Adab dan Hukum di Media Sosial (dari grup BiAS)

sosmed-1 sosmed-2 sosmed-3 sosmed-4 sosmed-5 sosmed-6 sosmed-7 sosmed-8 sosmed-9 sosmed-10

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Muharam 1438 H / 24 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum di Sosial Media (Bagian 01)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-Sosmed-01
———————————–

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān dan akhwāt yang saya muliakan.

Marilah kita awali dengan bersyukur kepada Allāh Jala wa ‘Alā, atas segala nikmat dan karunia yang Allāh berikan dan Allāh limpahkan kepada kita.

Nikmat yang tidak mungkin kita bisa hitung. Nikmat yang senantiasa menyapa setiap derap langkah kita. Dan Allāh meminta kita untuk bersyukur kepada-Nya.

Dan nikmat yang harus kita syukuri secara khusus adalah:

⑴ Nikmat Imān
⑵ Nikmat Islām

⇛ Dua nikmat yang merupakan kunci kebahagiaan di dunia kita dan di ākhirat kita.

Selanjutnya, marilah kita haturkan shalawat kita dan salam kita kepada qudwah kita, Nabi besar Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam beserta para keluarga beliau, para shahābat-shahābat beliau dan orang-orang yang istiqamah berjalan di bawah naungan sunnah beliau sampai hari kiamat kelak.

Kita akan berbicara tentang sebuah fenomena yang sangat booming di tengah-tengah kita. Fenomena yang tidak memandang segmen dan batas usia. Tua muda, miskin kaya, anak muda, bapak-bapak, ibu rumah tangga, menggandrungi fenomena ini.

Kita akan berbicara tentang:

Adab dan Hukum yang Berkaitan dengan Sosial Media

Dalam kamus bahasa Indonesia:

⇛ Media itu berarti alat atau sarana komunikasi, perantara, penghubung.
⇛ Sosial artinya berkenaan dengan masyarakat.

Oleh karena itu dari sisi bahasa di atas, medsos (media sosial) bermakna: sarana berkomunikasi dan berbagi.

Sehingga hampir semua media (medsos-medsos) tersebut memiliki istilah sharing yang mereka tawarkan, karena memang itulah makna dasar dari dunia yang akan kita bahas sebentar lagi.

⇛ Istilah lain dari media sosial adalah jejaring sosial, (yaitu) jaringan atau jalinan hubungan secara online di internet.

Jadi yang kita gunakan adalah media yang berbasis internet.

Rasanya kita kurang tertarik untuk mendengarkan tapi penting untuk kita mendudukkan masalah.

Kenapa demikian?

Karena kalau kita baca definisi di atas maka fenomena sosmed ini semakin membuat kita beriman kepada Allāh dan Rasūl-Nya.

⇛Fenomena sosmed seharusnya membuat seorang mu’min:

√ Semakin rajin ke masjid.
√ Semakin semangat mengikuti sunnah Rasūl shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

√ Semakin sami’na wa atha’na.
√ Semakin tidak membantah apabila dikasih perintah atau larangan dari Allāh dan Rasūl-Nya.

√ Semakin tidak suka mendebat firman-firman Allāh dan hadīts-hadīts Nabi ahallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kenapa demikian?

Karena 15 (lima belas) abad yang lalu dalam hadīts riwayat Imām Ahmad, Nabi menjelaskan bahwa salah satu tanda-tanda hari kiamat, fenomena yang menunjukkan kiamat semakin dekat, beliau menyatakan:

إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ وَقَطْعَ الْأَرْحَامِ وَشَهَادَةَ الزُّورِ وَكِتْمَانَ شَهَادَةِ الْحَقِّ وَظُهُورَ الْقَلَمِ

“Sesungguhnya pengkhususan salam hanya untuk orang-orang tertentu saja, maraknya perdagangan, (banyaknya) pemutusan tali silaturahmi, (banyaknya) persaksian palsu, (banyaknya) penyembunyian persaksian yang benar, dan bermunculannya pena (tersebarnya karya tulis) akan terjadi menjelang terjadinya hari kiamat.”

(HR Imam Ahmad)

Kalimat: ظهور القلم , secara bahasa kita terjemahkan  “tersebarnya pena” (tampilnya pena).

Ulamā menjelaskan bahwa media komunikasi dan tulisan itu tersebar dengan masif sebelum hari kiamat datang. Dan salah satunya medsos yang sedang kita bahas dan sedang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lima belas abad yang lalu, Nabi mengatakan bahwa fenomena medsos ini pasti akan terjadi, tapi dengan bahasa Nabi, dengan bahasa klasik.

Lima belas abad yang lalu, Nabi tidak mengatakan:

“Ada sosmed lho, pokoknya nanti antum-antum pakai WhatsApp.”

Tidak!  Atau, “Punya akun di Facebook,” tidak!

Tapi Nabi menggunakan bahasa klasik dan substansinya sama: ظهور القل.

