Tadi saya menemani Fathia yang mengikuti lomba menggambar di Badan Bahasa Kemendikbud, Rawamangun. Rupanya di sana sedang diselenggarakan berbagai acara dalam menyambut Bulan Bahasa dan Sastra yang jatuh pada bulan Oktober ini. Mengapa bulan Oktober? Karena pada bulan inilah peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda digaungkan.

Berhubung Fahira tidak terlalu betah menemani kakaknya di satu tempat, saya ajak ia jalan-jalan mengelilingi salah satu bangunan Badan Bahasa. Di gedung tersebut sedang diselenggarakan pameran dan bazar buku sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra.

Panitia pameran menyediakan panel berseri yang menampilkan sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Menelusuri panel demi panel, pengunjung bisa memahami perjalanan bahasa kita dari masa ke masa.

Salah stand yang buka paling dulu adalah stand Bestari. Pasti lah ya jadinya beli buku-buku anak dari penerbit yang banyak merilis karya eyang Pipiet Senja dan putra-putri beliau ini, lumayan untuk menyibukkan Fahira (yang akhirnya berujung pada kami mojok sambil saya membacakan cerita dari buku-buku tersebut). Ada juga stand Obor dan Balai Pustaka yang banyak menjual buku sastra klasik, asli tulisan para sastrawan terkemuka Indonesia maupun terjemahan tulisan-tulisan peraih penghargaan dari luar negeri.

Menjelang siang, makin banyak stand yang buka di pameran yang dibuka untuk umum hingga akhir bulan Oktober ini. Yang paling menarik bagi saya adalah stand Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan yang menyediakan aplikasi edukatif Laboratorium Kebinekaan yang komplet sesuai misinya. Saya sempat mencoba aplikasi tersebut dengan bimbingan petugas. Dalam aplikasi Laboratorium Kebinekaan, antara lain kita bisa mengetahui padanan kata tertentu dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia. Bukan hanya berupa kamus, kita juga bisa melihat video contoh pengucapan kosa kata bahasa daerah yang diperagakan oleh model yang memakai baju khas tiap-tiap daerah. Cerita rakyat, sastra, dan kesenian, transkripsi dan terjemahan cerita rakyat bahasa daerah di Indonesia juga tersedia dalam aplikasi ini.

Beranjak ke stand sebelah, saya memperoleh pengetahuan baru tentang Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI). UKBI merupakan sarana uji untuk mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulis, termasuk pemahaman dalam penerapan kaidah bahasa Indonesia.

Ujiannya terdiri atas lima seksi dengan soal pilihan ganda, presentasi tulisan, juga presentasi lisan. Secara rinci, Seksi I berupa uji mendengarkan (40 soal, 30 menit), Seksi II Merespons Kaidah (25 soal, 20 menit), Seksi III Membaca (40 soal, 45 menit), Seksi IV Menulis (1 soal, 30 menit), dan Seksi V Berbicara (1 soal, 15 menit). Pendaftaran tes bisa dilakukan di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Balai/Kantor Bahasa di ibu kota provinsi (pilih yang terdekat dengan domisili, tidak harus sesuai KTP), atau tempat lain yang ditetapkan.

Setiap penutur bahasa Indonesia, baik penutur jati maupun penutur asing dapat menjadi peserta UKBI. Informasi dari petugas kemarin, untuk peserta umum dikenai biaya Rp300.000,00, mahasiswa Rp65.000,00, sedangkan penutur asing Rp1.000.000,00. Hasilnya berupa sertifikat yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menarik, ya. Kapan-kapan ingin juga mengikuti tes ini jika ada kesempatan. Jangan hanya ikut tes seperti TOEFL atau IELTS saja, kan? Jangan-jangan penguasaan kita terhadap bahasa sendiri belum semumpuni itu. Oh ya, stand yang ini juga memberi ‘oleh-oleh’ Lembar Informasi Kebahasaan yang secara singkat mengulas sejumlah penggunaan kata yang kurang tepat.

#ODOPOKT18

Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah.