Materi Kelas Matrikulasi IIP Batch 2 Sesi V: Belajar Bagaimana Caranya Belajar

Materi Matrikulasi IIP Batch #2 Sesi #5 (15 November 2016)

📝BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR📝

Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar,

Bagaimana, sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih? Kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yang teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya. Inilah tujuan kita belajar.

Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir. Tetapi mengapa sekarang ada orang yang senang belajar dan ada yang tidak suka belajar?

Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.

Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Lebih kepada rasa.

Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan.

Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah.

Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali.

Anak kita sudah tentu akan hidup di zaman yang berbeda dengan zaman kita. Maka teruslah meng-update diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari zamannya.

Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita?

Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal:

1⃣Belajar hal berbeda
2⃣ Cara belajar yang berbeda

3⃣Semangat belajar yang berbeda

🍀 Belajar Hal Berbeda

Apa saja yang perlu dipelajari?

yaitu dengan belajar apa saja yang bisa:

🍎Menguatkan Iman,
ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya

🍎Menumbuhkan karakter yang baik.

🍎Menemukan passion-nya (panggilan hatinya)

Cara Belajar Berbeda

Jika dulu  kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya. Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreativitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.

Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak-anak kita untuk bertanya.

Misalnya:

👍Ibu jari: How

👆Jari telunjuk: Where

✋Jari tengah: What

✋Jari manis: When

✋Jari kelingking: Who

👐Kedua telapak tangan dibuka: Why

👏Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri dibuka: Which one.

learn-how-to-learn

(sumber foto: Amazon)

Jika dulu kita hanya menghapal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berpikir. Anak tidak hanya sekadar menghapal, tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berpikirnya

Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dengan aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit, hanya butuh kemauan saja.

Jika dulu kita hanya menelan informasi dari guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptis.

Apa itu berpikir skeptis?

Berpikir skeptis yaitu tidak sekadar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi, senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.

Semangat Belajar Yang Berbeda

Semangat belajar yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah:

🍀Tidak hanya sekadar mengejar nilai rapor, tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.

🍀Tidak sekadar meraih ijazah/gelar, tetapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.

Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada di tempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan. Maka, pada akhirnya kita tidak sekadar sekolah, tetapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu).

Yang harus dipahami,

Menuntut ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita.

Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?

• Strategi belajarnya adalah dengan menggunakan

Strategi meninggikan gunung bukan meratakan lembah.

Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobi, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal-hal ysng mereka minati dan kita sebagai orangtuanya men-support-nya semaksimal mungkin.

Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada klub bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.

🚫 Sebaliknya jangan meratakan lembah

yaitu dengan menutupi kekurangannya,

Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya).

Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stres.

Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan/kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.

Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh-nyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.

Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar?

Caranya adalah:

1⃣Mengetahui apa yang anak-anak mau/minati

2⃣Mengetahui tujuannya, cita-citanya

3⃣Mengetahui passion-nya

Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.

 Good is not enough anymore, we have to be different

Baik saja itu tidak cukup, tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).

Peran kita sebagai orang tua:

👨👩👧👧Sebaga pemandu: usia 0-8 tahun.

👨👩👧👧Sebagai teman bermain anak-anak kita: usia 9-16 tahun.

Kalau tidak maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/percaya dengan temannya

👨👩👧👧sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita: usia 17 tahun ke atas.

Cara mengetahui passion anak adalah:

1⃣ Observation (pengamatan)

2⃣ engage(terlibat)

3⃣ watch and listen (lihat dan dengarkan suara anak)

Perbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain.

Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu.

Ajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.

Cara mengolah kemampuan berpikir anak dengan:

1⃣Melatih anak untuk belajar bertanya,

Caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu objek.

2⃣Belajar menuliskan hasil pengamatannya Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya

3⃣Presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan/dipelajari

4⃣Kemampuan berpikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.

Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita,

Salam Ibu Profesional,

Tim Matrikulasi IIP.

