Tahun 2020 sudah hendak berakhir. Banyak peristiwa signifikan terjadi pada keluarga kami tahun ini, khususnya yang diakibatkan oleh kejadian wabah penyakit corona 2019 atau dikenal juga sebagai Covid-19 yang menjadi pandemi di banyak negara di dunia. Pandemi ini mengubah begitu banyak sisi kehidupan. Pembatasan aktivitas yang sempat diberlakukan, juga diterapkannya berbagai aturan baru juga membuat banyak adaptasi harus dilaksanakan dalam berbagai bidang. Termasuk dalam skala terkecil: diri sendiri dan keluarga inti.
Tahun ini juga kami boyongan menempati rumah sendiri. Meski mungil, alhamdulillah ada tempat berteduh yang bisa dikelola secara lebih leluasa dibandingkan dengan kontrakan sebelumnya. Tentu, lagi-lagi hal ini pun memerlukan sejumlah penyesuaian. Dipadukan dengan sejumlah perubahan akibat pandemi, terus terang hari demi hari rasanya dijalani seperti berpacu dengan waktu.
Apalagi ketika kami akhirnya mengalami sendiri terkena Covid-19. Begitu banyak yang harus dipikirkan dan dijalankan, begitu sedikit kesempatan yang tersedia. Kepala rasanya penuh dengan to-do-list yang jika tak cepat-cepat dipindahkan ke catatan, bisa menambah ruwet pikiran.
Saya sendiri sebetulnya termasuk orang rumahan. Saat-saat harus lebih banyak berada di rumah saja ini saya nikmati, dengan segala konsekuensinya. Toh, akhirnya saya tetap saja dilanda kelelahan dan mengalami kewalahan. Untungnya, pada masa ini juga banyak diselenggarakan webinar alias seminar daring yang bisa diikuti cukup dengan gawai di tangan. Banyak di antaranya membahas secara khusus soal trik untuk menyesuaikan diri dengan situasi terkini, agar tetap semangat menjaga kesehatan keluarga, juga tips agar aktivitas yang serba-daring ini tidak bikin darah tinggi alias darting.
Iya, berada di rumah saja memang nyaman di satu sisi, tetapi efeknya memang agak sulit untuk fokus pada aktivitas tertentu. Saya sebagai ibu dari dua anak sekolah sekaligus ibu bekerja misalnya. Terkadang ada jadwal kelas daring anak-anak yang berbarengan, ditambah lagi dengan saya harus menghadiri rapat, sedangkan suami sedang dapat giliran masuk kantor. Alhamdulilah anak pertama sudah cukup mandiri bahkan adakalanya bisa diserahi tugas sekadar memastikan adiknya sudah masuk kelas dengan baik. Namun, tetap saja hal-hal seperti ini memakan waktu.
1. Atur prioritas
Sebagaimana sering diingatkan oleh sejumlah senior di tempat kerja, keluarga tetap yang utama. Kita tidak tahu takdir apa yang menanti di depan sana. Benar, kita punya kewajiban sebagai pegawai, tetapi jangan sampai mengabaikan suami/istri, anak-anak, apalagi orang tua yang sudah membesarkan kita.
2. Atur waktu
Pengatusan waktu ini masih berkaitan dengan pengaturan prioritas, sebenarnya. Ada jenis pekerjaan yang memang waktu penyelesaiannya terbatas dan menyangkut kepentingan orang banyak, sehingga harus segera didahulukan. Ada pula pekerjaan yang sistemnya ban berjalan, sehingga belum bisa berlanjut ke tahap berikutnya apabila belum rampung di tangan kita. Setiap pekerjaan ini bisa ditargetkan waktunya agar terselesaikan dengan baik. Sementara itu, di rumah, kalau perlu buat kandang waktu. Tentukan bahwa pukul sekian hingga pukul sekian adalah saatnya quality time bersama keluarga. Usahakan konsisten untuk mematuhi waktu menemani anak-anak belajar sambil bercerita ringan tentang kejadian hari itu, misalnya. Jangan lupakan pula suami yang juga punya hak atas perhatian kita secara penuh. Sekitar sebulan sekali, saya suka menonton bioskop bersama suami sepulang kerja, sekalian agar kami ada bahan obrolan ringan selain urusan kantor dan rumah. Kebetulan hobi saya dan suami agak berbeda, sehingga kami punya waktu ‘me time‘ masing-masing di akhir pekan, di samping menyediakan waktu untuk berjalan-jalan lengkap dengan anak-anak. Saya biasanya mengikuti kegiatan semacam seminar atau pelatihan yang menambah wawasan maupun sekadar membaca buku, sedangkan suami berolah raga bersama teman-temannya.
