau dikenal dengan kaki gajah, sedang dicanangkan eliminasi, sehingga di wilayah-wilayah yang masih di atas 1% prevalensinya, sedang dibagikan obat dec dan albendazol sekali setahun selama beberapa tahun.

======================================================================

Edit: bulan Agustus 2016 ada kebijakan pemberian obat cacing melalui posyandu di beberapa daerah (http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20160804/5715540/menkes-canangkan-crash-program-campak-diintegrasikan-bulan-pemberian-kapsul-vitamin-dan-obat-cacing/), ini sifatnya pencegahan, semacam blanket treatment (‘pukul rata’ tanpa tes terlebih dahulu) ya… Selengkapnya mengenai tindakan pencegahan yang sifatnya khusus dari pemerintah (sepertinya sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Kecacingan) ini bisa dibaca di http://milissehatyop.org/penggunaan-obat-cacing/.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s