Artinya pena-pena itu akan tampil, akan tersebar. Artinya tulisan-tulisan, artikel-artikel, comment-comment itu cepat banget tersebarnya di tengah-tengah dunia ini.

Tulisan-tulisan tersebar tanpa batas sekarang secara masif. Dan Nabi mengatakan 15 (lima belas) abad yang lalu. Pena dan tulisan itu akan tersebar, tampil dan menguasai dunia.

Lima belas abad yang lalu dan yang berbicara ummyy, tidak bisa baca dan tidak bisa tulis, shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Makanya, tadi saya katakan, orang yang mengerti hadīts di atas dan fenomena yang tersebar pada hari ini, dia harus semakin beriman kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

⇛ Kalau Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tepat dalam menjelaskan fenomena sosmed ini maka Nabi pasti tepat juga ketika berbicara tentang adzab kubur.

⇛ Kalau ucapan Nabi terbukti ketika berbicara tentang pena dan tulisan akan berkembang dan akan tersebar sebelum terjadinya hari kiamat maka:

√ Ketika beliau berbicara tentang fitnah kubur maka itu akan terjadi.
√ Ketika Nabi berbicara tentang pertanyaan dalam kubur maka itu pasti akan terjadi.
√ Ketika Nabi katakan bahwa kita akan dibangkitkan dalam kondisi telanjang bulat maka itu akan terjadi.

√ Ketika Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan bahwa kita akan berhadapan dengan Allāh tanpa penerjemah, tanpa tim legal (pengacara) maka itu pasti akan terjadi.

√ Ketika Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari sisi Allāh sampai dia ditanya tentang empat perkara maka pasti itu akan terjadi.

⇛ Imām kita kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam harus bertambah karena sosok ini tidak pernah bohong.

Ketika beliau mengatakan neraka, pasti ada neraka itu.

Sebagaimana beliau menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat yang tidak pernah ada sama sekali di kehidupan beliau, dan sekarang kita buktikan sendiri.

صدق رسول الله صلى الله عليه وسلم
____________________________

——————————————
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Muharram 1438H / 25 Oktober 2016M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 02)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-02
———————————–

Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.

Kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

Salah satu ulama besar pada hari ini, Syaikh Shalih Alu Syaikh, ketika beliau menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat, beliau menjelaskan bahwa tidak semua tanda-tanda hari kiamat itu negatif.

OK, Dajjal negatif, Yajuj Majuj negatif, durhaka kepada orang tua negatif, banyaknya kasus pembunuhan negatif.

Tapi tidak semuanya negatif dan salah satunya adalah netral yaitu fenomena yang sedang kita alami pada hari ini.

Sebagaimana definisinya adalah media. Sebagaimana pisau adalah media atau alat untuk memotong maka sosmed adalah media yang bisa membawa kita ke surga atau membawa kita ke neraka.

Yang bisa kita gunakan untuk mendapat nikmat kubur atau kita gunakan untuk mendapatkan adzab kubur.

Sosmed adalah pedang bermata dua.

Oleh karena itu, seorang muslim yang hidupnya saat ini tidak bisa dipisahkan dengan media sosial, dia harus tahu adab dan hukum yang berkaitan dengan media yang satu ini.

Kita akan bahas dengan penuh keterbatasan. Namun semoga yang sedikit ini diberkahi Allāh Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebelum kita menggunakan sosmed, sebelum kita gunakan media-media tersebut, sebelum kita berinteraksi, sebelum kita memainkan gadget kita:

(1) Point yang pertama: BAGI WAKTU DENGAN PROPORSIONAL

Hendaknya kita pahami bahwa Islam menuntut kita membagi waktu dengan proporsional.

Menggunakan gadget atau menggunakan sosmed itu boleh selama postif tapi kita harus tahu waktunya, karena kita dituntut untuk membagi waktu secara proporsional.

Nabi shālallahu ‘alayhi wassalam menyatakan:

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ.

“Sesungguhnya Rābbmu punya hak (yang harus engkau tunaikan), dan dirimu itu punya hak, dan keluargamu (istri kita, anak-anak kita, atau yang ibu-ibu, suaminya, anaknya) itu punya hak. Maka berikanlah setiap orang dan semua pihak, haknya masing-masing.”

(HR Bukhari nomor 1832 versi Fathul Bari nomor 1968)

Ini salah satu penyakit sosmed yang paling parah, yaitu waktu kita habis.

Suami pulang, istri masih asyik saja dengan facebook-nya atau game-nya.

Nabi mengatakan bahwa Rābb kita punya hak.

Silakan berteman di jejaring sosial, tapi ingat Allāh punya hak, istri punya hak, suami punya hak, anak-anak punya hak, semua punya hak yang harus kita tunaikan.

Tahu tidak, hadits Bukhari ini, Nabi sampaikan kepada siapa? Pertama kali Nabi sampaikan hadits itu kepada siapa, sih?

Kepada Abu Darda, masya Allah.

Ada apa dengan Abu Darda? Apa beliau punya Facebook?

Beliau over dalam beribadah. Istrinya tidak pernah disentuh. Siang puasa, malam qiyamul lail dari ba’da isya sampai menjelang subuh.

Akhirnya dinasihati sama Salman. Abu Darda tidak terima, lapor kepada Nabi shālallahu ‘alayhi wassalam. Lalu Nabi mengatakan:

صَدَقَ سَلْمَانُ

“Yang benar itu Salman.”

Lalu Nabi mengatakan hadits di atas:

“Sesungguhnya Rābbmu punya hak (wahai Abu Darda).”

==> Terlalu bersemangat beribadah itu bagus tapi jangan lupa, tubuhmu itu juga punya hak. Harus tidur. Tidak bisa qiyamul lail dari ba’da Isya sampai subuh setiap hari, itu tidak bisa, harus tidur.

“Dan istrimu, anak-anakmu punya hak.”

==> Punya hak disapa, dibelai, diajak bicara, bercanda, main sama anak, itu punya hak. Jangan hanya shālat terus.

Maka berikanlah setiap pihak haknya masing-masing.

==> Itu yang dikritik, yang keranjingan shālat lail.

Bagaimana kalau Nabi melihat bagaimana kita berinteraksi dengan gadget kita?

Saya ingin tanya, kalau kita evaluasi diri yang paling sering kita pegang gadget kita atau tangan istri kita?

Jangan-jangan nikah bertahun-tahun tidak pernah gandengan tangan ini.

Itu baru istri loh. Kita belum bicara mushaf, kita belum bilang kitab shāhih Bukhari, kita belum bicara kita shāhih Muslim, kita belum bicara kitabul tauhid.

Prioritas orang lebih asyik dengan gadget-nya.

Mana yang lebih sering kita pegang? Gadget kita atau kita pegang tangan mungil anak kita?

Itu semua punya hak.

Kalau shālat saja tidak bisa dijadikan alat untuk menjustifikasi seseorang yang tidak menunaikan hak keluarganya. Bagaimana sosmed yang ada di tengah-tengah kita sekarang?

Coba kita renungkan, kita tuh ngapain sih hidup ini?

Apakah kita pegang mushaf seperti kita pegang gadget kita?

Pembagian waktu itu penting. Karena kita akan ditanya oleh Allāh Subhanahu wa Ta’ala.

Silahkan bersosial dengan media-media yang ada. Tapi jangan lupakan shālat, jangan lupakan menuntut ilmu. Waktu ini penting.

الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك

“Waktu itu ibarat pedang. Kalau Anda tidak tebas dia, dia akan tebas Anda.”

Kita akan ditanya oleh Allāh. Tadi haditsnya sudah dibacakan. Kaki ini tidak akan beranjak dari sisi Allāh sampai kita ditanya tempat perkara, waktu kita, kita habiskan untuk apa.

Lalu dalam riwayat masa muda kita, kita habiskan untuk apa.

Ini kan pengulangan dan penekanan, karena masa muda bagian dari waktu hidup kita. Itu ditanya sama Allāh.

Dan istri kita akan nuntut pada hari kiamat, suami kita akan nuntut pada hari kiamat. Anak-anak ketika kurang perhatian, papanya sibuk dengan gadget-nya, mamanya sibuk dengan gadget-nya, dia akan tuntut kita pada hari kiamat kelak.

Maka gunakan semestinya. Silakan punya grup, tapi jangan terlalu banyak aktif di grup, dan juga tidak jelas. Ketika dicek cuma ha ha hi hi. Untuk apa?

Padahal Nabi shālallahu ‘alayhi wassalam mengatakan:

وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

“Jangan terlalu banyak ketawa, kalau banyak ketawa itu akan mematikan hati.”

(HR Tirmidzi 2305)

Nabi, ‘kan, mengatakan dalam hadits Tirmidzi nomor 2317:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Salah satu tanda baiknya Islam seseorang (salah satu ciri kualitas agama kita itu bagus), kita meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.”

Jadi, kalau obrolan di group sudah tidak jelas apalagi cenderung haram, cut, selesai.

Kalau cuman kasih jempol doang, buat apa habis-habisin waktu. Jangan habiskan waktu.

Salah satu tanda kebaikan seseorang dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhiratnya atau bagi dunianya.

Prioritas orang habis satu jam, dua jam hanya untuk di grup satu, di grup dua, di grup tiga, di grup empat. Boleh, tapi dilihat proporsional tidak.

Hasan Al Basri pernah berkata:

من علامة إعراض الله تعالى ، عن العبد أن يجعل شغله فيما لا يعنيه

“Salah satu tanda Allāh berpaling dari seseorang (Allāh berpaling dari kita), Allāh akan biarkan kita sibuk ngurusin hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita.”

Jadi, kalau pekan ini kita evaluasi, waktu kita kebanyakan yang tidak bermanfaat dan mayoritas habis buat sosmed, maka itu menunjukan Allāh berpaling dari kita.

