Menjaga Quality Time bersama Keluarga sebagai Ibu Bekerja

“Semangat pagiii, Buibu. Lagi apa, nih?”

Pagi tadi sebuah pesan muncul di salah satu grup Whatsapp yang saya ikuti. Ada yang menyahut sedang sibuk antre untuk mendaftarkan anak ke sekolah incaran (iya, pendaftaran untuk tahun ajaran depan sudah dimulai sejak hari-hari ini), ada yang bersiap berangkat ke tempat kursus, ada yang sedang berdandan untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat, ada pula yang masih sibuk menuntaskan cucian di rumah.

Saya spontan menjawab apa adanya, masih sibuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Ya, kantor boleh saja libur, tetapi ada beberapa pekerjaan yang belum beres dan akhirnya harus dilembur di rumah. Apalagi beberapa tahun belakangan saya ditugaskan di bagian yang pekerjaannya seringkali tidak kenal waktu.

Dulu, di bagian sebelumnya, saya sering pulang menjelang tengah malam pada akhir tahun begini karena memang tamu yang datang ke kantor pun membludak. Saat ini tugas saya seringkali bisa dikerjakan di rumah sehingga tidak perlu pulang terlalu malam, tetapi imbasnya memang kadang penugasan datang tiba-tiba berdasarkan permintaan maupun peristiwa yang terjadi. Pada beberapa kesempatan, ada juga tugas lapangan yang membuat saya harus datang ke tempat tertentu sebagaimana arahan yang diberikan.

Jadi, mau sedang jalan-jalan bersama keluarga di hari Minggu, lagi malam takbiran di kampung halaman, di tengah-tengah antrean panjang di rumah sakit yang sebentar lagi padahal sudah sampai ke nomor saya, selama masih memungkinkan maka sebisanya tugas dituntaskan. Alhamdulillah rekan-rekan kerja dan terutama atasan sangat memahami pentingnya menyediakan waktu untuk keluarga, sehingga kami semua bisa saling bahu-membahu menangani pekerjaan yang ada kalaupun ada anggota tim yang berhalangan. Apalagi jika sudah menyangkut keperluan keluarga yang sifatnya darurat.

Nah, dengan padatnya tugas sehari-hari begini, adakalanya saya memang kewalahan mengatur waktu. Aturan umum tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah bubar sudah. Sebaliknya, tidak jarang juga saya izin dari tugas karena mendapat kabar bahwa anak pertama sakit di sekolah, harus menemani suami ke rumah sakit, atau anak kedua tidak ada yang menjemput dari sekolah.

Dengan padatnya daftar hal-hal yang wajib ditangani, saya merangkum sejumlah tips yang saya praktikkan selama ini agar semua dapat diupayakan berjalan lancar. Sebagian pernah saya baca di sejumlah artikel, ada pula yang saya simpulkan sendiri dari pengalaman.

1. Atur prioritas
Sebagaimana sering diingatkan oleh sejumlah senior di tempat kerja, keluarga tetap yang utama. Kita tidak tahu takdir apa yang menanti di depan sana. Benar, kita punya kewajiban sebagai pegawai, tetapi jangan sampai mengabaikan suami/istri, anak-anak, apalagi orang tua yang sudah membesarkan kita.

2. Atur waktu
Pengatusan waktu ini masih berkaitan dengan pengaturan prioritas, sebenarnya. Ada jenis pekerjaan yang memang waktu penyelesaiannya terbatas dan menyangkut kepentingan orang banyak, sehingga harus segera didahulukan. Ada pula pekerjaan yang sistemnya ban berjalan, sehingga belum bisa berlanjut ke tahap berikutnya apabila belum rampung di tangan kita. Setiap pekerjaan ini bisa ditargetkan waktunya agar terselesaikan dengan baik. Sementara itu, di rumah, kalau perlu buat kandang waktu. Tentukan bahwa pukul sekian hingga pukul sekian adalah saatnya quality time bersama keluarga. Usahakan konsisten untuk mematuhi waktu menemani anak-anak belajar sambil bercerita ringan tentang kejadian hari itu, misalnya. Jangan lupakan pula suami yang juga punya hak atas perhatian kita secara penuh. Sekitar sebulan sekali, saya suka menonton bioskop bersama suami sepulang kerja, sekalian agar kami ada bahan obrolan ringan selain urusan kantor dan rumah. Kebetulan hobi saya dan suami agak berbeda, sehingga kami punya waktu ‘me time‘ masing-masing di akhir pekan, di samping menyediakan waktu untuk berjalan-jalan lengkap dengan anak-anak. Saya biasanya mengikuti kegiatan semacam seminar atau pelatihan yang menambah wawasan maupun sekadar membaca buku, sedangkan suami berolah raga bersama teman-temannya.

3. Catat daftar hal-hal yang harus dikerjakan
Notes di smartphone bisa membantu untuk ini, apalagi sudah tersedia pula fitur seperti alarm pengingat, sinkronisasi dengan kalender maupun e-mail, penyisipan foto sebagai pelengkap, dan banyak lagi. Tidak mau, kan, ada kewajiban yang terbengkalai gara-gara lupa?

