Upaya Jaga Kesehatan Keluarga dengan Vaksin Influenza

Awal Agustus kami baru saja menjalani vaksinasi influenza tahunan di klinik langganan. Kami? Iya, soalnya bukan cuma anak-anak yang disuntik, melainkan saya juga. Imunisasi ini menjadi salah satu upaya kami mencegah penyakit influenza yang komplikasinya tak main-main.
Di Indonesia, vaksin influenza yang biasa dipakai adalah vaksin mati atau inaktif yang diberikan dalam bentuk suntikan. Di luar negeri, ada pula vaksin influenza hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine/LAIV) yang diberikan secara intranasal alias dalam bentuk semprotan hidung, dan ada pula yang rekombinan. Kalau dari segi isinya, vaksin influenza ada dua jenis, yakni trivalen dan quadrivalen.
Sesuai namanya, vaksin influenza trivalen isinya tiga yaitu dua galur virus influenza A (H1N1 dan H3N2) serta galur virus influenza B. Vaksin influenza jenis quadrivalen mengandung dua galur virus influenza A (H1N1 dan H3N2) dan dua galur virus influenza B. Kami pernah mengambil kedua jenis tersebut yaitu merk Influvac (trivalen) dan FluQuadri (quadrivalen). Merek lainnya ada juga Flubio, Vaxigrip (trivalen) dan Vaxigrip Tetra (quadrivalen).
Imunisasi untuk influenza di Indonesia ini kalau berdasarkan jadwal IDAI diberikan mulai usia di atas 6 bulan. Jika imunisasi pertama (primary immunization) diberikan pada usia kurang dari 9 tahun, maka diberikan dua kali dengan jarak minimal 4 minggu. Setelahnya, vaksin influenza diberikan setiap tahun.

Saya kutip dari Kompas, vaksinasi influenza efektif memberikan perlindungan hingga 90% bagi seseorang yang menerima vaksin dalam kondisi sehat, berusia kurang dari 65 tahun, dan menerima vaksin dengan galur (strain) yang sama dengan galur virus influenza yang beredar. Ya, efektivitas vaksinasi juga bergantung pada galur yang diberikan karena galur virus influenza dapat berubah setiap tahun. Itulah mengapa WHO mengeluarkan rekomendasi tahunan komposisi galur virus influenza yang dapat dibedakan menjadi NH (Northern Hemisphere) dan SH (Southern Hemisphere).
Dosis untuk usia 6 bulan hingga 36 bulan adalah 0,25ml, sedangkan untuk 36 bulan ke atas (termasuk dewasa) adalah 0,5ml. Ada tenaga kesehatan yang pernah menyarankan bahwa ketika sediaan vaksin flu anak sedang kosong, maka diambilkan 0,25ml dari vaksin dewasa. Namun, di kemudian hari saya membaca penjelasan dr. Dirga Sakti Rambe, vaksinolog pertama Indonesia, bahwa membagi sendiri dosis vaksin tidak dibenarkan karena pembagian kandungannya jadi tidak tepat dengan peruntukan. Meskipun yang disebutkan oleh dr. Dirga waktu itu adalah vaksin varicella/cacar air, sih. Kalaupun ada tenaga kesehatan yang menyarankan langsung ke kita untuk memakai vaksin influenza dosis dewasa dibagi dua untuk kakak dan adik yang sama-sama belum berumur 3 tahun, pastikan lagi risk & benefit-nya, ya…
Sudah vaksin flu tapi masih batpil? Nah, ini karena vaksin influenza memang bukan untuk selesma atau common cold, melainkan untuk influenza yang gejalanya lebih berat. Bersyukur ada vaksin influenza untuk penyakit yang bisa berujung pada masalah kesehatan serius seperti pneumonia ini. Tanpa komplikasi pun, gejala yang ditimbulkan sudah lebih tidak nyaman seperti rasa menggigil, demam tinggi, dan nyeri otot. Tubuh kita juga butuh berproses untuk membentuk kekebalan setelah divaksin. Vaksin flu memerlukan waktu satu hingga dua minggu sejak disuntikkan agar dapat bekerja secara efektif.
Makanya, kami sekeluarga berupaya mencegah penyakit influenza dengan vaksinasi sekaligus tetap mengelola ekspektasi. Jika di negara empat musim vaksin influenza biasanya diberikan menjelang musim dingin yang merupakan masa penularan terbesar, di Indonesia penyebaran virus influenza bisa berlangsung sepanjang tahun. Artinya, penularan memang sangat mudah terjadi.
Pencegahan lain yang juga kami lakukan adalah dengan menjaga asupan yang bergizi, juga rajin cuci tangan dengan sabun apalagi sehabis bepergian, atau dengan hand sanitizer saat dalam perjalanan. Membiasakan batuk dan bersin dengan benar yaitu ditutup dengan sapu tangan/tisu yang segera dibuang atau dengan lengan bagian dalam, bukan dengan telapak tangan begitu saja, juga penting. Sepertinya sepele, tapi penting, lho. Jaga kebersihan di rumah agar debu tidak menumpuk, dan hindari paparan asap rokok.
Kalau sudah telanjur ada yang mengalami gejala, diupayakan banget pakai masker. Agak tricky memang sih, ya, kalau untuk anak-anak. Risih pastinya. Dari dalam, perbanyak asupan cairan agar virusnya lekas pergi dan daya tahan tubuh meningkat dan lebih rajin cuci tangan.
Waspadai tanda kapan harus segera mencari pertolongan ahlinya baik pada selesma maupun flu seperti: sesak napas, batuk lebih dari dua atau tiga minggu, rasa sakit di wajah diiringi ingus kental yang bisa mengarah ke infeksi sinus, muntah terus-menerus, sakit kepala atau nyeri dada yang berat, kesulitan memasukkan cairan hingga dikhawatirkan dehidrasi, muncul ruam, bahkan tampak bingung atau kesulitan berinteraksi (sumber: CDC). Sebab, kadang ada juga penyakit yang gejala awalnya mirip flu (flu-like symptoms) tetapi sebenarnya disebabkan oleh virus yang sama sekali berbeda, seperti campak.
Semoga dengan usaha yang dilakukan, kita semua terhindar dari penyakit apalagi komplikasinya yang bisa berbahaya, yaa….
Sumber:

One thought on “Upaya Jaga Kesehatan Keluarga dengan Vaksin Influenza

  1. Pingback: Batuk Pilek dan Influenza, Serupa tapi Tak Sama | Leila's Blog

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s