Kita ditinggalkan oleh Allāh, kita tidak diberikan hidayah oleh Allāh, kita tidak diberikan taufik oleh Allāh Subhanahu Wa Ta’ala.

Allāh biarkan dia sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
____________________________

——————————————
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 25 Muharram 1438H / 26 Oktober 2016M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 03)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-03
———————————–

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān dan akhwāt yang saya muliakan.

⑵ Point kedua adalah: HISAB.

Sebelum kita:

√ memberikan comment,
√ memposting sebuah gambar atau meng-upload sebuah video,
√ men-share sebuah artikel atau men-copy paste,

maka perlu dicamkan bahwa:

√ setiap yang kita tulis,
√ gambar yang kita posting,
√ video yang kita upload,

akan dihisab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Semuanya tanpa terkecuali.

Huruf-hurufnya akan dihisab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Dan apa pun yang keluar dari lisan Anda akan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.”

(QS Qāf: 18)

⇛ Apa pun yang Anda katakan dan diqiaskan apa pun yang Anda tuliskan di sosmed tersebut.
⇛ Semuanya akan dicatat dan akan dihisab oleh Allāh.

Allāh akan tanya semua artikel yang kita tulis, artikel yang kita copy paste, yang kita share, yang kita berikan pada pihak lain.

Kalau kita comment, comment kita akan dihisab oleh Allāh.

Kalau kita membahas sebuah masalah di grup kita: masalah dakwah, masalah politik, masalah ekonomi pada saat ini, semuanya akan dihisab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan semuanya akan tercatat rapi dibuku para malāikat.

Bukankah Allāh berfirman dalam surat Al Infithār ayat 12:

يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

“Para malāikat itu tahu apa yang Anda ucapkan.”

√ Tahu apa yang Anda posting.
√ Tahu apa yang Anda upload.
√ Tahu apa yang Anda sampaikan kepada pihak lain.

Walaupun mungkin tidak pakai nama kita, tapi malāikat tahu kita pakai nama samaran. Lalu kita serang orang, kita jelek-jelekkan, kita buat rusuh, para malāikat tahu. Maka camkan baik-baik, pikirkan matang-matang.

Makanya Imām Nawawi mengatakan:

“Jangan comment kecuali kita tahu ini bermanfaat bagi kita.”

Kalau kita ragu, diam!

Nabi mengatakan:

مَنْ صَمَتَ نَجَا

“Barang siapa yang diam, dia akan selamat.”

(HR Tirmidzi nomor 2425 versi maktabatu Al Ma’arif nomor 2501)

Apalagi ini zaman fitnah. Semakin banyak comment semakin banyak hisab kita pada hari kiamat.

Semakin banyak kita aktif, apalagi tidak ada manfaatnya sama sekali, akan semakin banyak pertanyaan-pertanyaan Allāh kepada kita.

Maka camkan baik-baik, semua akan dihisab! Semuanya tanpa terkecuali.

⇛ Simbol-simbol yang kita berikan akan dihisab.

√ Kalau ada orang yang sakit hati gara-gara ucapan kita di sosmed kita akan dihisab oleh Allāh.

√ Kalau ada kesalahan yang kita berikan, kita akan dihisab oleh Allāh.

√ Ada data yang tidak valid, kita akan dihisab oleh Allāh.

Tidak ada yang gratis di sosmed, sampai hisabnya diperhitungkan.

Walaupun antum dapat wi-fi gratis, tapi semua ucapan antum tidak ada gratisnya. Semua dihitung oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka hati-hati dalan masalah ini. Semua membernya, adminnya, menjadi pemegang kuncinya.

Ada yang punya Facebook, semakin banyak follower tanggung jawab kita semakin besar dihadapkan Allāh. Semua dihisab!

Ada orang punya follower di Twitter misalnya 500 ribu orang atau 2 juta orang, begitu dia menyampaikan yang salah dan itu diimani/diyakini atau diterima oleh 2 juta, semuanya akan menyalahkan dia pada hari kiamat kelak.

Semua akan dihisab oleh Allah !

⑶ Point ketiga: NIAT

Ketika kita masuk ke dunia ini, niatkan karena Allāh. Niatkan untuk menjalin silaturahim.

Jadi ketika kita buat grup keluarga, niatnya silaturahim, itu dapat pahala.

Kaidah fiqh mengatakan:

الوسائل لها أحكام المقاصد

“Sarana dihukumi sama dengan tujuan.”

Jadi ketika kita buat grup keluarga atau kita berteman di Facebook dengan keluarga besar, niatnya silaturahim, akan dapat pahala silaturahim.

Ketika kita membuat grup yang tujuannya untuk menjaga ukhuwah Islāmiyah, karena Allāh berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Sesungguhnya umat Islam itu saling bersaudara.”

(QS Al Hujurāt :10)

Maka kita dapat pahala ukhuwah Islamiyah.

Niat itu penting:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ,

“Sesungguhnya amal ibadah itu tergantung niatnya.”

Jadi hadirkan niat untuk dakwah.