Sumber bacaan:

Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014

Joseph D Novak, Learning How to Learn, e-book, 2009.

 =================================================================

Berikut adalah Resume Tanya Jawab Materi Matrikulasi IIP batch #2 sesi #5

📝BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR📝

Hari / tanggal : Selasa, 15 November 2016
Pukul : 20.00 – 21.00 WIB
Fasilitator : Bunda Yesi
Ketua : Hastuti Sari Dewi
Koordinator pekan ke 5 : Natie

Jumlah Penanya pada materi pekan ke 5 ini sejumlah 20  penanya, berikut tanya jawab pada materi kali ini:

1⃣ Penanya: mbak Nina P

Saya sudah mengamati anak-anak, kesukaan, kebisaannya, minatnya. Tapi saya masih bingung ini anak mau diarahkan ke mana. Adakah buku atau sumber lain mengenai keterkaitan antara kesukaan anak mengenai suatu hal dengan salah satu profesi atau passion?

Jawaban:

1⃣ Mbak Nina, lakukan observasi pada anak, catat apa kegiatan yang membuat anak berbinar-binar. Pada usia kanak-kanak wajar jika anak mencoba berbagai hal sebelum nanti akan terlihat apa yang menjadi passion anak. ✅

2⃣ Penanya: mbak Febry

Mau nanya, jika kita sebagai ibu, yang saya sendiri, saat memahami beberapa materi di IIP merasa kesulitan, dan akhirnya sedikit muncul rasa jenuh akibat tidak memahami, apa yang harus saya lakukan untuk memotivasi diri saya lagi? Dan bagaimana jika hal itu terjadi pula pada anak saya, di saat mereka tidak paham, dan akhirnya muncul rasa jenuh?

Jawaban:

2⃣ Mbak Febry, pada NHW sebelumnya kita sudah diajak memikirkan misi hidup dan merancang apa yang akan kita lakukan dalam pembelajaran kita sebagai diri sendiri, sebagai istri dan sebagai ibu. Apa yang kita buat kemarin tentunya sesuatu yang Bunda sukai dan ingin mendalaminya. Dengan begini, teman-teman akan menjalani proses belajar dengan rasa cinta.
Maka kita perlu menjalankan NHW kemarin dengan konsisten, kelak anak-anak akan mengikuti kita. Anak-anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng-copy teladan dari kita. Ini adalah modal awal kita menjadi orangtua yang berkualitas.
Jika rasa jenuh masih ada, segera temukan cara belajar yang berbeda. ✅

3⃣ Penanya: mbak Leila

Ada kalimat “membuatnya SUKA itu baru tantangan”, nah, seberapa jauh kita boleh mengejar tantangan itu? Misalnya berenang sebagai keterampilan yang disunnahkan, apakah cukup anak bisa, seberapa perlu kita harus bikin anak suka berenang, bagaimana jika arahnya jadi menambah porsi (bersama kita misalnya) dan kemudian anak malah jadi stres? Atau kalau sudah ada tanda-tanda anak bosan kita break dulu untuk hal-hal yang ‘mungkin dia tidak tertarik, tapi ada baiknya menguasai’ seperti itu?

Jawaban:

3⃣ Mbak Leila, adalah normal jika anak terlihat bosan dan selalu berubah-ubah keinginannya. Tugas kita adalah menemani perubahan itu dan bersungguh-sungguh menanggapinya, jangan disepelekan meski itu keinginan anak-anak yang kadang (masih dianggap kecil) sehingga tidak diperhatikan. FOKUS pada PROSES, bukan pada hasil. Ketika kita menemani dengan sungguh sebuah proses menemukan passion, maka anak-anak akan paham, bagaimana cara merealisasikan sebuah keinginan menjadi realitas. Bidangnya boleh berganti-ganti. Nanti amati, apakah anak-anak konsisten dengan peran hidupnya atau bidang yang ditekuninya.

