Materi Kelas Matrikulasi IIP Batch 2 Sesi VIII: Misi Spesifik Hidup dan Produktivitas

Resume Materi & Tanya Jawab

Matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #2, sesi #8

Hari/tanggal: Selasa, 06 Desember 2016
Fasilitator:  Yesi Dwi Fitria
Ketua kelas: Hastuti (Hascu)
Koordinator pekan ke-8: Pipit Jayanti

Matrikulasi Ibu Profesional batch #2 sesi #8

MISI SPESIFIK HIDUP DAN PRODUKTIVITAS

Bunda, perjalanan kita untuk menemukan misi hidup selaras dengan perjalanan produktivitas hidup kita. Maka materi menemukan misi hidup ini akan menjadi materi pokok di kelas bunda produktif.

Sebelumnya kita sudah memahami bahwa “Rezeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari”. Sehingga produktivitas hidup kita ini tidak akan selalu diukur dengan berapa rupiah yang akan kita terima, melainkan seberapa meningkat kemuliaan hidup kita di mata Allah dan seberapa manfaat hidup kita bagi alam semesta.

Be Professional, Rezeki will Follow

Tagline Ibu Profesional di atas menjadi semakin mudah dipahami ketika kita masuk ranah produktif ini. “Be Professional” diartikan sebagai bersungguh-sungguh menjalankan peran. Kesungguhan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan peran hidupnya akan meningkatkan kemuliaan dirinya di mata Allah dan kebermanfaatan untuk sesama.

Rezeki will follow” bisa dimaknai bahwa rezeki setiap orang itu sudah pasti, yang membedakan adalah nilai kemanfaatan dan keberkahannya seiring dengan bersungguh-sungguh tidaknya seseorang menjalankan apa yang dia BISA dan SUKA.

Uang akan mengikuti sebuah kesungguhan, bukan bersungguh-sungguh karena uang.

Pada dasarnya menemukan misi hidup itu tidak ada hubungannya dengan usia seseorang. Semakin awal seseorang merasa “galau” ke mana arah hidupnya, semakin “risau” untuk mencari sebuah jawaban “mengapa Allah menciptakan dirinya di muka bumi ini?” maka semakin cepat akan menemukan misi hidup.

Kalau di pendidikan berbasis fitrah, proses ini secara alamiah akan dialami oleh anak-anak pra-aqil baligh akhir (sekitar 10-13 tahun) dan memasuki taraf aqil baligh (usia 14 tahun ke atas). Maka kalau sampai hari ini ternyata kita masih galau dengan misi hidup kita, maka bersyukurlah, karena kita jadi tahu kesalahan proses pendidikan kita sebelumnya, dan tidak perlu lagi mengalami hal tersebut di saat usia paruh baya yang secara umum dialami oleh sebagian manusia yang disebut sebagai mid-life crisis.

Maka sekarang, jalankan saja yang Anda BISA  dan SUKA tanpa pikir panjang, karena Allah pasti punya maksud tertentu ketika memberikan kepada kita sebuah kemampuan. Apabila kita jalankan terus menerus, kemungkinan itulah misi hidup kita.

Seseorang yang sudah menemukan misi hidup tersebut apabila menjalankan aktivitas produktif akan lebih bermakna, karena produktivitasnya digunakan untuk mewujudkan misi-misi hidupnya. Sehingga selalu memiliki ciri-ciri:

a. Selalu bersemangat dengan mata berbinar-binar.

b. Energi positifnya selalu muncul, rasanya tidak pernah capek.

c. Rasa ingin tahunya tinggi, membuat semangat belajar tinggi.

d. Imunitas tubuh naik, sehingga jarang sakit, karena bahagia itu imunitas tubuh yang paling tinggi.

Ada 3 elemen yang harus kita ketahui berkaitan dengan misi hidup dan produktivitas:

a. Kita ingin menjadi apa (be)

b. Kita ingin melakukan apa (do)

c. Kita ingin memiliki apa (have).