4. Jangan menunda
Sekali menuruti godaan untuk menunda, biasanya akan terjadi efek domino. Dampaknya bisa berkelanjutan, baik di kantor maupun di rumah.

5. Komunikasikan apa yang perlu dan kompakan dengan suami
Kalau salah satu lembur, sebisa mungkin yang lain pulang terlebih dahulu agar bisa mendampingi anak-anak sebelum mereka keburu tidur. Kadang-kadang ART kami juga izin, sehingga urusan penjemputan anak atau siapa yang harus cuti harus diputuskan dengan segera. Diperlukan komunikasi yang baik agar tidak ada pihak yang merasa terlalu banyak berkorban, karena bagaimana pun ini adalah konsekuensi dari pasangan yang sama-sama bekerja, sedangkan anak-anak pun memiliki kebutuhan untuk ditemani.

6. Jaga kesehatan seluruh anggota keluarga, termasuk support system seperti ART atau pengasuh anak. Kalau sampai ada yang sakit, jadwal kegiatan harian pun bisa berubah total. Menjaga kesehatan ini bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya rajin mencuci tangan dan meningkatkan daya tahan tubuh lewat asupan yang baik. Bisa juga didukung dengan meminum minuman kesehatan seperti jamu yang sesuai dengan kebutuhan.

7. Delegasikan pekerjaan atau pilih alternatif yang memudahkan
Di rumah misalnya, saya terbantu dengan adanya ART. Tentunya kami tetap mengusahakan anak-anak bertindak mandiri, tidak semua hal harus dibantu, dan ini memerlukan contoh langsung dari orang tua.

Terkait kiat terakhir, kemajuan teknologi masa kini memang semakin memudahkan. Berbagai aplikasi tersedia langsung di ponsel kita, memudahkan untuk mendapatkan pilihan produk barang maupun jasa yang kita perlukan. Ingin membeli makanan tertentu, tinggal ketik pesanan. Butuh mengirimkan barang yang ketinggalan, banyak ekspedisi yang bisa langsung menjemput ke rumah.

Bukan hanya dalam hal teknologi informasi, teknologi lain pun saya rasakan amat membantu dalam menjalani kehidupan sebagai ibu bekerja. Salah satunya adalah teknologi pengolahan yang memungkinkan jamu-jamuan hadir dalam bentuk yang praktis.

Saya lahir di Solo, sehingga memang terbiasa minum jamu sejak kecil. Keluarga saya tidak meracik sendiri, melainkan membeli dari mbok jamu yang rajin berkeliling dari rumah ke rumah. Terakhir saya bertemu mbok jamu langganan keluarga adalah saat saya cuti melahirkan anak pertama di kampung halaman. Ya, sejak kuliah saya tinggal di Jakarta. Selanjutnya saya menjalani penugasan pertama di Pangkalpinang, Bangka.

Ketika tinggal di Pangkalpinang, saya kembali akrab dengan nyeri haid yang biasa saya rasakan pada hari-hari awal. Di Solo maupun Jakarta ketika merantau sebagai mahasiswa, saya biasa mengandalkan penjual jamu yang tepercaya. Dengan minum jamu kunyit asam (Curcuma domestica) sejak beberapa hari sebelum jadwal menstruasi, biasanya rada nyeri tidak lagi mendatangi. Di Pangkalpinang, saya belum menemukan yang seperti itu. Suatu hari ketika ke supermarket, saya menemukan Herbadrink Kunyit Asam. Saya senang sekali karena Herbadrink Kunyit Asam ini rasanya pas dengan selera saya, tidak terlalu encer dan tidak terasa getirnya. Efeknya pun nyata terasa, saya tak lagi mengalami nyeri serupa kram pada bagian perut saat tamu bulanan menyapa.

Herbadrink Kunyit Asam

Herbadrink Kunyit Asam

Sejak itu saya selalu punya stok Herbadrink Kunyit Asam di rumah. Termasuk saat kami dipindahtugaskan lagi ke Jakarta. Kemasan praktisnya bikin saya tetap bisa mendapatkan khasiat jamu untuk kesehatan meskipun sebagian besar waktu pada hari kerja bisa dibilang saya habiskan di kantor. Tinggal campur dengan 150 ml air panas atau dingin, di rumah maupun di kantor, minuman jamu yang menyegarkan dan menyehatkan pun siap dinikmati.

Varian lain Herbadrink juga mempermudah saya dalam menyediakan jamu Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) untuk suami. Dulu, mama pernah mengirimkan potongan umbi temulawak yang dikeringkan dari Solo untuk direbus menjadi jamu sebagai salah satu cara menjaga kesehatan fungsi hati suami saya yang saat itu sedang mengalami masalah. Cara ini memerlukan waktu dan proses yang cukup panjang sehari-harinya. Kalau kami baru pulang kantor malam-malam, jangankan untuk merebus jamu dan menunggunya siap saji, untuk meminumnya pun seringkali keburu dilanda kantuk.