Kalau teman-teman yang pernah baca tentang profil Ara, dulu Ara menjalankan Moo Project, namun sekarang fokus ke kegiatan lain. Pengalaman Ara selama di Moo Project bukan berarti sia-sia, dari kegiatan itu Ara bisa memperkuat perannya sebagai integrator. ✅

4⃣ Penanya: mbak Atmy

Tadi dikatakan bahwa dalam strategi belajar anak kita tidak boleh menutupi kekurangan anak, seperti anak tidak suka matematika maka kita tidak boleh memaksa anak bisa dengan memasukan anak ke tempat les. Namun di sisi lain matematika itu adalah satu hal yang penting. Apa yang harus kita lakukan agar anak kita tidak tertinggal dalam pembelajaran contohnya matematika?

Jawaban:

4⃣ Langkah pertama adalah kenali dulu gaya belajar anak. Lalu analisis penyebab dia tidak suka matematika, apakah gurunya yang kurang nyaman, cara penyampaian pelajarannya yang kurang pas dsb. Setelah itu baru cari strategi yang bisa dilakukan untuk belajar matematika yang lebih menarik, contoh dengan metode jarimatika.

5⃣ Penanya: mbak Ratna

Salah satu strategi belajar yaitu strategi meninggikan gunung bukan meratakan lembah. Sementara kondisi di sekolah pada umumnya anak dituntun untuk bisa memahami semua mata pelajaran.  Bagaimana kita sebagai orangtua menyikapi keadaan tersebut? Dan bagaimana strateginya bisa tetap meninggikan gunung sementara pelajaran di sekolah tidak tertinggal?

Jawaba :

5⃣ Setelah bunda melakukan observasi pada anak, bunda akan menemukan sisi pelajaran yang disukai anak. Kuatkan materi tersebut dan fasilitasi supaya bisa maksimal (meninggikan gunung). Pelajaran yang kurang disukai, bisa dilakukan sampai batas rata-rata. Seperti pada jawaban no 4⃣ tadi, cari tahu dulu penyebabnya, lalu buat cara belajar yang berbeda.

6⃣ Penanya: mbak Sari

1. Tuntutan sekolah selama ini yang menjadikan nilai sebagai tolok ukur keberhasilan. Bagaimana menyikapi anak yang nilainya kurang baik di bidang yang tidak mereka sukai?

2. Meninggikan gunung dan meratakan lembah, bisakah dilakukan di sekolah formal?

Jawaban:

6⃣ sudah terjawab di no 5⃣ ya..

7⃣ Penanya: Rita Fithra Dewi

Kewajiban ibu membiming anak anaknya menjadi lebih baik. Lalu bagaimana menjembatani keinginan anak anak yang kemauannya bertolak belakang dengan keinginan ortu? Kedua, komunikasi yang bagaimana yang sebaiknya diterapkan kepada anak usia 12 tahun mengingat keinginan dan tumbuh kembangnya mulai menuju remaja. Trims.

Jawaban:

7⃣ apakah keinginan berbeda ini dalam hal menentukan passion anak?

Kurikulum personal adalah yang mengikuti anak, bukan anak yang dipaksakan untuk mengikuti kurikulum. Biarkanlah anak mempelajari satu hal dengan mendalam, lalu cermati minat anak.

Bagian penting dari proses belajar bersama anak menjelang remaja adalah keterlibatan kita bersama anak. Jangan hanya menyuruh anak tapi mulailah sebagai teman bermain. Kemudian dengarkan apa suara anak, hindari terlalu banyak perintah.

8⃣ Penanya mbak Leila

Terkait perbanyak ragam kegiatan olah raga dan seni anak ini riilnya seperti apa, ya? Dan bisa dimulai sejak usia berapa?

Jawaban:

8⃣ Beragamkan jenis kegiatan anak, jangan sampai anak terjebak dalam rutinitas yang membuat anak menjalani aktivitas seragam sepanjang hari dan bertemu dengan orang yang sama.

Ragam aktivitas yang banyak akan membantu anak lebih berkembang dan kelak bisa membangun mimpinya sendiri.
Jika anak memiliki kegiatan seragam anak juga akan kehilangan waktu untuk meng-eksplore dirinya. Akibatnya proses menemukan diri akan terlambat, maka anak akan menjadi orang yang mengikuti mimpi orang lain atau ikut arus tanpa pernah tahu potensi dirinya.

Kapan bisa dimulai? Kita memulainya dengan observasi, cek apa yang paling membuat anak bersemangat. Ingat juga untuk membekali anak dengan adab sebelum terjun berinteraksi dengan orang lain.✅

9⃣ Penanya: mbak Elvira

1. Apa perbedaan pemandu dan teman bermain anak? Saya masih belum paham.

2. Bagaimana penerapan pemikiran skeptis pada pembelajaran ilmu agama?

3. Di umur berapakah idealnya seorang anak terlihat passionnya secara utuh?

4. Variabel apa saja yang perlu diperhatikan utntuk membuat kurikulum anak agar unik dan tepat sasaran?

Maaf ya banyak nanya, penasaran soalnya 😄syukron.

Jawaban:

9⃣
1. Pemandu di sini adalah sebagai fasilitator bagi anak. Tugas fasilitator adalah menemani proses tumbuh kembang anak, tanpa menjudge apa pun, kemudian memberikan makna dalam proses tersebut. Maka baik dalam proses memfasilitasi kemandirian maupun memfasilitasi bermain, semua dalam posisi “menemani” tidak ada yang “menggurui”. ✅

2. Pemikiran skeptis bisa diterapkan dalam semua ilmu yang kita terima.
– mengecek sumber berita, apakah sumbernya valid atau copas dari…
– telusuri sumber berita yang belum jelas dan lakukan klarifikasi.

3. Utamakan PROSES ya mbak, tidak ada patokan ideal dalam hal ini. Kita tentunya tidak akan membandingkan pencapaian anak kita dengan anak org lain.

4. Kurikulum personal anak mengikuti anak, Bunda akan mampu membuat kurikulum unik setelah melakukan observasi.

1⃣0⃣ Penanya: Bunda Diah

1. For change I must change first. Bagaimana mengubah gaya belajar yang biasa kita lakukan? Bisa dibilang saya termasuk yang gaya belajarnya searah jadi kurang kreatif menggali pertanyaan
2. Anak saya suka sekali bertanya “kenapa…”. Kadang saya bingung bagaimana menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Apakah ada tipsnya?

Jawaban:

1⃣0⃣ Kita bisa memunculkan gagasan dengan brainstorming bersama anak.
Mulailah menggali dengan pertanyaan:

1. Mengapa
2. Bagaimana jika
3. Mengapa tidak.

Nanti akan muncul berbagai gagasan dari anak-anak.

Bunda tidak harus serbabisa, kita bisa mengajak anak untuk mencari jawaban bersama-sama. Dalam mendidik anak kita tidak dalam posisi mengajar anak tapi “tumbuh bersama” Sehingga indikator orangtua yang berkualitas adalah di antara keduanya, anak dan orangtua, bersemangat belajar bersama.

1⃣1⃣ Penanya: mbak Efiaty

1. Terkait dengan peran orang tua terhadap anak-anak usia 9-16 tahun adalah menjadi teman bermainnya, nah..bagaimana jika anak-anak kita telanjur senang bermain dengan teman-teman sebayanya?
2. adakah trik/tip menghadapi anak-anak usia puber yang sangat aktif ?

Jawaban:

1⃣1⃣
1. Rangkul anak kita beserta teman-temannya. Kita memposisikan diri sebagai teman curhat/cerita mereka. Luangkan waktu utk banyak ngobrol bersama anak. Kita juga perlu masuk ke dunianya, supaya hati kita bisa dekat dengan mereka

2. Anak-anak usia puber yang sangat aktif ini seperti apa?

Posisikan kita sebagai teman. Berusaha untuk terlibat sepenuh hati dalam aktivitas mereka (minimal kita paham apa yang mereka lakukan). Berjejaring dengan orang tua teman-temannya.

1⃣2⃣ Penanya: mbak Rita Lestari

Terkait hadist bahwa surga itu dihiasi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dan sebaliknya dengan neraka. Apakah dimungkinkan kita mengarahkan anak-anak agar kegiatan ibadah wajib itu jadi menyenangkan? Misalnya yang sering dikeluhkan banyak ortu adalah terkait shalat. Terima kasih..

Jawaban:

1⃣2⃣ Bunda boleh saja mengarahkan anak-anak agar kegiatan ibadah menjadi menyenangkan. Pertama-tama jadilah role model bagi anak karena anak-anak adalah peniru yang handal. Jangan lupa juga untuk mengapresiasi progress anak.

1⃣3⃣ Penanya: mbak Asyirin

Jika dulu kita hanya menghapal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berpikir, anak tidak hanya sekedar menghapal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berpikirnya…
Pertanyaan: bagaimana contoh mengembangkan struktur berpikir anak?

Jawaban:

1⃣3⃣ Awali dengan kalimat bertanya, sehingga anak-anak diajak untuk berpikir. Kemudian, kita temani untuk mencari solusi, mencari jawaban bersama, sehingga mereka akan terus berlatih untuk menemukan ide-ide cemerlangnya.

1⃣4⃣ Penanya: mbak Aini

1. Bagaimana cara untuk mengetahui bakat/potensi anak sedini mungkin (untuk anak < 5 tahun) ?
2. Langkah langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menemukan/menggali bakat/potensi anak?
3. Seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap bakat/potensi anak?

Jawaban:

1⃣4⃣
Usia 0-7 tahun adalah kesempatan kita memperkaya wawasan anak. Kembangkan rasa ingin tahu anak dan jaga semangat belajarnya.

Saya ambil pengalaman bersama anak-anak beberapa minggu yang lalu. Saat kita jalan kaki menjelajah lingkungan, balita saya melihat kaktus di depan rumah orang, pertanyaan mulai muncul, mulai dari kenapa kaktus berduri? Kenapa kaktus ada yang durinya halus dan ada yang besar, lanjut ke apa manfaat kaktus. Selain menjawab keingintahuannya, sampai di rumah, rasa ingin tahu tadi dikembangkan. Endingnya, adik punya beberapa gambar bertema kaktus. Gambar adek memperlihatkan temannya yang sedih karena nggak punya kaktus lalu ada yg ngasih ▶ kelihatan adanya empati.
Sementara kakak memikirkan berbagai gagasan pemanfaatan kaktus ▶ visi ke depan dan integrator.

Lingkungan tentu saja memberikan pengaruh pada anak, tugas ibu untuk menjadi fasilitator anak, maka kuatkan peran tersebut.

1⃣5⃣ Penanya: mbak Reytia

Bagaimana cara menyikapi potensi anak pada bidang yang tidak kami ridhai? (Contoh kasus: saat ini keluarga kami sedang berusaha mengurangi musik dan tarian, namun anak terlihat sangat suka menyanyi dan musik) terkadang rasanya jadi bersalah karena menutup satu potensi anak 😥.

Jawaban:

1⃣5⃣ Jika kurang sesuai dengan value keluarga, anak bisa tetap diperkenalkan namun diarahkan sesuai dengan platform yang sudah ditetapkan. Misalnya diarahkan utk menyukai bacaan sholawat. Untuk anak yang suka menggambar bisa diarahkan anakku suka menggambar imajinasinya, bermain permainan warna dan membebaskan untuk berkreasi. Ke depannya bisa diarahkan untuk seni kaligrafi misalnya atau seni menggambar di luar gambar makhluk ciptaan Allah.

1⃣6⃣ Penanya: mbak Rahma Hasbi (ummu abdurrahman)

1. Saya belum terlalu memahami metode keterampilan belajar dengan jari. Boleh minta contoh konkret penggunaannya? Sebaiknya mulai usia berapa metode ini digunakan pada anak kita?
2. Mengenai passion, pada umur berapa passion anak sudah bisa terlihat? Ada berapa jenis passion yang biasa terbaca pada diri seorang anak? Apakah passion ini selamanya akan sama hingga anak dewasa?