Dari aspek dimensi waktu ada 3 periode yang perlu kita perhatikan:

a. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)

b. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan (strategic plan)

c. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun (new year resolution).

Setelah mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, maka mulailah berkomitmen untuk “BERUBAH” dari kebiasaan-kebiasaan yang Anda pikir memang harus diubah.

Berikutnya mulai susun langkah-langkah usaha apa saja yang bisa kita lakukan untuk menunjang sebuah produktivitas hidup kita. Mulailah dengan menetapkan target waktu dan jadwal kegiatan selama satu tahun, serta menentukan ukuran atau indikator keberhasilan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Buatlah prioritas dan pilih hal-hal yang memang kita perlukan. Hindari membuat daftar yang terlalu panjang, karena hal tersebut membuat kita “gagal fokus”.

Demikian sekilas tentang pentingnya misi hidup dengan produktivitas, nanti akan kita lanjutkan dengan diskusi dan kami akan lebih detilkan materi ini secara real di nice homework #8 berbasis dari kekuatan diri teman-teman yang sudah dituliskan di nice homework #7.

Salam Ibu Profesional,
Tim Matrikulasi IIP.

Sumber bacaan:

Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014

Materi Matrikulasi IIP, Bunda Produktif, 2016

Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas Bunda Produktif, Salatiga, 2015.

Video Matrikulasi IIP Seri 8: Menemukan Misi Spesifik Hidup

==================================================================

Sesi Tanya Jawab
1⃣ Sari
(T):
Bagaimana mensiasati tuntutan suami pada suatu bidang pekerjaan yang kita tidak sukai? Standar seperti apa yang harus kita tentukan, apakah secukupnya atau menjadi ahlinya?
terima kasih
(J):
Untuk mensiasati tuntutan suami pada suatu bidang pekerjaan yang kita tidak sukai, Bunda meninjau kembali apakah selama ini memang masuk ke ranah tidak suka atau Bunda belum mempelajarinya. Jika ini sudah menjadi komitmen keluarga untuk menjalankan pekerjaan ini maka pelajari dulu tantangannya dan cari strategi agar Bunda bisa menguasainya.

2⃣Rita
(T):
Terkait dengan elemen ke-3 untuk produktivitas yaitu kita ingin memiliki apa (have), itu penjelasan dan contohnya seperti apa, ya? Terima kasih.
(J):
Contoh elemen ke-3 ini bisa Bunda lihat pada kuadran suka dan bisa, silakan dicek kembali daftar yang sudah dibuat, nanti akan terlihat apa yang ingin Bunda miliki.

3⃣ Oktiin
(T):
Saya masih meraba-raba misi spesifik hidup saya, Bun. Terutama setelah memutuskan rehat dari aktivitas di luar rumah dan sekarang full di rumah walaupun saya dan suami belum ada amanah anak. Tadinya saya pikir aktivitas sebelumnya itu sudah sesuai dengan misi spesifik saya, tapi saya sering merasakan energi negatif dengan lingkungan di mana saya beraktivitas dan sering merasa lelah. Apa itu bisa termasuk tanda ketidakcocokan? Jadi sekarang saya memulai dari awal lagi dengan belajar di IIP. Tapi memang suka khawatir gagal fokus lagi, Bun. Karena masih ada sedikit amanah dari aktivitas sebelumnya. Bukan termasuk hal yang saya suka dan bisa, tapi saya sudah telanjur diberi amanah dan belum bisa mendelegasikan ke orang lain. Apakah ini bisa berarti bahwa memang amanah ini tanda dari Allah? Apakah kita juga harus belajar untuk love what we must do?
Mohon motivasinya juga ya Bun 🙏🏻
(J):
Pada dasarnya misi spesifik hidup itu tidak berubah, cara menemukannya saja yang bermacam-macam dan dengan berbagai cara, tapi ketika dilihat benang merahnya ternyata apa yang sudah kita kerjakan mengarah pada misi spesifik hidup kita.