Nah, Herbadrink Sari Temulawak menjadi solusi karena mudah dibuat di kantor sekalipun. Tetap perlu diingatkan, sih, di tengah padatnya tugas, tetapi kepraktisan Herbadrink ini sudah sangat menolong. Apalagi produknya selalu tersedia di koperasi kantor, kalaupun sempat stok kosong biasanya akan cepat terisi lagi. Di supermarket dan hypermarket terkemuka pun Herbadrink mudah didapatkan.

Herbadrink Sari Temulawak

Herbadrink Sari Temulawak

Kini, makin banyak pilihan minuman kesehatan yang ditawarkan oleh Herbadrink. Ada Beras Kencur yang membuat badan lebih fit, ada juga minuman Lidah Buaya yang segar diminum dingin-dingin. Selain varian Herbadrink Kunyit Asam, tersedia pula Kunyit Asam Sirih. Sedangkan Herbadrink Sari Temulawak dan Sari Jahe ada versi sugar-free-nya. Herbadrink Sari Jahe ini menjadi produk andalan saya kalau sudah ada gejala batuk pilek. Hangatnya jahe dengan rasa manis yang pas bikin badan kembali fit, cukup dengan menyeduh Herbadrink Sari Jahe di mana pun berada, tanpa perlu meracik minuman jahe hangat sendiri dari rimpangnya.

Proses modern yang dilakukan oleh Herbadrink membuat kita bisa memperoleh manfaat dari minuman berkhasiat untuk kesehatan dari tradisi kearifan lokal dalam kemasan yang praktis. Hasil seduhannya mudah larut dan tanpa ampas, sehingga lebih enak saat diminum. Berdasarkan keterangan di website resmi yang saya baca, produk-produk Herbadrink ini bebas dari bahan pengawet. Meski demikian, produknya tetap tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama karena diproduksi dengan teknologi tinggi dan higienitasnya pun terjaga.

Dengan kualitas yang terjamin, tak ada keraguan saat mengonsumsi dan menyimpan produk Herbadrink di kantor maupun di rumah. Dibawa saat tugas dinas ke luar kota juga mudah. Kesehatan terjaga, artinya target waktu yang berkualitas bersama keluarga pun lebih mudah diraih.

23 thoughts on “Menjaga Quality Time bersama Keluarga sebagai Ibu Bekerja

  1. Menjaga stamina tubuh memang penting sekali untuk keluarga, terutama ibu. Bersyukur sekarang ada jamu atau suplemen dengan kearifan lokal seperti Herbadrink ini. Tinggal seduh aja sudah bisa menikmati khasiatnya.

  2. Keluarga buatku tetap yang utama, jadi sebisa mungkin sehari-hari aku menuntaskan pekerjaan di kantor dengan cepat dan tepat agar bisa pulang on time dan tidak nunggak kerjaan di hari libur.

    • Berharapnya bisa demikian, Mbak… Tapi kadang (tidak sering, memang) ada instruksi yang datangnya dadakan di luar jam kantor atau di hari libur, dan harus diselesaikan segera. Bukan karena penuntasan pekerjaan sebelumnya, tapi memang permintaan baru, hehehe.

  3. Hebat Mbak MasyaaAllah. Selalu kagum dengan Ibu bekerja yang masih bisa mengatur waktu antara di rumah dan di kantor. Semoga sehat selalu Mbak dan keluarga 🤗

    • Enggak, Mbaakk, masih sering kewalahan akunya huhuhu. Sampai pengaturan waktunya pun belum ideal ini. Aamiin, terima kasih ya, Mbak. Semoga demikian juga dengan Mbak sekeluarga :).

  4. Aku biasanya konsumsi herbadrink sari jahe mba. Apalagi klo udah mulai berasa greges badannya.

  5. Ada yang bilang ibu tidal boleh Sakit Meskipun menurutku Ibu juga manusia biasa. Yang paling harus dilakukan adalah berusaha menjaga kesehatan tubuh. Minum sari Jahe herbadrink bisa jadi pilihan yaa Mbak 🙂

  6. Qtime bareng keluarga emang penting banget nih mbak, apalagi kalo semua keluarga sibuk kerja pasti jarang banget ada waktu luang dan kayaknya Qtime jadi sesuatu yang mahal banget. Thank you for sharing mbak

    • Nah, karena kata salah satu psikolog senior yang aku pernah baca, kualitas itu sebenarnya juga harus diiringi sama kuantitas. Makanya kalau bisa manfaatkan kemudahan yang ada dan jaga kesehatan juga biar waktu untuk keluarga bisa lebih disediakan.

  7. Aku setuju sekali sama poin-poin yang mbak tuliskan di atas. Menjaga kesehatan sebenernya adalah poin utama ya mbak, satu aja sakit biasanya terus menjalar kemana-mana, huhu

  8. Sesibuk apapun seorang ibu, harus tetap sehat ya supaya bisa memberikan perhatian ke anak. Itu yang terpenting supaya bonding ibu dan anak semakin kuat.

    • Iya, Mba, benar… Rasanya motivasi untuk menjaga kesehatan itu sekarang juga pertimbangannya salah satu yang utama ya anak-anak. Penginnya bisa membersamai mereka sampai nanti.

Leave a reply to mellisa lisa Cancel reply