√ Saya tidak bisa ceramah ustadz, saya tidak punya ilmu.

√ Saya tidak bisa membuat artikel. Tapi saya bisa men-share tulisan-tulisan ustadz-ustadz yang mengajarkan sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada beberapa grup yang saya buat. Itu niatnya!

Tapi kalau niatnya hanya seru-seruan, kumpul-kumpul saja, lalu nanti kopdar dan kopdar pun tidak ada unsur ibadah, unsur taqarrub, tidak ada suasana amal shālih, ingatlah kita akan dihisab oleh Allah.

Dan sekali lagi, ini fatal. Karena kalau di dunia nyata saya berbicara dengan satu orang, tapi kalau sudah pakai medsos, dia akan copy paste ucapan saya, dia akan sebar lagi ke sepuluh orang, dua puluh orang, lima belas orang, tiga puluh orang, seratus orang.

Iya kalau benar. Kalau salah ?

Sekarang main copy paste, copy paste, copy paste. Hati-hati, ngeri.

Pembicaraan kita difoto lalu dikirim lagi ke beberapa grup. Inikah Si Fulān yang bilang begini? Akhirnya banyak yang marah lalu dosa kita banyak sekali.

Apabila kita sedang ngomong begini, kemudian saya salah ngomong, lalu lima menit kemudian saya minta maaf. Saya mengatakan, “Mohon maaf itu yang saya omongkan tadi tolong dihapus ya,” selesai!

Tapi kalau saya masukkan sebuah foto di sebuah grup atau di Facebook satu menit kemudian foto itu bisa ada di Dubai, di New York, di Sydney, di Surabaya, di Irian Jaya. Itu tidak terkontrol, tidak bisa antum keluarkan (menarik foto itu lagi).

Apalagi sekarang, wanita-wanita yang terbuka auratnya. Ketika dia selfie lalu dia upload fotonya di Facebooknya, kemudian tahun depan dia taubat, fotonya masih ada atau tidak?
Bisa beredar terus fotonya.

Maka pikirkanlah 1000 kali untuk menaruh sesuatu di media sosial (medsos). Ini tidaklah mudah.

Bisa jadi shalāt kita, puasa kita, dzikir kita hancur gara-gara medsos yang kita gandrungi selama ini.

Maka niatlah yang benar!

√ Setiap ada apa-apa, niat saya ikhlās atau tidak?
√ Setiap kasih comment, niat saya ikhlās apa tidak?
√ Setiap copy paste, niat saya ikhlās atau tidak?
√ Setiap buat grup, niat saya ikhlās atau tidak?
√ Setiap mencantumkan artikel atau kata-kata mutiara, niat kita ikhlās atau tidak?
√ Ketika (misalnya) kita membuat status, niat kita ikhlās atau tidak?

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya amal ibadah itu tergantung niatnya.”

⇛ Kalau niat kita ikhlās ini lumbung pahala yang begitu luar biasa.

⇛ Tapi kalau keliru, habislah kita.
___________

——————————————
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 26 Muharram 1438H / 27 Oktober 2016M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 04)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-04
———————————–

Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.

Kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media, yang ke 4.

(4) Point yang keempat, TIGA KAIDAH.

Antum harus tahu kaidah komen dan berbicara yang dijelaskan oleh ulama fiqih.

Para ulama fiqih mengatakan bahwa anda tidak boleh berbicara, baik secara langsung atau melalui media, di dunia nyata atau dunia maya kecuali dengan 3 syarat. Dan 3 syarat ini harus kita pikirkan sebelum kita luncurkan, sebelum kita ucapkan, yaitu:

-1- Kaidah yang pertama, niat harus karena Allāh.

Misalkan dalam rangka berdakwah; dalam rangka silaturahim; dalam rangka ukhuwah Islamiyah; dalam rangka membantu misalkan kita buat penggalangan dana di beberapa grup untuk membantu kegiatan sosial, orang-orang yang terkena bencana atau kegiatan dakwah yang lain. Camkan baik-baik niat tersebut.

Setelah niat sudah dipastikan.

-2- Kaidah yang kedua, yang kita sampaikan adalah benar.

Benar dari segi konten (isi) dan benar dari sisi cara penyampaian.

Makanya budaya copy paste, copy paste, copy paste, tanpa dibaca, tanpa di-protect, ini fatal.

Allāh Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kefasikan (atau sesuatu yang fasik) membawa berita, maka periksalah (tabayyun) dulu.”

Jangan ditelan mentah-mentah, apalagi di-paste, apalagi di-posting di grup-grup kita. Tabayyun, kroscek. Kenapa demikian?

أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Karena kalian bisa memiliki opini yang keliru kepada pihak lain karena kebodohan kalian. Dan kalian akan menyesal pada hari kiamat nanti.”

Setiap kita dapat berita (info) kroscek terlebih dahulu. Jangan telan mentah-mentah, apa saja. Pastikan ini valid, kecuali kita dapat dari sumbernya yang memang mengeluarkan secara resmi. Tapi kalau perlu dikroscek dan dikroscek.

