Seperti pernah saya sebutkan dalam postingan sebelumnya, bulan Oktober ditetapkan oleh WHO sebagai Breast Cancer Awareness Month. Sejumlah institusi mengadakan kegiatan berkaitan dengan kepedulian terhadap kanker payudara ini. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pun tak ketinggalan menggelar deteksi dini gratis terhadap kanker payudara maupun kanker leher rahim dengan metode yang cenderung lebih sederhana dan cepat diketahui hasilnya. Seperti biasa, selagi memungkinkan, saya tak menyia-nyiakan kesempatan.
Dari beberapa poster berhias balon pink cantik (dibentuk menyerupai pink ribbon yang menjadi lambang kepedulian terhadap kanker payudara) yang terpasang di RSCM Kencana, saya mengetahui bahwa setiap tahun ditemukan tujuh juta penderita kanker payudara di dunia, dan lima juta meninggal tiap tahun. Di Indonesia, kanker payudara merupakan peringkat pertama, diikuti kanker leher rahim. Seringkali kanker tersebut ditemukan telah berada pada stadium lanjut, sehingga sudah agak terlambat pula untuk ditangani. Beberapa waktu yang lalu saya menuliskan cerita dari para survivor atau penyintas kanker payudara. Kedua narasumber dalam acara yang saya ikuti tersebut sepakat bahwa deteksi dini amatlah penting, agar jika terdapat masalah bisa ditangani sesegera mungkin.
Baca juga: Peduli Kanker Payudara Lewat Deteksi Dini
Nah, salah satu cara untuk mendeteksi dini adanya gejala yang mengarah ke kanker payudara adalah Sadanis atau pemeriksaan payudara klinis oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan tanpa alat, jadi hanya menggunakan tangan. Sambil memeriksa, tenaga kesehatan tersebut juga sekaligus mengajarkan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). Sadari dapat kita lakukan setiap bulan pada hari ke-7 sampai ke-10 yang dihitung dari mulai hari haid pertama, atau pada tanggal yang sama bagi yang sudah menopause.
Sadanis inilah, bersama tes IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), yang tersedia pemeriksaan gratisnya di RSCM pekan lalu dan saya ikuti. Saya memanfaatkan layanan di lantai 4 Kencana (Yasmin) sesuai saran teman yang bekerja di sana, tetapi ada juga teman lain yang oleh diarahkan ke area lobi RSCM untuk pemeriksaan tersebut. Ada informasi bahwa akan dibuat program serupa mulai minggu depan tetapi dengan pendaftaran terlebih dahulu, jika berminat bisa meluncur ke IG resmi RSCM (@rsupncm) untuk informasi lebih lanjut.
Proses pemeriksaannya sendiri cukup singkat. Dokter yang akan memeriksa terlebih dahulu memberikan penyuluhan singkat tentang kanker payudara, apa saja gejala yang patut diwaspadai, dan bagaimana mencegahnya. Para peserta juga diberi tips bagaimana caranya melalukan Sadari. Kata dokternya, bagi yang sudah berusia 40 tahun, mamografi bisa dilakukan agar hasilnya lebih akurat.
Oh ya, sebelum Sadanis, hari itu saya terlebih dahulu menjalani pemeriksaan IVA. Ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan tes IVA, sebelum-sebelumnya saya memanfaatkan fasilitas pap smear gratis di laboratorium yang bekerja sama dengan BPJS, pernah juga di puskesmas (berbayar). Rasa kurang nyaman saat diperiksa pasti ada, tapi toh tidak lama ini. Yang jelas, berbeda dengan pap smear yang untuk dapat diketahui hasilnya perlu waktu beberapa hari, hasil tes IVA bisa diketahui saat itu juga. Alhamdulillah, hasilnya normal. Berikutnya mungkin akan saya ulas lebih terperinci ya beda tes IVA, pap smear, dan HPV-DNA, sejumlah tes yang tujuannya mirip-mirip tetapi tidak sama dalam langkah-langkah pelaksanaan dan cakupan hasilnya.
#ODOPOKT17
Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah.