Tanggal 21 Juli lalu saya mendapatkan kesempatan dari Komunitas Sahabat Nova untuk mengikuti Financial Planning Class bersama perencana keuangan mba Erlina Juwita, M.M., CFP., QWP @erlrights. Berasa deg-degan juga sih.
Pertama karena jadi ‘dibedah’ kondisi keuangan kita. Karena konsepnya kelas kecil, jadinya peserta bisa sharing dan dapat saran langsung dari mba Erlina selaku financial planner independen dari OneShildt ini, bahkan bisa lanjut konsultasi via whatsapp.
Kedua, karena ya memang kondisi yang diceritakan mba Erlina selama sesi itu real, ya. Biaya pendidikan naik terus, apa yang sudah kita siapkan untuk sekolah anak-anak dan mungkin juga diri kita sendiri atau suami jika ingin melanjutkan pendidikan?
Pendidikan memang menjadi salah satu kebutuhan pokok saat ini. Baik melalui jalur formal, informal, maupun nonformal, pendidikan menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas seseorang, termasuk diri kita sendiri, pasangan, atau anak. Namun, tidak bisa dihindari, pendidikan juga identik dengan pengeluaran. Biaya pendidikan selalu menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Bahkan pendidikan adalah salah satu bidang dengan inflasi tertinggi, mencapai 10 sampai dengan 15% setiap tahunnya. Oleh karenanya, mengalokasikan pos keuangan khusus dengan tujuan menyiapkan dana pendidikan menjadi penting.
Cermati Prioritas
Mba Erlina menyebutkan bahwa prioritas setiap keluarga dalam mengelola keuangan bisa berbeda-beda, tergantung pada value yang dianut oleh masing-masing. Namun, secara ideal urutan prioritasnya adalah:
- Dana darurat
Untuk mengawali perhitungan berapa besarnya dana darurat yang perlu disiapkan, kita bisa membagi jumlah aset likuid kita dengan pengeluaran bulanan. Aset likuid adalah harta yang bisa dengan mudah dan cepat dicairkan, yaitu kas dan setara kas (misalnya tabungan), Hasilnya akan berupa rasio likuiditas yang menunjukkan berapa bulan kita dapat membiayai pengeluaran rutin apabila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan seperti pemutusan hubungan kerja atau hilangnya kemampuan bekerja, termasuk kematian.
Standar minimal untuk rasio likuiditas adalah tiga kali pengeluaran bulanan untuk orang yang berstatus lajang. Jadi, sebaiknya kita menyimpan sekurang-kurangnya sebesar tiga bulan pengeluaran kita dalam bentuk aset likuid untuk berjaga-jaga. Jika sudah berkeluarga, angka ini bisa disesuaikan lagi. Simpanan dana darurat ini bisa kita cicil pelan-pelan sesuai kemampuan.
- Proteksi berupa asuransi jiwa
Sebagian orang masih jengah membahas asuransi jiwa. Alasannya, orangnya masih hidup, tetapi, kok, sudah bicara kematian. Padahal perlindungan ini penting, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Gunanya ialah jangan sampai keluarga yang ditinggalkan oleh pencari nafkah utama jadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
- Tujuan keuangan lain
Tujuan keuangan lain ini di antaranya meliputi dana pendidikan, dana pensiun, dana perjalanan ibadah seperti naik haji, atau dana traveling.
Sebaiknya dana darurat tercukupi dulu, setelah itu kita alokasikan pos keuangan untuk proteksi. Terakhir, barulah untuk tujuan keuangan lainnya. Namun, meski berada di urutan belakang, urusan dana pendidikan ini tidak bisa dianggap remeh.
Jangan Salah Kelola Dana Pendidikan
Berdasarkan catatan mba Erlina, terdapat tiga kesalahan orang tua khususnya dalam mengelola dana pendidikan untuk anaknya, yaitu tidak membuat perencanaan, terlambat merencanakan, dan/atau terlalu sedikit menyisihkan. Padahal biaya yang diperlukan semakin besar. Apalagi dengan adanya fenomena mengejar sekolah yang bergengsi, atau munculnya cita-cita menuntut ilmu hingga ke luar negeri. Sementara, di sisi lain, godaan gaya hidup konsumtif, terlebih pada era maraknya penggunaan media sosial sekarang ini, cukup besar.
Langkah demi langkah dalam menghitung keperluan biaya pendidikan adalah:
- Membuat time frame
Tulis usia anak saat ini kemudian tentukan jenjang pendidikan yang akan dicapai. Bisa jenjang maksimal atau dimulai dari yang terdekat dulu. Hitung jarak antara usia anak dengan tahun pertama ia memasuki jenjang pendidikan tersebut.
- Menentukan sekolah yang dituju
Dengan berfokus pada satu atau dua sekolah, kita bisa mencari tahu biaya pendidikan saat ini di sekolah yang menjadi pilihan kita. Biaya ini mencakup uang pangkal, biaya seragam, biaya pembelian buku, SPP bulanan, maupun biaya tambahan seperti katering, antar jemput, dan ekstrakurikuler. Masukkan juga biaya transportasi, uang jajan, hingga biaya sewa rumah atau indekos. Jangan lupa biaya asuransi, terutama jika komponen tersebut dipersyaratkan oleh penyelenggara pendidikan atau negara yang akan didatangi.
Sembari menjumlahkan, perhatikan pula bahwa seyogianya biaya wajib seperti SPP, uang pangkal, buku, peralatan sekolah, dan seragam mengambil porsi paling besar, yaitu sekitar 55% dari total biaya pendidikan. Sebesar 30% bisa dialokasikan untuk kebutuhan les, ekstrakurikuler, makanan dan minuman, serta transportasi. Pos keinginan seperti makan-makan, arisan, menonton bioskop, hingga kado hanya boleh memakan biaya hingga 15%.
- Menghitung biaya nanti
Untuk dapat menghitung biaya yang akan dikeluarkan kelak saat mencapai jenjang tersebut, kita perlu memasukkan unsur inflasi setidaknya sebesar 10% setiap tahunnya.
Setelah angka-angkanya diperoleh, kita dapat memperkirakan berapa uang yang perlu disisihkan setiap bulannya sejak saat ini. Aplikasi di ponsel dapat membantu kita dalam melakukan penghitungan. Kita tinggal memasukkan angka-angka di atas, kemudian aplikasi akan mengolahnya secara otomatis untuk menampilkan besaran dana pendidikan yang diperlukan.
Langkah seterusnya tentu saja mulai mempersiapkan dana pendidikan tersebut. Banyak alternatif yang bisa diambil, termasuk mengincar beasiswa ataupun sponsor, mengandalkan bantuan keluarga besar, mencari sekolah yang menyediakan opsi cicilan, langsung memasukkan ke dalam tabungan setiap kali mendapatkan bonus atau THR, mencari pekerjaan tambahan, bahkan berutang ke bank.
Akan tetapi, yang terbaik tetaplah mempersiapkan dana tersebut dari usaha kita sendiri dengan mengukur kemampuan saat ini. Untuk persiapan dana pendidikan, ada beberapa jenis produk yang bisa dipilih seperti tabungan pendidikan, asuransi pendidikan, dan investasi pendidikan, Sejumlah bank maupun lembaga keuangan nonbank menyediakan pula pilihan produk yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih jenis pengelolaan dana pendidikan.
Mana yang sebaiknya diambil? Mba Erlina menyarankan untuk menjatuhkan pilihan pada produk investasi dan proteksi yang terpisah, bukan digabung. Tujuannya agar hasil atau pengembalian dari produk tersebut masing-masing juga lebih maksimal.
Pilah-pilih Jenis Investasi
Investasi yang bisa dipilih terbagi menjadi tiga berdasarkan jangka waktunya, yaitu:
- Investasi jangka pendek, yaitu satu hingga lima tahun. Contohnya adalah tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, Obligasi Negara Ritel atau Obligasi Ritel Indonesia (ORI), dan Sukuk Ritel (sejenis ORI yang dijalankan mengikuti prinsip syariah).
- Investasi jangka menengah, yaitu lima hingga sepuluh tahun. Contohnya adalah logam mulia, ORI, Sukuk, dan reksa dana campuran.
- Investasi jangka panjang, yaitu sepuluh hingga lima belas tahun. Contohnya adalah reksa dana saham, saham, dan properti.
Investasi ini bisa diseuaikan dengan profil risiko kita. Investasi yang high risk cenderung akan high return pula, demikian juga sebaliknya. Cermati profil penyedia layanan investasi dengan baik untuk memperkecil risiko kerugian.
Mba Erlina menggarisbawahi bahwa untuk bisa sukses mengelola dana pendidikan, kita perlu mengingat prinsip PINTER. PINTER ini terdiri dari:
- Prioritaskan pendidikan anak sejak lahir, investasikan penghasilan secara rutin maupun sekaligus,
- Niatkan untuk mengutamakan kebutuhan dan hindari utang demi gengsi.
- Tentukan harga dan waktu sesuai kemampuan.
- Edukasi anak untuk cerdas mengelola uang.
- Rajin, disiplin, dan komit dalam berinvestasi.
Ya, tak cukup hanya dengan menghitung di atas kertas, pengelolaan dana pendidikan harus dilakukan secara nyata. Ajak anak untuk ikut memahami bahwa pendidikan pun memerlukan biaya, dan orang tua bekerja keras untuk memenuhinya. Harapannya, anak bisa lebih menghargai apa yang sudah ia peroleh dan mengerti bahwa untuk mencapai suatu tujuan diperlukan perjuangan.
Sebagai penutup, saya tambahkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang baru saya baca dan kebetulan nyambung dengan materi ini: “Kita tetap berdoa, shalat, puasa, kita tetap berharap. Tapi financial planning itu juga bentuk tanggung jawab kita kepada diri sendiri maupun ke masyarakat, apalagi ke anak cucu kita.” (sumber: detikcom).
Banyak juga, ya, ternyata rata-rata dana yang dihabiskan untuk pendidikan hingga jenjang S1 tamat. Itu belum termasuk dana-dana lain yang dikeluarkan untuk keperluan lain selama masa sekolah, ya? Wahh, kaget, beneran Mbak, hihhi, secara aku masih ada di bangku S1 dan kakak baru lulus S1 tahun ini, dan ada adik yang masih SD. Kok aku ikut tercekik lihat faktanya.
Sejak semester 2, sih, sudah mulai investasi, mulai paham bahwa harus ada dana darurat dan pemasukan jangka panjang,biar pas butuh nggak selalu minta ke orangtua.
Itu dia, ngikutin acara ini tuh bawaannya ter-wow wow gitu, sebanyak ituu ya ternyata. Walaupun anak-anak udah mulai sekolah, tapi tetap ada kagetnya juga :D. Salut, Kak, sudah mulai investasi sejak kuliah. Dulu mah belum kepikiraannn.
Whaaat? Indonesia ke-6 tertinggi biaya pendidikannya? Oemjih, baru tahu lo saya. Berarti emang bener-bener perlu nih tabungan masa depan buat sekolah anak-anak kita ya, kudu wajib ada!
Penting banget ya investasi ini. Saya pun pernah diskusi dengan seorang teman yang bekerja di bidang finance bahwa investasi terbaik itu dimulai 10 tahun lalu, tapi walau telat ya bisa dimulai saat ini juga. Apalagi buat pendidikan anak ya, mengingat anak juga investasi terbesar orang tua untuk dunia dan akhirat. Sekarang saya masih 1 tahun menikah, belum hamil dan tentunya belum ada anak. Tapi sudah kepikiran biaya pendidikan anak hehehe, jadi nabung dan investasi dari sekarang.