Jawaban:

1⃣6⃣ Ummu Abdurrahman, sedianya contoh konkret belajar dengan jari akan diposting nanti, tapi krn sudah ditanya saya posting sekarang ya..
Berikut adalah video bu Septi sebagai pelengkap materi kali ini, di dalamnya ada peragaan belajar dengan jari 🙂.

Https://youtu.be/Wt93RCc6_rs

1⃣7⃣ Penanya: mbak Ayu jaktim bunda hafizh 1y9m

Mau tanya, bagaimana caranya agar anak fokus dengan yang dia sukai, apakah ada tahapan umurnya dia akan fokus? Soalnya di umur anak saya saat ini blm keliatan sukanya apa, kayanya suka semuanya, tapi ya itu mudah bosan dan cepat berganti, terima kasih

Jawaban:

1⃣7⃣ Mbak Ayu, sangat wajar jika anak-anak mencoba sesuatu lalu berganti minatnya. Tugas kita adalah menemani perubahan itu dan juga bersungguh-sungguh menanggapinya.

1⃣8⃣ Penanya : mbak Nonik

Idealnya kan kita akan senang belajar ilmu yang memang kita minat utk mengembangkannya. Sayangnya dunia kan ga ideal ya. Bagaimana ya trik supaya kita tetep terjaga semangat belajarnya ketika dihadapkan kepada hal yang kita sendiri ga terlalu suka namun tidak bisa kita hindari untuk dipelajari.

Jawaban :

1⃣8⃣ Mbak Nonik, benar sekali kadang kita dihadapkan pada sesuatu yang kurang disukai/kurang dikuasai tapi tidak bisa dihindari. Jalan keluarnya lakukan dengan cara yang berbeda. Teman-teman beberapa hari yang lalu sudah mempraktikkan sendiri hal ini dalam kasus perencanaan keuangan. Ternyata ada aplikasi yang memudahkan sehingga teman-teman bisa menyusun perencanaan plus bebas bete. Ini juga berlaku dengan kondisi-kondisi lainnya yang kita hadapi. Ubah menjadi tantangan dan temukan jalan keluarnya.

1⃣9⃣ Penanya: mbak Nyaim

1. Bagaimana kiat-kiat menguatkan iman utk anak balita?
2. Apakah maksudnya dalam menggunakan jari tangan untuk melatih keterampilan bertanya, setiap kita bertanya selalu menunjukkan jari tersebut?
3. Cara mengembangkan struktur berpikir seperti apa?

Jawaban:

1⃣9⃣
Salah satu kiat: Susunlah kegiatan bersama anak yang menguatkan nilai keimanan. Dengan merencanakan bersama, anak-anak juga akan bersemangat menjalaninya.
Mengenai metode jari sudah terjawab di no. 1⃣6⃣ dan struktur berpikir sudah terjawab di no. 1⃣3⃣

2⃣0⃣ Penanya: mbak Ira

1. Pada umur berapa bakat itu bener-bener pas terlihat, karena kalau anak-anak kan sukanya berubah-ubah?
2. Pada usia balita sudah bisa keliatan bakatnya?

Jawaban:

2⃣0⃣
Mbak Ira, usia balita adalah kesempatan kita untuk memperkaya wawasan anak dan menjaga rasa ingin tahunya. Sering-seringlah menanyakan impian anak, kemudian tanggapi dengan serius. Tidak apa-apa jika anak berubah-ubah, berfokuslah pada prosesnya bukan pada hasil.

=========================================================================

📝Review Nice Homework sesi #5

🙇 BELAJAR CARA BELAJAR
(Learning How to Learn)

Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar, bagaimana rasanya mengerjakan Nice Homework di sesi #5 ini?