3. Catat daftar hal-hal yang harus dikerjakan
Notes di smartphone bisa membantu untuk ini, apalagi sudah tersedia pula fitur seperti alarm pengingat, sinkronisasi dengan kalender maupun e-mail, penyisipan foto sebagai pelengkap, dan banyak lagi. Tidak mau, kan, ada kewajiban yang terbengkalai gara-gara lupa?
4. Jangan menunda
Sekali menuruti godaan untuk menunda, biasanya akan terjadi efek domino. Dampaknya bisa berkelanjutan, baik di kantor maupun di rumah.
5. Komunikasikan apa yang perlu dan kompakan dengan suami
Kalau salah satu lembur, sebisa mungkin yang lain pulang terlebih dahulu agar bisa mendampingi anak-anak sebelum mereka keburu tidur. Kadang-kadang ART kami juga izin, sehingga urusan penjemputan anak atau siapa yang harus cuti harus diputuskan dengan segera. Diperlukan komunikasi yang baik agar tidak ada pihak yang merasa terlalu banyak berkorban, karena bagaimana pun ini adalah konsekuensi dari pasangan yang sama-sama bekerja, sedangkan anak-anak pun memiliki kebutuhan untuk ditemani.
6. Jaga kesehatan seluruh anggota keluarga, termasuk support system seperti ART atau pengasuh anak. Kalau sampai ada yang sakit, jadwal kegiatan harian pun bisa berubah total. Menjaga kesehatan ini bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya rajin mencuci tangan dan meningkatkan daya tahan tubuh lewat asupan yang baik. Bisa juga didukung dengan meminum minuman kesehatan seperti jamu yang sesuai dengan kebutuhan.
7. Delegasikan pekerjaan atau pilih alternatif yang memudahkan
Di rumah misalnya, saya terbantu dengan adanya ART. Tentunya kami tetap mengusahakan anak-anak bertindak mandiri, tidak semua hal harus dibantu, dan ini memerlukan contoh langsung dari orang tua.
Terkait kiat terakhir, kemajuan teknologi masa kini memang semakin memudahkan. Berbagai aplikasi tersedia langsung di ponsel kita, memudahkan untuk mendapatkan pilihan produk barang maupun jasa yang kita perlukan. Ingin membeli makanan tertentu, tinggal ketik pesanan. Butuh mengirimkan barang yang ketinggalan, banyak ekspedisi yang bisa langsung menjemput ke rumah.
Bukan hanya dalam hal teknologi informasi, teknologi lain pun saya rasakan amat membantu dalam menjalani kehidupan sebagai ibu bekerja. Salah satunya adalah teknologi pengolahan yang memungkinkan jamu-jamuan hadir dalam bentuk yang praktis.
Saya lahir di Solo, sehingga memang terbiasa minum jamu sejak kecil. Keluarga saya tidak meracik sendiri, melainkan membeli dari mbok jamu yang rajin berkeliling dari rumah ke rumah. Terakhir saya bertemu mbok jamu langganan keluarga adalah saat saya cuti melahirkan anak pertama di kampung halaman. Ya, sejak kuliah saya tinggal di Jakarta. Selanjutnya saya menjalani penugasan pertama di Pangkalpinang, Bangka.