Ciri misi spesifik sudah kita sampaikan pada materi di atas, namun Bunda tidak perlu sedih karena apa yang Bunda lakukan sekarang akan memperkaya pengalaman Bunda.

4⃣ Etty
(T):
Ini sebenernya nyambung ke NHW lalu ya?
Di NHW lalu kan membuat kuadran suka, tidak suka, bisa, dan tidak bisa.
Di materi ini juga ada perkataan, mulai sekarang jalani apa yang kita suka dan kita bisa.
Nah kalau ada pekerjaan yang kita nggak suka dan nggak bisa, padahal pekerjaan itu bermanfaat sekali bagi kita dan keluarga, gimana cara membuat itu menjadi pekerjaan yang kita sukai?
Soalnya kalau nggak suka kan jadi malas ngerjainnya, padahal sebenernya pekerjaan itu bermanfaat sekali.
(J):
Benar sekali mbak Etty, materi hari ini berkaitan dengan NHW yang sudah dikerjakan minggu sebelumnya. SUKA berkaitan dengan RASA.  Saran saya, agar cek kembali kenapa pekerjaan yang bermanfaat sekali untuk keluarga, tapi masuk ke kuadran yang tidak suka. Lihatlah dengan cara berbeda dan segera temukan cara berbeda untuk melakukan kegiatan tersebut.

5⃣ Pipit
(T):
Ketika belum menemukan misi hidup sampai saat ini berarti kan disebut sebagai mid-life crisis.
Dan dikatakan pada materi di atas maka sebaiknya jalankan saja yang Anda BISA dan SUKA tanpa pikir panjang.

Nah bagaimanakah jika memang kondisi lingkungan seakan memaksakan untuk kita akhirnya melakukan yang tidak kita suka. Walau akhirnya memang jadi bisa (karena keterpaksaan). Apakah jika seperti itu bisa dikatakan ia tidak akan pernah menemukan misi hidupnya?
(J):
Bunda saat ini sudah memulai perjalanan menemukan misi hidup.
Kita menyarankan pada tahap awal ini melakukan ranah BISA dan SUKA terlebih dahulu agar Bunda mendapatkan pola dan tidak kehabisan energi. Kemudian Bunda boleh lanjut ke ranah berikutnya.

Saya ingin menggarisbawahi: kondisi lingkungan seakan memaksakan untuk kita akhirnya melakukan yang tidak kita suka.
Untuk menjawabnya Bunda perlu merenungkan apakah benar lingkungan bisa memaksa bunda atau ada faktor lainnya?
Apakah Bunda tidak leluasa menetapkan kuadran suka dan bisa?
Mohon diingat juga bahwa tidak suka ini adalah rasa/persepsi Bunda terhadap sesuatu.

6⃣Rita Fithra Dewi:
(T):
Bagaimana mensinkronkan rencana-rencana yang sudah dibuat ketika ada “Argo Bromo” yang kadang tak terduga didahulukan, sehingga saya harus ambil keputusan untuk memprioritaskan satu target serta menunda target yang sudah direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan. Apakah kejadian tersebut bisa ditoleransi? Mengingat target akan mundur dan mungkin akan timbul masalah.
(J):
Bunda Rita, dalam keluarga tentunya ada urutan prioritas. Apakah kejadian tidak terduga tersebut membutuhkan waktu lama dan membutuhkan banyak perhatian? Jika iya, Bunda perlu menyusun ulang rencana.
Perlu diperhatikan juga:

🌺PENTING berkaitan dengan prioritas, waktu, dan jam terbang.
🌺GENTING berkaitan dengan kondisi dan manajemen waktu.

Saya mengalami ini ketika putri kedua perlu menjalani operasi penggantian lensa mata. Ini memerlukan masa pengobatan yang lama dan butuh banyak perhatian. Dinilai genting karena jika ditunda akibatnya akan fatal. Dengan kondisi ini maka saya melakukan perubahan total.