Melihat reaksi para peserta matrikulasi ini yang rata-rata ada di semua grup adalah

🍃Bingung, ini maksudnya apa?

🍃Bertanya-tanya pada diri sendiri dan mendiskusikannya ke pihak lain, entah itu suami atau teman satu grup

🍃Mencari berbagai referensi yang mendukung hasil pemikiran kita semua

🍃Masih ada yang merasakan hal lain?

Maka kalau teman-teman merasakan semua hal tersebut di atas, kami ucapkan SELAMAT 👏🏻👏🏻👏🏻
karena teman-teman sudah memasuki tahap “belajar cara belajar” 🙂

Nice Homework #5 ini adalah tugas yang paling sederhana, tidak banyak panduan dan ketentuan. Prinsip dari tugas kali ini adalah

“Semua boleh, kecuali yang tidak boleh”

*Yang tidak boleh hanya satu, yaitu diam tidak bergerak dan tidak berusaha apa pun.*

Selama ini sebagian besar dari kita hampir memiliki pengalaman belajar yang sama, yaitu “OUTSIDE IN” informasi yang masuk bukan karena proses “rasa ingin tahu” dari dalam diri kita melainkan karena keperluan sebuah kurikulum yang harus tuntas disampaikan dalam kurun waktu tertentu. Sehingga belajar menjadi proses penjejalan sebuah informasi. Sehingga wajar kalau banyak di antara kita menjadi tidak suka “belajar”, akibat dari pengalaman tersebut.

Di Institut Ibu Profesional ini kita belajar bagaimana membuat desain pembelajaran yang ala kita sendiri, diukur dari rasa ingin tahu kita terhadap sesuatu, membuat road map perjalanannya, mencari support system untuk hal tersebut, dan menentukan “exit procedure” andaikata di tengah perjalanan ternyata kita mau ganti haluan.

Ketika ada salah seorang peserta matrikulasi yang bertanya, apakah Nice Homework #5 kali ini ada hubungannya dengan materi-materi sebelumnya? TENTU IYA.

Tetapi kami memang tidak memberikan panduan apapun. Kalau teman-teman amati, bagaimana cara fasilitator memandu Nice Homework #5 kali ini?

🌸Ketika peserta bertanya, tidak buru-buru menjawab, justru kadang balik bertanya.
🌸 Ketika peserta bingung, tidak buru-buru memberikan arah jalan, hanya memberikan clue saja.
🌸Fasilitator banyak diam andaikata tidak ada yang bertanya, karena memberikan ruang berpikir dan kesempatan saling berinteraksi antar peserta.

Itulah salah satu tugas kita sebagai pendidik anak-anak. Tidak buru-buru memberikan jawaban, karena justru hal tersebut mematikan rasa ingin tahu anak.

Membaca sekilas hasil Nice Homework #5 kali ini ada beberapa kategori sbb:
🌺Memberikan teori tentang desain pembelajaran
🌺Membuat desain pembelajaran untuk diri kita sendiri
🌺Menghubungkannya dengan NHW-NHW berikutnya, sehingga tersusunlah road map pembelajaran kita di jurusan ilmu yang kita inginkan.
🌺Ada yang menggunakan ketiga hal tersebut di atas untuk membuat desain pembelajaran masing-masing anaknya.

tidak ada BENAR-SALAH dalam mengerjakan Nice Homework #5 kali ini, yang ada seberapa besar hal tersebut memicu rasa ingin tahu teman-teman terhadap proses belajar yang sedang anda amati di keluarga.

Semangat belajar ini tidak boleh putus selama misi hidup kita di dunia ini belum selesai. Karena sejatinya belajar adalah proses untuk membaca alam beserta tanda-tandaNya sebagai amunisi kita menjalankan peran sebagai khalifah di muka bumi ini.

Setelah bunda menemukan pola belajar masing-masing, segera fokus dan praktikkan kemampuan tersebut. Setelah itu jangan lupa buka kembali materi awal tentang ADAB mencari ilmu. Karena sejatinya

‘ADAB itu sebelum ILMU’.