Info kajianlah atau artikel yang mencantumkan nama seorang ustadz. Ini benar atau tidak, pastikan dulu. Tolong yang kasih ini, pastikan ini ucapan ustadz tersebut.

Karena, saya ingin tanya, misalnya di dunia BBM atau WhatsApp, kalau misalnya saya dapat artikel seorang ustadz, bisa tidak saya ganti-ganti dengan mudah?

Bisa, terus saya kirim lagi atas nama dia. Ini penting dan itu kan bisa menghancurkan nama baik orang.

Misalkan di artikel itu ada 3 ayat. Saya ubah-ubah tuh ayat, lalu nanti saya kirim lagi. Lalu ada yang cerdas dia cek, kok ayatnya salah semua, ini ustadznya tidak benar nih. Bisa begitu sekarang.

Maka, kroscek itu penting.

Ada berita tentang seorang saudara yang sakit, atau penggalangan dana yang berkaitan dengan sebuah acara, sebuah baksos. Kroscek, jangan telan mentah-mentah langsung kirim ke rekening fulan. Itu benar atau tidak.

Lalu kita dapat berita ada yang sakit, ada seorang tokoh atau guru kita diopname. Kroscek, ini benar atau tidak.

Apalagi, namanya berita, berita itu kalau sudah ada di masyarakat itu berbanding terbalik dengan duit.

Kalau duit sudah di tangan orang-orang, bertambah atau berkurang? Berkurang.

Kalau berita? Nambah, itu sudah kaidah.

Artinya, itulah manusia, bukan merendahkan siapa pun.

Jadi, jangan telan mentah-mentah, kroscek.

Allāh mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

“Kalau ada sesatu yang fasik memberikan berita, kroscek.”

Catat baik-baik apa arti fasik dalam ayat ini.

Yang pertama, sumber beritanya fasik.

Informannya fasik. Jadi teman kita yang menginfokan itu orang fasik misalnya. Orang fasik adalah pelaku dosa-dosa besar.

Jadi kalau kita punya teman atau kita punya saudara, kita tahu dia pelaku dosa-dosa besar, lalu dia ngasih berita, maka beritanya tidak boleh ditelan mentah-mentah. Tapi harus dikroscek. Itu makna yang pertama.

Yang kedua, beritanya fasik.

Makna yang kedua, kata Syaikh Sulaiman Al Ruhaili, beritanya fasik.

Jadi kalau makna yang pertama tadi siapanya yang fasik. Orangnya, pembawa beritanya fasik. Tapi makna yang kedua, beritanya fasik.

Dan berita fasik bisa jadi disampaikan oleh orang shālih, orang yang ta’at kepada Allāh, orang yang beriman, orang baik.

Ustadz, saya masih belum faham, kok orang shālih bisa bawa berita fasik?

Saya mau tanya sama antum, orang shālih bisa lupa tidak?

Pelakunya Ahmad. Tapi dia lupa dan katanya pelaku Muhammad, benar atau salah?

Salah.

Dia sengaja ingin berbohong?

Tidak, dia lupa, ini Ahmad atau Muhammad. Oh, Muhammad aja deh, Muhammad pelakunya. Ternyata si Ahmad. Lupa.

OK, dia shalih, tapi dia bukan sumber informasi yang pertama, dia dengar dari pihak lain.

Saya ingin tanya. Apakah semua orang shālih selektif dalam menerima berita?

Tidak, dia bagus, tapi sumber sebelumnya yang bermasalah. Kroscek, kroscek, dan kroscek. Dan ini sering terjadi.

Ustadz, ayatnya itu kan tentang orang fasik, yang ngirim itu teman-teman pengajian?

Baca lagi tafsirnya. Baca penjelasan para ulama. Fasik di sini bisa dari orang yang membawakan berita tersebut dan bisa dari beritanya. Makanya tidak ada alasan untuk tidak kroscek.

Ada apa pun, kroscek, ini hal yang penting. Kalau kita tidak bisa kroscek, jangan telan mentah-mentah, jangan dipercaya, tapi tidak kita dustakan, kita pending aja dulu.

Dan Allāh mengatakan kalau kita tidak kroscek:

أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Kalian akan salah paham gara-gara kebodohan kalian dan kalian akan menyesal nanti (karena Anda salah tuduh, Anda salah membuat opini, Anda salah membuat kesimpulan), Anda akan menyesal pada hari kiamat (karena anda akan ditanya oleh Allāh).”

Maka camkan baik-baik. Ulama membuat sebuah kaidah:

“Hanya orang-orang yang bodoh dan menyesal pada hari kiamat yang tidak kroscek.”

Itu kaidah para ulama.

Jadi, orang yang begitu dapat berita langsung di-posting, langsung diberikan, itu tanda-tanda kebodohan dan dia akan menyesal pada hari kiamat kelak.

Karena Allāh mengatakan: بِجَهَالَةٍ (bodoh) dan: نَادِمِينَ  (menyesal).

