Kilas Balik Tahun 2018

Tahun 2018 menjadi tahun yang penuh kesan bagi saya dan keluarga. Sejumlah peristiwa penting terjadi sepanjang tahun lalu, yang membuat beberapa perubahan juga pada dunia kami.

Salah satu kebahagiaan yang kami peroleh adalah karena suami telah menyelesaikan tugas belajarnya. Dua tahun sebelumnya, suami memang memperoleh beasiswa dari instansi tempatnya bertugas untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Tentunya ini juga berarti selama itulah kami menjalankan Long Distance Marriage alias LDM, karena saya juga belum bisa meninggalkan penugasan saya di Jakarta.

Kembali serumah setelah sempat berjauhan, di mana dulu suami hanya pulang sekitar dua minggu sekali karena tugas-tugas kuliah yang cukup banyak, artinya ada adaptasi lagi di keluarga kami. Paling senang sih karena sekarang jadi bisa berangkat ke kantor sama-sama :D.

Hanya saja, baru juga seminggu masuk kerja lagi, suami malah jadi harus cuti sakit berhari-hari. Gara-garanya, ia terkena cacar air. Walaupun anak-anak sudah mendapatkan vaksin Varicella, saya tetap berjaga-jaga ‘mengarantina’ ayah mereka di kamar dulu untuk mencegah penularan. Untungnya saya sudah pernah kena sewaktu kecil.

Seperti yang sempat saya baca di situs-situs kesehatan tepercaya dan juga kata dokter keluarga kami, pada penderita cacar air di usia dewasa gejalanya akan terasa lebih sakit. Sejak gejala muncul, suami sudah menggigil dan sakit kepala. Inilah untuk pertama kalinya sepanjang 12 tahun pernikahan kami ia sakit sampai harus bed rest walaupun alhamdulillah bisa dirawat di rumah saja. Syukurlah suami lekas pulih.

Tahun 2016 di waktu yang hampir bersamaan Fathia, anak pertama kami, masuk TK sedangkan ayahnya juga mulai kuliah. Sama-sama jadi ‘murid baru’, di level yang berbeda. Jadilah tahun 2018 Fathia menapaki jenjang SD berbarengan dengan ayahnya sudah kembali lagi berkantor di Jakarta.

Rasanya antara terharu sampai deg-degan menjelang hari pertama Fathia masuk sekolah. Terharu karena rasanya baru kemarin menimangnya sebagai bayi mungil dan ternyata anakku sekarang sudah besar, ya (dan mamanya makin tua hahaha). Deg-degan karena kepikiran, bagaimana nanti proses adaptasinya, ya? Katanya, beban pelajaran anak sekarang ‘kan, makin berat. Bagaimana pula tentang pertemanan dan kegiatan-kegiatan tambahannya nanti? Bersyukur kami bisa dapat sekolah yang cocok dengan visi misi keluarga kami dan jaraknya tidak terlalu jauh. Bisa sekalian jalan bareng malah setiap pagi sambil kami berdua berangkat ke kantor.

Selain menyiapkan fisik dan psikologis Fathia, kami juga perlu menyiapkan Fahira yang tadinya setiap tengah hari sudah bisa bermain kembali dengan kakaknya karena jam sekolah di TK hanya sampai pukul 11. Apalagi selama liburan panjang mereka bisa dengan leluasa main bareng sepanjang hari. Kalau di SD, pukul 4 baru Fathia biasanya sampai rumah.

Pada akhirnya di hari pertama mengantarkan kakak masuk sekolah, saya tidak sempat ber-mellow ria karena malah sibuk menenangkan Fahira yang berlinang air mata tanpa suara melihat kakaknya memasuki ruangan kelas. Alhamdulillah hari-hari berikutnya ia sudah terlihat lebih rela menjalani pagi hari hingga sore tanpa kakaknya di rumah.

Oh ya, masih di tahun 2018, akhirnya kesampaian juga keinginan saya terlibat dalam penyusunan buku cerita anak-anak. Masih keroyokan, sih, jadi saya dan beberapa teman komunitas bersama-sama merumuskan konsep buku, menyumbangkan cerita, membuat konten pelengkap seperti aktivitas dan tambahan pengetahuan, menyiapkan brief ilustrasi, menyunting, hingga akhirnya memasarkan bersama. Buku bertema puasa tersebut mendapatkan sambutan yang cukup baik.

Harapan saya, semoga tahun 2019 kami semakin solid sebagai sebuah tim keluarga, hingga bisa menyambut kesempatan-kesempatan baik yang datang.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s