Belajar ilmu itu mempunyai 3 tingkatan:
1⃣Barang siapa yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong

Yaitu mereka yang katanya telah mengetahui segala sesuatu, merasa angkuh akan ilmu yang dimiliki. Tak mau menerima nasihat orang lain karena dia telah merasa lebih tinggi. Bahkan dia juga menganggap pendapat orang yang memberikan nasihat kepadanya, disalahkannya. Selalu mau menang sendiri, tidak mau mengalah meskipun pendapat orang lain itu benar dan pendapatnya yang salah. Terkadang mengatakan sudah berpengalaman karena usianya yang lebih lama namun sikapnya masih seperti kekanak-kanakan. Terkadang ada yang berpendidikan tinggi, namun tak mengerti akan ilmu yang dia miliki. Dia malah semakin menyombongkan diri, congkak di hadapan orang banyak. Merasa dia yang paling pintar dan ingin diakui kepintarannya oleh manusia. Hanya nafsu yang diutamakan sehingga emosi tak dapat dikendalikan maka ucapannyapun mengandung kekejian.

2⃣Barang siapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu

tingkatan yang membuat semua orang mencintanya karena pribadinya yang mulia meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya, ia tetap merendah hati tiada meninggi. Semakin dia rendah hati, semakin tinggi derajat kemuliaan yang dia peroleh. Sesungguhnya karena ilmu yang banyak itulah yang mampu menjadikannya paham akan hakikat dirinya. Dia tak mudah merendahkan orang lain. Senantiasa santun dan ramah, bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara. Dia dengan semuanya itu membuatnya semakin dicinta manusia dan insya Allah, Allah pun mencintainya.

3⃣Barang siapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahwa dia tidak tahu apa-apa (stay foolish, stay hungry).

Tingkatan terakhir adalah yang teristimewa. Selalu merasa dirinya haus ilmu tetap tidak mengetahui apa-apa (stay foolish, stay hungry) meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di dalam dadanya. Karena dia telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin jelas di hadapan mata dan hatinya. Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justru, dia bukan hanya tawadhu‘, bahkan lebih mulia dari itu. Dia selalu merasakan tidak tahu apa-apa, mereka bisa tak berdaya di dalamnya lantaran terlalu luasnya ilmu.

Sampai dimanakah posisi kita? Hanya anda yang tahu.

Salam Ibu Profesional,

Tim Matrikulasi Ibu Profesional.

Sumber Bacaa :
Hasil Nice Homework #5, Peserta matrikulasi IIP Batch #2,2016.
Materi Matrikulasi IIPbatch #2, Belajar cara Belajar, 2016.
Materi Matrikulasi IIP batch #2, Adab Menuntut Ilmu, 2016.

3 thoughts on “Materi Kelas Matrikulasi IIP Batch 2 Sesi V: Belajar Bagaimana Caranya Belajar

  1. mbak tanya dong, soal anak dicoba ke banyak bidang olahraga dan seni itu gimana realnya? dan bisa dimulai sejak umur berapa? trimsiii..

      • Ini, Cha, jawaban dari fasilitator…

        “Beragamkan jenis kegiatan anak, jangan sampai anak terjebak dalam rutinitas yang membuat anak menjalani aktivitas seragam sepanjang hari dan bertemu dengan orang yang sama.

        Ragam aktivitas yang banyak akan membantu anak lebih berkembang dan kelak bisa membangun mimpinya sendiri.
        Jika anak memiliki kegiatan seragam anak juga akan kehilangan waktu untuk meng-eksplore dirinya. Akibatnya proses menemukan diri akan terlambat, maka anak akan menjadi orang yang mengikuti mimpi orang lain atau ikut arus tanpa pernah tahu potensi dirinya.

        Kapan bisa dimulai? Kita memulainya dengan observasi, cek apa yang paling membuat anak bersemangat. Ingat juga untuk membekali anak dengan adab sebelum terjun berinteraksi dengan orang lain.”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s