Agak hiperbolis ya judulnya, hahaha… Tapi bener, deh, enak banget sih rasa bakpia ini.
Beberapa hari yang lalu saya dan beberapa teman di grup whatsapp ‘dharma wanita’ ngomongin kota Yogyakarta. Awalnya ada teman di Klaten yang hendak belanja untuk persiapan bikin kue lebaran ke toko bahan kue di Jogja, lalu ada yang menimpali dengan rencana liburan ke provinsi yang resminya bernama DIY tersebut, kemudian ada lagi yang bercerita bahwa dia jadi teringat masa-masa mendampingi suami tugas belajar di sana. Saya? Saya bilang saya baper sama kota itu habis nonton AADC 2. Jogja sepertinya manis, diam-diam menghanyutkan gitu, ya (dan prospek tinggal di sana dalam waktu dekat agak memicu beberapa perasaan yang sulit dijelaskan, hahaha). Kenangan lampau saya pribadi terhadap Jogja sebetulnya lebih banyak didominasi silaturahim ke anggota keluarga besar (tempat asal saya tidak terlalu jauh dari Jogja), study tour masa sekolah, dan tentunya lagu KLA Project band favorit saya.
Dari bahasan soal Jogja, obrolan di layar gadget berlanjut ke oleh-oleh khas sana. Bakpia tentu menjadi topik utama, khususnya bakpia pathuk yang melegenda. Lalu seseorang melontarkan pendapat bahwa ada bakpia baru yang enak, lebih enak dari Kurnia Sari yang terkenal itu. Saya sendiri baru kenal bakpia Kurnia Sari begitu bertugas ke Jogja Agustus tahun lalu dan diajak rekan sejawat ke toko oleh-oleh yang menjualnya. Melihat stoknya yang tak bertahan lama di toko, saya langsung membatin kayaknya enak banget nih ya sampai laris manis begitu. Beberapa kios di Stasiun Tugu pun sampai merasa perlu memasang tulisan ‘bakpia kurnia sari bisa dibeli di sini’ (belakangan ketika saya googling, beberapa online shop juga menyediakan jasa titip beli bakpia merk ini). Dan memang setelah dicicipi, rasa gurih bakpia Kurnia Sari ini pas buat saya. Tapi memang ini soal selera ya, teman kantor ada yang berkomentar bahwa rasanya ‘terlalu nyusu’ buat dia, menutupi rasa asli bakpia yang identik dengan kacang hijau atau kumbu. Benar juga sih, walaupun banyak sekali variasi rasa bakpia zaman sekarang (coklat, teh hijau, ubi, kacang hitam, keju dst), khasnya tetap isi kacang hijau. Kalau ditilik dari namanya sih sebetulnya bakpia itu artinya pia (kue) isi bak (daging, dan yang paling umum dipakai di daerah asalnya di Tiongkok sana adalah daging babi).
Saya ikut penasaran apa merk bakpia yang katanya enak itu, terlebih setelah ada yang mengiyakan tentang ‘bakpia baru enak’ itu, sayangnya kompak juga sama-sama lupa merk tepatnya :D. Selang beberapa waktu, saya baru teringat sesuatu. Saya ubek-ubek galeri di hp, dan saya share ke grup sebuah foto bakpia berikut kotaknya, oleh-oleh suami dari tugas dinas ke Yogya beberapa bulan yang lalu. Bakpia Kencana, itulah nama yang tertulis di bagian luar kotak. Bakpianya dibungkus dengan plastik vacuum, memberikan kesan higienis dan bisa tahan lebih lama. Sudah ada sertifikat halalnya juga, lho. Terus terang ketika memakannya pertama kali, yang ada dalam pikiran saya adalah…ke mana aja saya ya sampai baru sekarang mencoba bakpia seenak ini. Lebih-lebih yang keju, varian favorit saya. Ngeju banget bukan hanya di isinya tapi juga ada lapisan tipis keju di bagian luar. Makanya sampai saya ambil fotonya, buat referensi kalau kapan-kapan memungkinkan untuk beli lagi.
Melihat foto yang saya kirimkan, beberapa teman membenarkan walaupun ada juga yang tidak yakin. Teman yang berdomisili di Klaten menceritakan bahwa sebetulnya bakpia Kencana ini sudah lama ada, hanya saja baru booming belakangan. Salah satu penyebabnya mungkin konsep open kitchen yang menarik minat orang berkunjung lantas menuliskan pengalamannya, yang menambah popularitas di samping rasanya sendiri yang memang enak. Seperti halnya bakpia Kurnia Sari, bakpia Kencana ini juga tersedia di beberapa online marketplace, jadi tidak harus jauh-jauh ke Jogja kalau hendak membeli.