Pada tanggal 11 November 2015 saya berkesempatan mengikuti seminar yang mengusung judul Unleashing the Potential of Financial Management Information System for Improved Government Effectiveness yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan tepatnya Ditjen Perbendaharaan bekerja sama dengan Bank Dunia. Bertugas, sih, sebetulnya, karena saya dan beberapa rekan diminta untuk mewawancarai beberapa hadirin terkait Sistem Anggaran dan Perbendaharaan Negara (SPAN) yang telah berjalan beberapa waktu. Sambil mencermati para peserta yang mengisi daftar hadir di meja registrasi untuk mencari calon narasumber, saya mengamati bahwa para pejabat eselon internal yang hadir mengenakan batik yang seragam. Motifnya anggun dan elegan dengan warna kuning keemasan pada latar belakang hitam pekat.
Kemudian baru saya tahu bahwa batik tersebut adalah Batik Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan yang diluncurkan sore hari setelah acara seminar. Seminar dimaksud memang mengundang juga para pejabat eselon III dan II yang sedang mengikuti rangkaian Rapat Pimpinan. Batik ini dirancang oleh Fithrah Fith, pegawai Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan Ditjen Perbendaharaan. Pemilihan motif dan warnanya penuh filosofi yang bertujuan agar tak hanya tampil sebagai baju melainkan juga mendorong insan DJPB berkomitmen menjadi semakin baik.
Motif sidomukti melambangkan perubahan dan kemakmuran. Kemakmuran dicapai dengan kerja keras terus menerus. Motif kupu-kupu dengan lima bidang/sayap memiliki arti visi baru Kementerian Keuangan dengan lima tema yang saling berkaitan menjadi satu lambang Transformasi Kelembagaan. Warna dasar hitam melambangkan soliditas yang kuat Kementerian Keuangan khususnya Ditjen Perbendaharaan bersatu-padudalam menyongsong perubahan. Sedangkan warna emas pada motif memiliki makna menuju keemasan dengan meraih visi “menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia”. Sebetulnya masih ada elemen lain yang cukup menarik dan mengundang penasaran karena tidak dibahas, yaitu gambar burung (?). Saya hendak mewawancarai desainer terkait hal tersebut berikut proses kreatif pembuatan rancangan jika berkenan, tetapi e-mail saya belum beroleh balasan.
Selanjutnya batik ini dijadikan seragam untuk dipakai pada hari Jumat minggu pertama setiap bulannya, sesuai dengan himbauan dalam surat Dirjen Perbendaharaan bulan Februari 2016. Yang saya amati, bahan berikut motif dan warna yang digunakan oleh kantor-kantor di seantero nusantara tidak selalu sama persis (bahkan empat batik yang ada di rumah semuanya beda-beda). Ada yang berbeda sedikit warnanya, bahkan ada sedikit modifikasi motif. Berbeda memang dengan seragam biru Kementerian Keuangan yang ada peraturan standar warnanya sampai pakai angka pantone, setahu saya batik ini belum dibuatkan pegangan terkait keharusan penggunaan warna tertentu. Bukan bermaksud tak taat instruksi, mestinya. Barangkali hanya bentuk dari kreativitas, selama tidak mengubah esensi. Belakangan page fb PMO (Project Management Office) DJPB –yang bertugas mengawal transformasi kelembagaan– pun mengunggah foto pemakaian batik ini oleh model lelaki dengan desain motif yang menurut para komentator lebih kecil dari yang biasa dilihat, termasuk dibandingkan dengan foto-foto awal baju batik yang diunggah dan diperagakan oleh model perempuan. Namun, menurut admin page PMO DJPB, desain aslinya memang seperti itu.
Pingback: Corner Day Expo Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan 2016 | Leila's Blog