Episode Baru di Kampus Ibu Profesional: Ibu Pembaharu

Akhirnya tibalah saya pada tahapan terakhir (sejauh ini) pada Institut Ibu Profesional, yaitu Bunda Salihah. Baru mulai, sih jadi belum tahu seperti apa nanti kelanjutannya. Sanggupkah saya bertahan?

Jika tahapan awal yaitu Bunda Sayang berkaitan dengan cara mendidik anak dengan baik, berikutnya Bunda Cekatan membahas pengelolaan keluarga yang baik, lalu Bunda Produktif menempa supaya perempuan dapat mandiri dan memiliki jati diri, maka Bunda Salihah akan mengasah agar keberadaan ibu bermanfaat bagi diri, keluarga, hingga lingkungan sekitarnya.

Dengan cepatnya perubahan zaman, tentu para ibu juga harus lincah beradaptasi. Bunda Salihah Batch #1 ini berfokus pada tema Ibu Pembaharu, ibu yang mampu menemukan masalah kemudian mengubahnya menjadi tantangan hidup, sehingga bisa menciptakan solusi untuk masalah tersebut. Dengan bergerak bersama-sama, harapannya tercipta ekosistem agar solusi ini bisa mendukung proses adaptasi di tengah dunia yang terus bergerak.

Continue reading

Rawat Kulit Lembut Bayi dengan Vaseline Repairing Jelly Baby

Berbicara tentang kulit bayi, yang pertama terlintas biasanya adalah kondisi kulit yang halus dan lembut, sekaligus juga memerlukan perawatan khusus agar kelembutannya tetap terjaga. Pendapat ini ada benarnya, sebagaimana saya simak dari penjelasan dr. Srie Prihianti Gondokaryono, Sp.KK(K)., Ph.D., FINSDV, FAADV, dalam Instagram live Popmama bersama Vaseline Indonesia beberapa waktu yang lalu. Namun, dr. Yanti, begitu beliau biasa disapa, menerangkan juga bahwa jenis kulit bayi pun bisa berbeda-beda antara satu bayi dengan bayi lainnya.
“Pada prinsipnya kulit bayi itu lebih sensitif karena lebih tipis, ikatan antarselnya masih lebih longgar sehingga proteksinya masih belum sebaik kulit orang dewasa. Selain itu, ada juga kulit bayi yang memang ada kecenderungan alergi, apalagi jika ada riwayat alergi di keluarganya. Misalnya dari orang tua atau kakek neneknya ada yang punya riwayat alergi asma, biduran, suka bersin-bersin kalau kena dingin, maka kulitnya menjadi ekstra lebih sensitif lagi. Lebih mudah terkena infeksi, lebih mudah terkena ruam, lebih mudah terkena iritasi atau alergi dari bahan-bahan dari luar,” ungkap dr. Yanti.

Continue reading

Menjaga Quality Time bersama Keluarga sebagai Ibu Bekerja

“Semangat pagiii, Buibu. Lagi apa, nih?”

Pagi tadi sebuah pesan muncul di salah satu grup Whatsapp yang saya ikuti. Ada yang menyahut sedang sibuk antre untuk mendaftarkan anak ke sekolah incaran (iya, pendaftaran untuk tahun ajaran depan sudah dimulai sejak hari-hari ini), ada yang bersiap berangkat ke tempat kursus, ada yang sedang berdandan untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat, ada pula yang masih sibuk menuntaskan cucian di rumah.

Saya spontan menjawab apa adanya, masih sibuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Ya, kantor boleh saja libur, tetapi ada beberapa pekerjaan yang belum beres dan akhirnya harus dilembur di rumah. Apalagi beberapa tahun belakangan saya ditugaskan di bagian yang pekerjaannya seringkali tidak kenal waktu.

Dulu, di bagian sebelumnya, saya sering pulang menjelang tengah malam pada akhir tahun begini karena memang tamu yang datang ke kantor pun membludak. Saat ini tugas saya seringkali bisa dikerjakan di rumah sehingga tidak perlu pulang terlalu malam, tetapi imbasnya memang kadang penugasan datang tiba-tiba berdasarkan permintaan maupun peristiwa yang terjadi. Pada beberapa kesempatan, ada juga tugas lapangan yang membuat saya harus datang ke tempat tertentu sebagaimana arahan yang diberikan.

Jadi, mau sedang jalan-jalan bersama keluarga di hari Minggu, lagi malam takbiran di kampung halaman, di tengah-tengah antrean panjang di rumah sakit yang sebentar lagi padahal sudah sampai ke nomor saya, selama masih memungkinkan maka sebisanya tugas dituntaskan. Alhamdulillah rekan-rekan kerja dan terutama atasan sangat memahami pentingnya menyediakan waktu untuk keluarga, sehingga kami semua bisa saling bahu-membahu menangani pekerjaan yang ada kalaupun ada anggota tim yang berhalangan. Apalagi jika sudah menyangkut keperluan keluarga yang sifatnya darurat.