7⃣Kartini
(T):
1. Di sini tertulis hindari membuat daftar yang panjang karena membuat kita “gagal fokus”.
Yang ingin ditanyakan agar kita fokus, berapa poin yang mesti dibuat agar kita fokus, karena biasanya banyak yang mau diraih tetapi saking banyaknya malah tidak tercapai.
2. Jika kita melakukan hal yang kita sukai dan bisa artinya apakah kita sudah produktif? Bagaimana dengan hal yang disukai tetapi belum bisa, karena ini juga menarik bagi saya, dan membuat mata berbinar-binar, berapa lama waktu kita fokus pada kegiatan yang kita sukai dan bisa dulu?
(J):
Pada review sebelumnya kita menyarankan agar bunda memasuki ranah SUKA dan BISA terlebih dahulu, ini penting agar Bunda bisa menemukan pola di sana. Jika sudah merasa “Enjoy, Easy, dan Excellent” silahkan melanjutkan ke ranah lainnya. Lama jangka waktunya bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Bunda juga bisa memutuskan sendiri berapa banyak yang bisa membuat Bunda tetap fokus.

🍀SUKA – TIDAK BISA

Pertanyaannya adalah apakah ini sudah pernah dilakukan atau belum?
Apakah pernah dilakukan dan merasa BISA?
Kalau ya berarti masuk kuadran SUKA dan BISA, tetapi selama ini belum produktif karena kendala manajemen waktu, kalau MAU sedikit disiplin di manajemen waktu pasti BISA produktif.

Kalau ternyata SUKA saja, dan belum pernah dilakukan sama sekali, ini sama dengan mimpi yang belum jadi kenyataan, maka masuk kategori SUKA dan TIDAK BISA, pelajari tantangannya apa.

8⃣ Icha
(T):
Bagaimana caranya 3 elemen yang ada (be, do, have) tidak saling bertentangan/bertabrakan?
Karena terkadang apa yang kita ingin lakukan berbeda dengan apa yang kita cita-citakan dan yang ingin kita miliki.
(J):
Mulailah dengan melihat kuadran SUKA dan BISA, agar tidak ada yang bertentangan Bunda bisa memulainya dari sana. NHW kita nanti akan memandu Bunda dalam menjalaninya.

9⃣Rahma-Ummu Abduh
(T):
1.  Apakah boleh visi-misi hidup berganti dalam kurun waktu tertentu?
2.  Terkadang saya “malas” menengok visi-misi jika dalam action-nya ada hal yang terjadi di luar skenario. Adakah langkah untuk mengatasi rasa malas itu? Atau setidaknya bisa selalu move on dan semangat mengevaluasi.
3. Boleh minta contoh checklist setahun idealnya seorang ibu dan istri?
(J):
Sebenarnya secara prinsip tidak berubah, Bunda, hanya bermacam cara untuk mencapainya.
Bunda perlu berjuang mengatasi rasa malas ini, hanya ada dua pilihan: berubah atau kalah.

Ideal atau tidaknya Bunda sebagai istri dan ibu dilihat oleh suami dan anak-anak.
Inilah yang kita dapatkan pada NHW lampau, saat kita bertanya pada suami dan anak-anak.

1⃣0⃣ mba Asyirin
(T):
Sudah 2 minggu ini saya memikirkan tentang misi hidup saya dan keluarga kami, memang butuh perenungan sehingga benar-benar mengerti siapa kita ini.
Selama 2 minggu ini yang ada di pikiran saya dipenuhi dengan keinginan untuk ikut kegiatan yang berbentuk sosial, bertemu dengan banyak orang, membantu sesama, bertemu dengan berbagai komunitas, seperti bertemu dengan IIP. Rasanya ini seperti kebutuhan yang harus saya penuhi…
Apakah ini yang dinamakan saya sedang menuju misi hidup saya? Yaitu ingin berbagi dengan orang lain, ingin membagi kebahagiaan yang saya miliki bersama mereka.
Sudah sejak SMA saya menyukai hal yang bersifat sosial, kegiatan yang tidak diukur oleh materi tapi berarti investasi besar bagi saya dunia dan akhirat…
Apa dengan saya ingin mengejar hal di atas dapat mengganggu tahapan dari ibu profesional yang ingin saya jalankan? Atau bagaimana baiknya ya Bund? 😊😊
Terima kasih jawabannya.
(J):
Selamat untuk Bunda, karena sudah memulai proses menemukan misi hidup. Jika Bunda sudah mulai ‘galau’, maka makin cepat menemukan misi hidup.