Kelola dana pendidikan untuk si kecil jadi satu hal yang harus dipikirkan ya. Alokasinya juga harus tepat, biar biaya tersebut tidak terpakai atau digunakan untuk membiayai hal yang lain
Ya Allah, baca gini jadi keder beneran apakah nanti bisa menuhin pendidikan anak. Terima kasih Mba, saya jadi mulai paham ternyata banyak yang harus diperhitungkan. InsyaaAllah rezeki ada jika terus diusahakan dan berdoa, aamin
kalau buatku sih masih menjadi PR untuk mempos-poskan pemasukan sesuai dengan kebutuhan seperti dana pendidikan, darurat, dll. Harus belajar pelan-pelan supaya bisa terbiasa. Terima kasih sharingnya ya mbak 🙂
Walau nominal ya Tidak besar , Paling Tidak Orangtua berupaya menabung Sejak usia anak sedini mungkin yah Mba.
aku langsung terpaku melihat nominal biaya kuliah dimasa depan dan langsung deg-deg an doooong. Karena belum ada anak, tapi deg-deg an nya kerasa banget. AK juga mulai mempos-poskan kebutuhan untuk dana pendidikan.
dengan pos-pos yang jelas, terkait dana pendidikan udah ga perlu terlalu worries ya mba. Aku jg mulai belajar pelan2 nih.
Ini pembahasannya yang dibutuhkan banget nih buat emak2 yang menjadi pemegang keuangan keluarga, jadi lebih melek banget mengatur keuangan yang benar demi masa depan, khususnya buat pendidikan anak2 agar dapat sekolah setinggi2nya.
huwaaa dijembreng dengan jelas banget ini soal langkah mempersiapkan dana pendidikan. Biayanya gede yaa. Masuk SD aja uang pangkal bisa 15-50 juta. Geleng-geleng deh kalau dadakan menyiapkannya.
Ya ampun aku kepikiran dong padahal belum punya anak mba. Memang banyak banget dana yang harus disiapin buat masa depan anak-anak itu ya. Aku ga nyangka Indonesia masuk jajaran ke 6 yang tertinggi. Kebayang jaman anakku nanti. Yaudah aku nanti punya anaknya 1 aja deh 😂
Saya nih masih abu-abu. Di satu sisi, saya percaya bahwa semua itu ada rizkinya masing-masing. Tapi di satu sisi, rizki itu bakal ada kalau dibarengi usaha dan doa. Nah kalau udah baca-baca yang beginian jujur aja saya pusing, tapi ga menafikan kalau perencanaan keuanga untuk keluarga itu penting sekali. Dan……ga bisa diomongin/dipikirin sendiri sih, harus sama pasangan hehe.
Anyway, saya jadi terbuka pikirannya huhu. Terimakasih sudah menuliskan ya mbak 🙂
Langsung nyut2an kalau diingetkan dana pendidikan, tapi mau gak mau harus dijalani, semoga aja dicukupkan rezekinya menyekolahkan anak tinggi2 Ya Allah. Tapi tentu aja tak lupa mempersiapkannya sedini mungkin.
Dana darurat dan investasi emang PR banget tapi kudu dipaksain punya ya mbak, tentu aja lifestylenya diperketat lagi kurangin yg gak penting2 hehe. Makaish udah sharing materinya mbaak 😀
Dana pendidikan di Hong Kong sampai M-M-an, ya Allah aku pengen ngelus dadanya Brad Pitt aja deh.
Aku termasuk yang berjuang mempersiapkan dana pendidikan juga, tapi sampai saat ini masih nabung emas. Hehehe
Wah dapat insight baru nih tentang pendidikan anak. Kudu siap2in dana nih supaya anak bisa mengenyam pendidikan yang bagus biar jadi orang berguna untuk agama, bangsa, dan negara.