Continue reading

Kilas Balik Tahun 2018

Tahun 2018 menjadi tahun yang penuh kesan bagi saya dan keluarga. Sejumlah peristiwa penting terjadi sepanjang tahun lalu, yang membuat beberapa perubahan juga pada dunia kami.

Salah satu kebahagiaan yang kami peroleh adalah karena suami telah menyelesaikan tugas belajarnya. Dua tahun sebelumnya, suami memang memperoleh beasiswa dari instansi tempatnya bertugas untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Tentunya ini juga berarti selama itulah kami menjalankan Long Distance Marriage alias LDM, karena saya juga belum bisa meninggalkan penugasan saya di Jakarta.

Kembali serumah setelah sempat berjauhan, di mana dulu suami hanya pulang sekitar dua minggu sekali karena tugas-tugas kuliah yang cukup banyak, artinya ada adaptasi lagi di keluarga kami. Paling senang sih karena sekarang jadi bisa berangkat ke kantor sama-sama :D.

Continue reading

Sadanis, Deteksi ‘Sederhana’ Kanker Payudara oleh Nakes

Seperti pernah saya sebutkan dalam postingan sebelumnya, bulan Oktober ditetapkan oleh WHO sebagai Breast Cancer Awareness Month. Sejumlah institusi mengadakan kegiatan berkaitan dengan kepedulian terhadap kanker payudara ini. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pun tak ketinggalan menggelar deteksi dini gratis terhadap kanker payudara maupun kanker leher rahim dengan metode yang cenderung lebih sederhana dan cepat diketahui hasilnya. Seperti biasa, selagi memungkinkan, saya tak menyia-nyiakan kesempatan.

Dari beberapa poster berhias balon pink cantik (dibentuk menyerupai pink ribbon yang menjadi lambang kepedulian terhadap kanker payudara) yang terpasang di RSCM Kencana, saya mengetahui bahwa setiap tahun ditemukan tujuh juta penderita kanker payudara di dunia, dan lima juta meninggal tiap tahun. Di Indonesia, kanker payudara merupakan peringkat pertama, diikuti kanker leher rahim. Seringkali kanker tersebut ditemukan telah berada pada stadium lanjut, sehingga sudah agak terlambat pula untuk ditangani. Beberapa waktu yang lalu saya menuliskan cerita dari para survivor atau penyintas kanker payudara. Kedua narasumber dalam acara yang saya ikuti tersebut sepakat bahwa deteksi dini amatlah penting, agar jika terdapat masalah bisa ditangani sesegera mungkin.

Baca juga: Peduli Kanker Payudara Lewat Deteksi Dini

Continue reading

Dengan Seulas Senyuman

Apakah kau masih di sana, Sayang? Aku tahu, kala itu kau masih terlampau mungil untuk memberikan tanggapan. Ruhmu bahkan belum lagi ditiupkan. Anggota tubuhmu barangkali juga belumlah lengkap diciptakan. Tak sempat kami ketahui apakah jantungmu sudah sempat menunjukkan denyut kehidupan. Tapi, tak salah kan, jika dalam menanti kehadiranmu kami mulai menyusun aneka persiapan? Merangkaikan sederet nama indah untuk kelak disematkan, membeli seperangkat baju untuk dipakaikan, memesan kain gendongan, mencermati cara pemberian ASI agar hakmu tertunaikan, menumpuk buku-buku cerita berhikmah untuk nantinya dibacakan, meminta doa keselamatan dari mereka yang berkenan khususnya yang dituakan, mengoleksi alat-alat edukatif berupa mainan, mendatangi ahlinya untuk mendapatkan saran kesehatan, menyusun jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritismu yang kira-kira bakal dilontarkan, sambil menunggu engkau benar-benar datang. Tak kami hiraukan mitos yang menyebutnya sebagai pantangan. Sebab kami ingin segalanya dalam keadaan baik tatkala kau dihadirkan. 

Apakah kau masih di sana, Sayang? Agustus itu, tujuh tahun silam, begitu muram oleh hujan seharian. Waktu yang kita habiskan bersama untuk berjuang sejak kontraksi hebat itu menyapa sudah mendekati 24 jam, dan pada penghujung hari kita pasrahkan keadaan. Tirai malam yang ditutupkan seolah sekaligus menjadi ucapan salam perpisahan. Entah di hati atau di rahimku ngilu itu lebih kuat kurasakan. Sakitnya cuma mampu tersamarkan oleh ayat-ayat-Nya yang ayahmu lantunkan. Di meja operasi, hanya asma Allah yang sanggup kusebut di sela jerit tertahan, melawan pengaruh bius yang tak sepenuhnya mempan. Ada sesuatu yang hilang, lenyap di tengah deraan rasa sakit dan tangisan. Lantas ketika semuanya usai, rasanya bak disentakkan. Tak sanggup kusebut sanubari atau badan ini yang lebih hampa dan kosong akibat ditinggalkan oleh serpihan kenangan. Karena kau sempat mengisi tubuhku dengan kehangatan, memenuhi pikiranku dan ayahmu dengan keceriaan, juga menghiasi tiap doa yang terpanjatkan pagi siang dan malam.

Continue reading