Dua sifat yang tidak bisa dipisahkan bagi orang-orang yang tidak kroscek terlebih dulu ketika menerima berita.

Apalagi di dunia yang begitu rentan seperti sosmed ini. Karena kalau antum salah, klarifikasinya susahnya minta ampun, sudah terlanjur disebar. Isu yang antum gulirkan tadi yang salah dibaca, klarifikasi dari antum pasti dibaca lagi apa tidak?

Belum tentu.

Oleh karena itu, yang kita sampaikan, yang kita berikan, atau kalau kita mau copy paste itu adalah harus berita yang valid.
____________________________
—————————————–

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 27 Muharram 1438H / 28 Oktober 2016M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 05)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-05
———————————–

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bapak-bapak, Ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān dan akhwāt yang saya muliakan.

Kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

Kita masih membahas kaidah yang kedua dari poin yang keempat.

Telah dijelaskan tentang kaidah yang kedua yaitu kita jangan memposting, jangan berkomentar kecuali benar dari segi konten, atau materi (substansi). Dan yang kedua benar dari sisi penyampaiannya.

Kita sudah jelaskan dari sisi materi dan kita tekankan metode kroscek, kroscek, dan kroscek. Karena bisa jadi materi keliru itu datang dari orang-orang yang shalih.

Lalu pastikan cara penyampaian kita benar. Bagaimana cara penyampaiannya?

Allāh sebutkan dalam surat Al Isrā’ ayat 53. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman kepada Nabi kita shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا

Terjemah:
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Penjelasan:
Dan katakan (Sampaikan) kepada hamba-hamba-Ku, jika mereka mau berbicara (kalau dia mau posting, kalau dia mau comment, kalau dia mau menyampaikan sebuah artikel), dia harus gunakan bahasa yang terbaik.

Kata ahsan dalam ayat ini kalau pakai istilah bahasa Inggris yaitu superlatif bukan komparatif. Jadi bukan yang lebih baik tapi yang terbaik.

Jadi, bilang ke hamba-hamba-Ku (yang merasa hamba Allah saja, kata Allāh), kalau mereka mau berbicara gunakanlah bahasa yang terbaik, kenapa?

Karena setan akan mengadu domba mereka dan sesungguhnya setan adalah musuh kalian yang nyata.

Maka, gunakanlah bahasa yang terbaik.

Tapi Pak Ustadz, saya ini begini ini.

Ya sudah, diam, tidak usah bicara. Anda harus diam. Kalau mau bicara gunakan bahasa yang terbaik.

Apalagi di sosmed, karena ketika kita masuk ke grup atau di Facebook atau di Twitter atau kita mention sesuatu, kita tidak memberikan ekspresi, lalu tidak ada intonasi. Jadi secara umum tidak ada ekspresi, tidak ada intonasi sehingga rentan salah pahamnya kuat.

Dan Allah katakan setan akan adu domba. Jadi ini kata kunci:

إِنَّالشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ.

Ingat, setan ada di mana-mana. Begitu antum keluarkan kata tersebut maka misi dia adalah membuat orang mis (salah paham) dengan bahasa antum. Makanya gunakan bahasa yang terbaik.

Antum balas sambil senyum, tapi dia pikir antum cemberut, itu sering terjadi.

Banyak sekali mis (salah paham) di group. Makanya kalau hal-hal sensitif jangan gunakan sosmed. Telepon langsung. Sedikit-sedikit sosmed, sedikit-sedikit sosmed, semua sosmed. Bicara masalah-masalah sensitif itu di telepon.

Kalau mau pakai sosmed, pastikan ada pembukaan dan ditutup pintu-pintu miskomunikasi. Diawali dengan doa misalnya, biar dia tahu bahwa kita ini pengen yang terbaik untuk dia.

Tapi kalau tidak, bicara via telepon lebih nyaman, lebih jelas, karena di situ ada intonasi, di situ lebih bebas.

Jadi, kalau kita mau sosmed, gunakan bahasa yang terbaik.

Jangan membuat bahasa yang ambigu. Yang membuat orang salah tafsir, yang membuat orang mis, membuat orang tersinggung, padahal kita tidak ada maksud ke sana.

Gunakan bahasa yang terbaik.

Jangan lupa salam. Salam itu penting. Itu salah satu metode yang terbaik. Salam dulu sebelum antum masuk:

السلامعليكم ورحمة الله.

“Semoga keselamatan meliputi dirimu.”

Kata Nabi:

السلام قبل الكلم

“Salam dulu sebelum bicara.”

Itu menunjukkan kita ingin kebaikan untuk dia. Orang akan paham, “Oh ya, ini orang baik.”

Kalau tiba-tiba langsung dikritik, langsung diserang dan seterusnya. Ini akan menimbulkan masalah.

Wallāhu Ta’āla A’lam bish Shawwab.

Jadi gunakan bahasa yang terbaik.

Kalau tidak bisa maka belajar. Kita harus belajar seni komunikasi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan bisa kok. Kenapa tidak bisa?

