Kisah di Balik Kesuksesan Hijab SallyHeart

Sesi kedua SEMUSIM yang diselenggarakan di auditorium lantai 3 kampus UIJ Utan Kayu ini menghadirkan teh Ayu Momalula, pendiri Hijab SallyHeart.

Ibu satu putri ini mengawali presentasinya yang penuh warna dengan menyatakan bahwa kita tidak bisa memilih dilahirkan di keluarga seperti apa. Ada yang memang sudah terbiasa dengan etos kerja keluarga pengusaha, atau bisa memanfaatkan nama besar keluarga untuk bisnis. Lalu apa kabar dong kita yang dari keluarga yang tidak demikian?

Teh Ayu dulu kuliah di jurusan Komunikasi UNJ. Ada masanya ketika kuliah terasa galau, setelah lulus nanti jadi apa? Kemudian sempat terpikir apa nikah aja, ya? Dengan niat supaya ada yang bertanggung jawab dan membimbing. Akhirnya memang jadi kenyataan, menikah di usia 21 tahun, dan dikaruniai buah hati umur 22 tahun. Tapi teh Ayu menggarisbawahi agar para mahasiswi jangan asal baper lihat foto-foto pasangan nikah muda yang tampak wow di media sosial, kalau belum siap mending jangan, karena tantangan setelah menikah itu tidak mudah

Setelah menikah dan punya anak, teh Ayu sempat kerja kantoran sehari tapi tidak betah hanya duduk di belakang komputer, seperti juga saat magang semasa kuliah. Mamanya sampai sempat berucap kalau tahu tidak niat kerja kantoran mungkin dulu nggak akan dikuliahkan.

Momalula memulai berjualan sekitar tahun 2010, semula berdagang makanan dari bazaar ke bazaar, kemudian merambah ke facebook. Belakangan karena orangtua suka ke Tanah Abang, sering juga dimintai saran padu padan berbusana, plus merasa punya selera fashion yang berbeda dari kebanyakan, Momalula terpikir untuk terjun ke bisnis fashion. Awalnya menjual produk orang lain, kemudian mulai membuat sendiri. Terkumpullah modal yang lumayan, mengajak partner bisnis hijab, lalu bubar. Mulai lagi dari nol, dan lahirlah Hijab Sally Heart. Prosesnya memang panjang, dari 2010-2015, karena terus berproses. Seperti kata ustadzah Yulia tadi, ada baiknya memulai usaha dengan belajar fiqh muamalatnya dulu.

Tips dari teh Ayu yang juga penulis buku Diary Sally dan Diary Cinta Sally ini untuk yang mau berbisnis:

1. Memahami target pasar itu penting. Kenali apa kebutuhan saat ini. Target pasar Hijab Sally Heart adalah usia 18-24 tahun yang biasanya sedang belajar berhijab syar’i dan umumnya sedang galau soal jodoh (*di sini saya melirik pashmina instan SallyHeart yang saya kenakan sambil mikir, am I too old for this? 😀). Karena itulah jika diperhatikan konsep publikasi Sally Heart banyak memberi tips dan tausiyah tentang jodoh, bukan tentang masalah rumah tangga. Kita bisa mulai belajar dari stalking media sosial, apa sih yang sedang digemari?

2. Fokus, ini penting agar kita bisa berbagi dan bermanfaat ke sebanyak-banyaknya orang. Ketika sudah memilih bisnis hijab dan busana muslimah, perhatikan banget dan fokus di situ, ibarat fokus ke anak. Jangan mudah tergoda bisnis lain yang sedang booming.

3. Kerja keras. Sebagian orang menganggap, “Dia mah enak pinter, punya bakat, punya modal, dst.” Menurut teh Ayu, tiap orang punya potensi dan passion masing-masing kok, bisa jadi bidangnya juga beda-beda. Jika sudah ketemu dan terasah dengan latihan dan kerja keras pasti tercapai yang diinginkan.

4. Pantang menyerah. Bisnis tidak selalu lancar, Momalula juga pernah rugi, kehilangan karyawan, dikomplain pembeli, dst. Tapi namanya juga sudah memilih sesuatu, artinya harus siap dan terima konsekuensinya. Ujian pasti ada saja. Ketika menghadapi suatu masalah, fokus pada solusi ya, jangan dibahas melulu, ribut-ribut terus tanpa mengarah langkah berikutnya apa. Misal, kalau ada kejadian salah potong kain artinya ke depan perlu komunikasi dan pengawasan yang lebih baik. Bisnis adalah sebuah amanah, ada karyawan yang harus ditanggung. Momalula punya 10 karyawan dengan motivasi kerja yang berbeda, jadi ikut termotivasi agar para karyawan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti untuk kuliah atau membantu suami. Pantang menyerah juga merupakan suatu bentuk tanggung jawab.

