“I will try…”
Sepotong kalimat itu sontak menghadang langkah saya untuk mendapatkan beasiswa. Kedua anggota tim seleksi yang mewawancarai saya, salah satunya kini menjadi anggota kabinet pemerintahan, berpandangan penuh arti setelah mendengar jawaban saya terkait perbedaan bidang studi yang telah dan akan saya ambil.
“Kami mencari kandidat yang yakin,” kata salah satu dari mereka. Jawaban saya ternyata tidak cukup tegas untuk membuktikan kelayakan saya menerima bantuan pendidikan dari pemerintah negara tetangga tersebut. E-mail pengumuman yang menyusul kemudian secara khusus menyebutkan saran bahwa saya harus lebih percaya diri dalam bersikap.
Ya, saat itu saya lupa akan satu hal. Bahwa kepercayaan diri adalah modal utama untuk meraih kesuksesan. Percaya diri di sini tentu dalam kadar yang tepat, ya. Bukan overconfidence maupun sebaliknya, minder. Dalam bingkai Ilahiah, melalui hadits qudsi, Allah juga sudah berfirman bahwa Ia sesuai persangkaan hamba-Nya. Jika kita berdoa pun, salah satu syaratnya adalah yakin doa diterima. Konteksnya lebih ke yakin akan kuasa Allah subhanahu wata’ala, sebenarnya. Namun, di sisi lain, hal tersebut sekaligus memotivasi kita selaku hamba-Nya untuk membuktikan diri pantas menerima apa yang kita minta. Baik melalui usaha yang spesifik sehubungan dengan doa kita, maupun tingkah laku sehari-hari.
Saya akui, sejak dulu saya sadar bahwa saya memang tergolong kurang percaya diri. Bicara di depan umum saja membuat saya berkeringat dingin. Saya sering kagum dengan orang-orang yang begitu lancar berceramah atau mengajar. Pikir saya, kepercayaan diri itu bakat-bakatan. Maka, saya agak kaget ketika mengisi mengisi quiz kepribadian yang ada di www.serioxyl-confidence.com. Hasilnya sebagaimana ditampilkan dalam gambar di samping. Well, seiring dengan berjalannya waktu, mungkin rasa percaya diri saya muncul tanpa disadari. Betul, saya banyak belajar dari setiap pengalaman. Meskipun belum ada rencana mencari beasiswa lagi, saya menerapkan perlunya punya kepercayaan diri ini dalam banyak aspek kehidupan. Allah pun memberi jalan sehingga saya yang aslinya invisible saking pemalunya ini bisa tampil invincible melalui kerja nyata. Bisa dibilang rasa percaya diri saya terbangun dari situ, meskipun awalnya semacam ‘dipaksa’ presentasi misalnya. Beberapa penghargaan dari kantor yang saya terima menjadi bukti.
Proses yang saya lalui membuat saya yakin bahwa selain tetap harus diiringi dengan doa, upaya membekali diri juga penting. Kita tentu akan lebih percaya diri jika menguasai materi yang kita sampaikan, bukan? Kemudian, di samping ‘isi otak’, penampilan yang baik ternyata juga diperlukan. Penampilan yang berantakan, kusut, acak-acakan, apalagi disertai bau tidak sedap, bisa mengurangi kredibilitas kita di mata lawan bicara atau audiens. Untuk memperoleh penampilan yang menarik tak bisa instan, melainkan harus dijaga melalui kebiasaan grooming yang berkelanjutan, juga lewat pemakaian produk perawatan yang tepat. Dengan jilbab yang menutup aurat, bukan berarti perawatan rambut boleh diabaikan. Sudah banyak tips yang beredar mengenai bagaimana merawat rambut jika sehari-hari kita berhijab, yang artinya memang ada kekhususan jika dibandingkan dengan perawatan rambut pada umumnya. Nah, kalaupun rambut mengalami masalah dengan pemakaian hijab, tentunya perlu evaluasi. Dengan perlakuan yang tepat, in sya Allah masalah akan teratasi dengan tuntas, dan kita siap tampil penuh percaya diri pada kesempatan apa pun.
post ini diikutsertakan dalam Blog Competition Serioxyl X IHB #IHBxSerioxyl #SerioxylConfidence #LorealPro.
Setuju mba! Kalo ga pede mau ketemu orang jg bawaannya males. Ga mungkin kan ngurung diri terus sampe jamuran? Hehe… 😊✌️
Betuul, nanti yang rugi kan juga diri sendiri :).