Ketika tinggal di Pangkalpinang, saya kembali akrab dengan nyeri haid yang biasa saya rasakan pada hari-hari awal. Di Solo maupun Jakarta ketika merantau sebagai mahasiswa, saya biasa mengandalkan penjual jamu yang tepercaya. Dengan minum jamu kunyit asam (Curcuma domestica) sejak beberapa hari sebelum jadwal menstruasi, biasanya rada nyeri tidak lagi mendatangi. Di Pangkalpinang, saya belum menemukan yang seperti itu. Suatu hari ketika ke supermarket, saya menemukan Herbadrink Kunyit Asam. Saya senang sekali karena Herbadrink Kunyit Asam ini rasanya pas dengan selera saya, tidak terlalu encer dan tidak terasa getirnya. Efeknya pun nyata terasa, saya tak lagi mengalami nyeri serupa kram pada bagian perut saat tamu bulanan menyapa.

Herbadrink Kunyit Asam
Sejak itu saya selalu punya stok Herbadrink Kunyit Asam di rumah. Termasuk saat kami dipindahtugaskan lagi ke Jakarta. Kemasan praktisnya bikin saya tetap bisa mendapatkan khasiat jamu untuk kesehatan meskipun sebagian besar waktu pada hari kerja bisa dibilang saya habiskan di kantor. Tinggal campur dengan 150 ml air panas atau dingin, di rumah maupun di kantor, minuman jamu yang menyegarkan dan menyehatkan pun siap dinikmati.
Varian lain Herbadrink juga mempermudah saya dalam menyediakan jamu Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) untuk suami. Dulu, mama pernah mengirimkan potongan umbi temulawak yang dikeringkan dari Solo untuk direbus menjadi jamu sebagai salah satu cara menjaga kesehatan fungsi hati suami saya yang saat itu sedang mengalami masalah. Cara ini memerlukan waktu dan proses yang cukup panjang sehari-harinya. Kalau kami baru pulang kantor malam-malam, jangankan untuk merebus jamu dan menunggunya siap saji, untuk meminumnya pun seringkali keburu dilanda kantuk.
Nah, Herbadrink Sari Temulawak menjadi solusi karena mudah dibuat di kantor sekalipun. Tetap perlu diingatkan, sih, di tengah padatnya tugas, tetapi kepraktisan Herbadrink ini sudah sangat menolong. Apalagi produknya selalu tersedia di koperasi kantor, kalaupun sempat stok kosong biasanya akan cepat terisi lagi. Di supermarket dan hypermarket terkemuka pun Herbadrink mudah didapatkan.

Herbadrink Sari Temulawak
Kini, makin banyak pilihan minuman kesehatan yang ditawarkan oleh Herbadrink. Ada Beras Kencur yang membuat badan lebih fit, ada juga minuman Lidah Buaya yang segar diminum dingin-dingin. Selain varian Herbadrink Kunyit Asam, tersedia pula Kunyit Asam Sirih. Sedangkan Herbadrink Sari Temulawak dan Sari Jahe ada versi sugar-free-nya. Herbadrink Sari Jahe ini menjadi produk andalan saya kalau sudah ada gejala batuk pilek. Hangatnya jahe dengan rasa manis yang pas bikin badan kembali fit, cukup dengan menyeduh Herbadrink Sari Jahe di mana pun berada, tanpa perlu meracik minuman jahe hangat sendiri dari rimpangnya.
Proses modern yang dilakukan oleh Herbadrink membuat kita bisa memperoleh manfaat dari minuman berkhasiat untuk kesehatan dari tradisi kearifan lokal dalam kemasan yang praktis. Hasil seduhannya mudah larut dan tanpa ampas, sehingga lebih enak saat diminum. Berdasarkan keterangan di website resmi yang saya baca, produk-produk Herbadrink ini bebas dari bahan pengawet. Meski demikian, produknya tetap tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama karena diproduksi dengan teknologi tinggi dan higienitasnya pun terjaga.
Dengan kualitas yang terjamin, tak ada keraguan saat mengonsumsi dan menyimpan produk Herbadrink di kantor maupun di rumah. Dibawa saat tugas dinas ke luar kota juga mudah. Kesehatan terjaga, artinya target waktu yang berkualitas bersama keluarga pun lebih mudah diraih.
Aku juga suka minum jamu asal jangan jamu yang pahit banget hehe
Aku juga perlu mencoba herbadrink nih sepertinya cocok sama selera ku