Memetakan kuadran suka, tidak suka, penting, dan mendesak mempermudah Bunda menemukan misi hidup. Sebagai ibu, perkuatlah di Bunda Sayang dan Bunda Cekatan terlebih dahulu. Saat Bunda bersungguh-sungguh di dalam, maka kelak kita akan keluar dengan kesungguhan itu. Dengan begini semuanya akan sejalan.

1⃣1⃣ Reytia
(T):
Bagaimana cara kita mem-push diri kita utk melakukan sesuatu yang kita bisa tapi tidak suka tapi harus.
Misalnya: konsisten mengaji, mendidik anak dll.
Saya merasa kesulitan sekali untuk berinteraksi positif dengan anak. Sering merasa mati gaya dan tidak enjoy.
(J):
Ketika kita sudah menetapkan lifetime purpose dan strategic plan, maka kita wajib memulai KOMITMEN PERUBAHAN.
Salah satunya dengan mengubah cara pandang terhadap satu tantangan. Segera temukan cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Kita juga bisa ‘belanja ide’ pada teman-teman yang satu visi dengan kita, termasuk dalam hal pengasuhan anak.

==================================================

Review NHW #8
Matrikulasi Ibu Profesional batch #2

MISI HIDUP dan PRODUKTIVITAS

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mengerjakan NHW #7 dengan bersungguh-sungguh. Perbedaan dari orang yang sama-sama belajar itu adalah dari kesungguhannya. Ada yang hanya sekadar menggugurkan kewajiban yang penting sudah mengumpulkan PR dan ada yang memang bersungguh-sungguh mengerjakan untuk menjadikannya “ROAD MAP” dalam kuliah kehidupannya. Maka di NHW #8 ini kita akan melihat bagaimana produktivitas seorang bunda bisa erat berkaitan dengan misi spesifik hidupnya.

Pola BE-DO-HAVE yang kita gunakan ini akan membuka mindset kita terlebih dahulu akan sebuah makna produktif, kemudian mengerjakan sesuai dengan jalan hidupnya, dan akhirnya mendapatkan hasil dan pencapaian yang cocok antara kehendak kita dan kehendak Allah. Hal ini akan membuat Bunda lebih mantap melangkah, apalagi kalau dihubungkan dengan pertanyaan NHW #8.

Pertanyaan di NHW #8 itu saling berkaitan, mari kita simulasikan berrsama, kemudian aplikasikan sesuai dengan diri bunda masing-masing.

a. Ambil satu saja dari aktivitas yang Anda SUKA dan BISA.

Misal: Memasak.

b. Anda ingin menjadi apa? (Be)

Misal: ingin menjadi ahli memasak untuk makanan “gluten free“.

c.Apa yang ingin anda lakukan? (DO)

Misal: saya akan mulai bereksperimen tentang makanan gluten free dan mengedukasi masyarakat tentang makanan gluten free.

d. Apa yang ingin anda miliki? (Have)

Bisa secara materiil maupun immateriil bebas Anda pilih, boleh salah satu atau dua-duanya.

contoh:
Materiil: Saya ingin memiliki rumah “healthy food

Immateriil: saya ingin memiliki legacy dalam hidup saya tentang makanan “gluten free” ini sehingga anak Indonesia akan tumbuh dengan sehat tanpa bergantung dengan gandum.

