Relasi Ibu dan Anak Perempuan, Indah tapi Rumit

Saya adalah anak perempuan yang memiliki dua orang anak perempuan. Konon, perempuan lebih sering mengedepankan perasaan dan emosi daripada logika. Alhasil, hubungan antara seorang ibu dengan anak perempuannya selain indah dan penuh kelembutan juga bisa berpotensi jadi agak rumit jika ternyata salah satu atau bahkan keduanya kesulitan mengelola emosi dengan baik. Meskipun alhamdulillah hubungan saya dengan mama dan anak-anak sejauh ini bisa dibilang baik, tetapi cerita beberapa teman membuat saya sadar bahwa sebagian anak perempuan memang menghadapi tantangan atau ujian berupa relasi yang tidak harmonis dengan seseorang yang telah melahirkannya. Penyebabnya beragam, tapi seringkali memang ada kaitannya dengan manajemen diri.

Ada masalah, pastinya ada jalan keluar dong ya. Maka ketika mengetahui bahwa Wacoal Indonesia mengadakan talk show bertema Beautiful Relationship Between Mom & Daughter, saya pun tertarik ikut menyimak. Belajar agar hubungan indah ibu dan anak tak berujung runyam tak ada salahnya, bukan? Acara yang diselenggarakan tanggal 22 April di Mal Ciputra Cibubur ini sejalan dengan kampanye Wacoal yang bertajuk Everlasting Support from Generation to Generation. Adanya gap antargenerasi semestinya tidak menjadi penghalang untuk saling memberi dukungan, bukan?

Sore itu setelah kegiatan lomba cake & bra decoration, para pembicara pun tampil di panggung untuk berbagi wawasan dan pengalaman. Mba Monica Sulistiawati selaku psikolog banyak memberikan masukan seputar hubungan ibu dan anak. Berhubung saya terlambat, jadi saya pinjam catatan mba Wynanda yang tiba duluan di tempat acara, sebagai berikut:

Poin-poin penting yang masih nyantol di memori, nih:
1. Bangun komunikasi efektif dengan anak. Kadang kita ngobrol dengan anak tapi nggak nyambung, tidak ada keterikatan emosi.
2. Sediakan waktu sepenuh hati untuk komunikasi dengan anak, singkirkan semua hal yang mengganggu (seperti gadget, komputer, dll).
3. Berempatilah pada anak.
4. Ayah dan ibu HARUS hadir semuanya.
5. Hati-hati sekali dengan verbal bullying (misal: “Ya udah, kalau gak mau dengerin mama, kamu tinggal saja sama papamu, mama pergi!” atau yang lebih parah juga, “Kalau kamu nggak mau melakukan itu, kamu bukan anak mama!” atau lainnya), ini sangat bahaya karena sangat menyakitkan bagi anak.
6. Ada teknik pernapasan yang bisa coba dilakukan jika kita sedang emosi yaitu teknik 627 yang artinya tarik nafas pelan-pelan selama sekitar 6 detik, lalu tahan sekitar 2 detik, kemudian hembuskan perlahan sekitar 7 detik. Ini biasa dipakai untuk teknik relaksasi.
7. Ketika kita sedang sangat marah, kesal, sebaiknya lakukan time out, pergi ke ruangan lain, tenangkan diri.

Lalu saya juga sempat bertanya, tentu saja pakai acuan kondisi saya sendiri sih, yang punya anak 2, dan salah satu adalah ABK, sering menghabiskan waktu ke RS, ayah jarang sekali hadir.

Jawabannya kurang lebih:
Bangun self esteem si sibling, sehingga meski kita banyak menghabiskan waktu dengan ABK kita, si sibling tetap percaya diri, tahu bahwa dia tetap disayangi.
Lalu juga libatkan si sibling dalam pengasuhan ABK kita, kita bisa sampaikan kondisi sibling-nya yang ABK, membutuhkan semua tindakan dan kunjungan medis yang dilakukan, dan ini perlu dilakukan terus-menerus.

Tips untuk mama Toyib (seperti saiyah) atau yang di rumah sendiri saja, mengerjakan semuanya: Abaikan rumah berantakan, yang penting bisa luangkan waktu untuk anak-anak. Atau libatkan anak untuk kegiatan seperti mencuci, menyapu, mengepel, masak, dll. (Tapi ini yang nyebelin kalau papa Toyib ngedumel akibat rumah berantakan).

sumber: https://catatanmomkaki.blogspot.co.id/2017/04/aku-depresi-dan-kasih.html

Adapun mba Meisya Siregar sebagai ibu dari tiga orang anak yang usianya cukup beragam bercerita tentang bagaimana ia membangun persahabatan dengan anak-anak yang sudah lebih besar. Pembagian waktu itu penting agar semua tetap dapat perhatian, termasuk juga pembagian peran dengan suami. Antara ayah dan bunda mungkin punya pendekatan yang berbeda dan di situlah keunikannya, masing-masing bisa menjadi sahabat bagi anak dengan caranya sendiri.

Saya paling terkesan dengan teknik 627, pernah baca sih teknik yang mirip-mirip tapi tanpa hitungan persisnya. Dengan hitungan begini mestinya akan lebih teratur ya manajemen emosinya saat sedang terpancing. Yah, sebaik-baiknya kita, pasti ada lah (atau saya aja ya, hehehe) saat-saat di mana rasanya beraaat bener untuk menahan emosi. Tentu, sebagai muslim, bisa diwujudkan juga dalam bentuk dzikir (istighfar atau taawudz) dan berwudhu ya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s