5. Inovatif. Begitu banyak brand hijab baru dan masih terus bermunculan. Perlu inovasi, karena kalau tidak maka apa bedanya dengan produk yang sudah ada. Maka Sally Heart menawarkan inovasi seperti hijab untuk yang berkacamata, yang berniqab, yang masih kuliah (yang biasanya dananya terbatas), kemudian juga hijab yang bisa dipakai bolak-balik, dst. Hijab Sally Heart juga aktif terlibat atau membuat event.

6. Kreatif, bisa dengan buat konten menarik di publikasi media sosial yang sesuai dengan target pasar. Karakter perempuan juga umumnya tidak terlalu suka diceramahi, jadi Momalula memilih media yang menarik dan penyampaian yang santai, tidak men-judge. Termasuk bikin video dan film juga (Abdur & Ananda).

7. Mau belajar. Momalula dari dulu sampai sekarang masih terus belajar, termasuk ikut seminar-seminar. Jangan terlalu pemilih soal sumber belajar, siapa pun itu biasanya akan tetap ada hikmah yang bisa dipetik.

Salah satu kutipan penyemangat dari Momalula yang ditekankan di bagian penutup sesi ini adalah: Jangan iri dengan rumput tetangga yang lebih hijau, kalau rumputnya aja kamu nggak punya.

Menjawab pertanyaan peserta tentang tips berbisnis dengan modal sedikit tapi bisa maju terus, Momalula mengingatkan khususnya kalau baru mulai, tabung dulu hasilnya untuk tambahan modal berikutnya, jangan langsung tergoda beli barang buat gegayaan. Pisahkan juga uang bisnis dengan uang pribadi. Buat rekening tersendiri supaya tidak tercampur dan jadinya malah beli barang pribadi yang tidak perlu dari hasil jualan yang belum seberapa.

Bagaimana jika sebagai mahasiswa tertarik mulai berbisnis dengan cara menjadi reseller? Saat ini banyak brand yang mencari reseller, tetapi harus hati-hati juga. Pemilik bisnis ada yang mengharuskan bayar dulu sebagai bentuk ikatan supaya sama-sama lebih aman. Sebetulnya ada juga owner yang bisa dilobi dengan kondisi yang ada, misalnya dengan mengungkapkan bahwa status masih mahasiswa dan belum bisa ambil paket reseller yang harganya lumayan. Kalau owner bisa diyakinkan, siapa tahu bisa tetap memasarkan dengan metode lain. Rajinlah silaturahim untuk menambah kenalan dan jejaring, karena harus diakui kita bukan artis yang mudah dilirik untuk kerja sama bisnis.

Dalam menentukan harga produk, pertama lihat pasar yang hendak dituju dulu. Untuk kalangan mahasiswa, baiknya harga tidak terlalu tinggi. Perhitungannya bisa dari hpp+biaya operasional + biaya marketing.

Mulai bisnis setelah menikah artinya perlu dukunga keluarga juga. Awalnya suami ingin Momalula bekerja kantoran agar sifat manja dan pemalunya berkurang. Malah suami baru saja diputus kontrak kerja saat menikah, dan oleh orangtua dibagi setengah juta dari amplop nikahan untuk modal hidup. Alhamdulillah seminggu setelahnya ada panggilan kerja. Gaji ini yang dijadikan modal untuk berdagang kecil-kecilan. Setelah bisnis Momalula bertumbuh, suami resign untuk membantu mengelola usaha bersama.

Jangan lupa, orangtua memberi amanah ke kita untuk belajar dengan baik, lulus sekolah, dapat nilai bagus. Momalula menutup materinya dengan mengingatkan bahwa kita perlu juga memikirkan harapan beliau. Jangan sampai tanggung jawab kita akan sekolah atau kuliah keteteran gara-gara berbisnis. Tantangan terbesar memang soal waktu, bagaimana pun caranya kita juga harus selesaikan apa yang diinginkan orangtua. Kalau pendidikan sudah beres, in sya Allah orangtua juga akan mendukung pilihan kita selanjutnya karena sudah melihat tanggung jawab kita.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s