Ketika masih menyusui anak pertama, saya cukup ‘aman’ dari kemungkinan dinas ke luar kota karena kebetulan saya saat itu ditempatkan di bagian pelayanan terdepan yang jarang kebagian tugas dinas. Alhamdulillah sih, karena kalau membaca beberapa cerita ibu-ibu yang mendapat penugasan ke luar kota bahkan luar negeri, atau malah bekerja di pulau yang berbeda dengan bayinya, atau pekerjaannya mengharuskan jarang menetap di satu tempat, rasanya perlu perjuangan banget (walaupun kalau mau dibawa santai barangkali bisa dijalani dengan lebih tenang ya, tapi tetap saja penuh tantangan, kan).
Saya pun melihat sendiri betapa teman yang bertugas di Bangka (dulu kami sekantor) ketika harus mengikuti diklat ke Bogor dan Jakarta sampai repot-repot mencari tahu apakah mungkin ada anggota grup dukungan menyusui yang kami ikuti yang bisa dititipi ASI perah, jaga-jaga kalau di tempatnya diklat tidak tersedia freezer — salah satunya diakhiri dengan ia menempuh perjalanan bolak-balik hotel-rumah saya untuk menitipkan ASIP karena kesulitan menitip di freezer hotel. Menjelang dan setelah Fathia lulus ASI 2 tahun, barulah saya diperintahkan ikut bimtek, workshop, course dan sejenisnya yang semuanya tetap berlokasi di Jakarta.