Setelah itu kita susun langkah-langkahnya:

a. Life time purpose.

Saya ingin  memperjuangkan Indonesia Bebas Gandum, dengan mulai menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap gandum.

b. Strategic Planning

Dalam waktu 5 tahun ke depan saya ingin dikenal sebagai ahli gluten free, sehingga saya konsisten mempelajari hal tersebut mulai dari sekarang.

c. New Year Resolution

Dalam kurun waktu 2017 – 2018 ini saya ingin menerapkan program “One Month One Recipe” sehingga akan muncul 12 resep baru gluten free dalam 1 tahun ini, dan mengajarkannya kepada anak-anak dan keluarga di sekitar saya.

Apabila sampai sekarang Anda masih galau belum menemukan apa sebenarnya yang akan Anda lakukan, jangan khawatir.
Mari kita kuatkan proses,

karena

Proses itu HAK kita, dan hasil itu HAK ALLAH.

Nah untuk lebih menguatkan proses, silakan buat list dan tempel di rumah. Ada banyak contoh, salah satunya saya berikan sample di bawah ini:

Ini contoh menguatkan BE-DO-HAVE mingguan sampai ketemu ranah produktivitas bunda.

Tahapannya:

Ambil ranah yang anda SUKA dan BISA dulu, simulasikan di form BE-DO-HAVE.

Susun lifetime purpose, strategic plan, dan new year resolution.
Turunkan secara mingguan aktivitas-aktivitas yang harus Anda capai untuk bisa menjadi Bunda Produktif.

Demikian review NHW #8, silakan dicermati sekali lagi, karena ini akan menjadi pijakan untuk tahap berikutnya.

Salam Ibu Profesional,

Tim Matrikulasi Ibu Profesional.

Sumber bacaan:

David Y,  The “Be Do Have” Paradigm, Avenue South, 2013.

Tim Matrikulasi IIP, Misi dan Produktivitas, 2016.

Hasil Nice Homework #8, peserta matrikulasi IIP batch #2.

🌸Tambahan info (berhubungan dengan emosional dan behavioural)

Contoh:
🐬Orang ingin menjadi kaya, maka yang harus dia lakukan adalah

Be: Menjadi kaya terlebih dahulu secara mental, mindset, perilaku, emosional. Kita harus mempunyai sikap & watak, cara berpikir orang-orang yang kaya.

Do: lakukan tindakan-tindakan dan lakukan juga kebiasaan-kebiasaan orang menjadi kaya, misal orang kaya itu adalah yang kaya hatinya, tidak mengeluh, selalu bersyukur. Orang kaya itu malu kalau tangannya di bawah, maka selalu berusaha tangan di atas, seberapapun harta yang kita miliki.

Have: Ketika memiliki sesuatu dan benar-benar kaya, maka orang tersebut memang sudah siap kaya, karena sudah punya mental kaya sejak dulu dan Allah tinggal meletakkan kesuksesan orang tersebut tepat pada waktunya.

Berbeda sekali dengan orang yang have dulu, mendadak kaya, tapi tidak punya mental orang kaya, sehingga secara mental merasa dirinya miskin terus, dan secara perilaku juga masih seperti perilaku orang miskin, tidak mau berbagi, semua yang dia miliki untuk kesenangan diri sendiri. Pelit. Tangan selalu di bawah, jarang di atas.

===========================

Disclaimer dari pemilik blog: Wah, gara-gara bu fasilitator menyebut-nyebut gluten sebagai contoh, saya jadi ingat belum jadi-jadi nulis mengenai ‘alergi gluten’ :). Sementara bisa dibaca di artikel yang menjadi acuan ‘posisi’ saya sejauh ini yaitu di http://www.sciencealert.com/scientists-who-found-evidence-for-gluten-sensitivity-have-now-shown-it-doesn-t-exist. Adapun bahan makanan yang mengandung gluten maupun yang bebas gluten bisa disimak di sini http://www.healthline.com/health/allergies/gluten-food-list.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s