Belajar dengan orang-orang yang bahasanya bagus, bahasanya santun, bahasanya lembut. Gunakan bahasa-bahasa lembut di sosmed.

Apalagi kalau kita misinya untuk berdakwah kepada member-member grup tersebut. Jangan kasar, pakai bahasa yang lembut.

Allāh berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ

“Karena rahmat Allah lah engkau lembut dengan mereka, kalau saja engkau kasar, hatimu keras, mereka akan bubar dari hadapkanmu.”

(QS Ali Imran: 159)

Saya ingin tanya, siapa yang dimaksud dengan “engkau” dalam ayat ini? Rasul.

Dan “mereka” dalam ayat ini siapa? Sahabat.

Jadi Allah mengatakan:

“Karena rahmat Allāh-lah, engkau, wahai Muhammad, lembut dengan para sahabatmu. Kalau engkau kasar dan hatimu keras, mereka akan bubar.”

Allāhu Akbar.

Abu Bakar tidak bisa dikerasin; ‘Umar tidak bisa dikerasin; ‘Utsman tidak bisa dikerasin; ‘Ali tidak bisa dikerasin; Abdurrahman Bin ‘Auf tidak bisa dikerasin.

Itu manusia-manusia terbaik, terbening, terbersih hati mereka.

Kalau metode Nabi kasar, langsung serang sana, langsung vonis sini, mereka tidak bisa, mereka tidak betah, mereka akan menghindar.

Anggota grup antum itu bukan Abu Bakar, bukan ‘Umar, bukan ‘Utsman, bukan ‘Ali dan anda bukan Muhammad Bin ‘Abdillah.

Kalau seandainya Nabi menggunakan bahasa kasar, bahasa keras, mereka akan bubar, bagaimana dengan kita?

Tapi saya orangnya begini ini, Pak Ustadz.

Ya sudah tidak usah jadi admin, kan tidak ada kewajiban menjadi admin. Kalau tidak mampu tidak usah jadi admin.

Kaidah fiqh mengatakan tidak ada kewajiban kalau anda tidak mampu. Kalau Anda mau terjun di dunia ini Anda harus tahu SOP dan kriteria-kriterianya dan belajar dulu.

Jangan sampai dakwah tercemar gara-gara kita. Gara-gara kita keras atau kasar di sosmed, akhirnya dakwah yang rusak.

Nabi bersabda dalam hadits Bukhari:

إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ

“Di antara kalian ada orang-orang yang kerjaannya membuat orang lari dari sunnah.”

Lari dari Islam, lari dari akidah yang benar, gara-gara sikap dan tutur kata kita.

Itu syarat yang kedua, benar dari segi konten dan cara penyampaian.

-3- Kaidah yang ketiga, efeknya positif.

Kalau kita mau bicara (dan kaidah ini terapkan di setiap bidang) syarat yang ketiga, ada efek positifnya. Atau bisa menekan kemudharatan yang ada pada saat itu.

Jadi kita harus memperhatikan:

√ Kalau saya masuk ke diskusi yang ada di grup, efeknya bagaimana nih, positif atau negatif.

√ Kalau saya kasih tanggapan kira-kira bisa meredakan atau membuat bola menjadi liar.

Kalau saat kita bicara justru akan memperburuk suasana, walaupun isinya benar, maka Imam An Nawawi mengatakan, “Tidak boleh bicara, tidak ada manfaatnya.”

Ini penjelasan Syaikh Sulaiman Ar Ruhaili.

Kita harus berpikir, ketika kita masukkan postingan di grup keluarga misalnya, lihat efeknya bagaimana. Efeknya seperti apa.

Kalau memperparah akhirnya pecah, jangan kirim pada saat itu. Bukan jangan berdakwah, tapi jangan kirim pada saat itu. Carilah waktu lain. Atau cari media lain.

Yang penting jangan asal bicara terus kita cuci tangan.

Kalau kita ingin bicara pastikan efek dari pembicaraan kita positif, atau bisa menekan kemudharatan yang sudah ada.

Kalau justru memperparah atau menimbulkan masalah baru yang tidak kalah parahnya dengan masalah sebelumnya, jangan bicara, jangan masuk, jangan bergabung, jangan comment, jangan posting.

Kaidah fiqh mengatakan:

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

“Menghindar dari keburukan yang besar atau yang selevel itu lebih didahulukan daripada mengambil manfaat.”

Ini penting.

Orang yang cerdas, dia harus tahu dan dia harus perhitungkan apa yang terjadi kalau saya kasih komentar.

Makanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetap bersikap baik dengan orang munafik, tidak menunjukkan permusuhan, kenapa demikian?

Ditanyakan oleh para sahabat:

“Ya Rasulullah, kenapa kita tidak perangi saja orang-orang munafik, kenapa Anda tetap melibatkan Abdullah bin Ubay bin Salut?”

Nabi mengatakan:

“Aku khawatir akan terbentuk opini di tengah-tengah manusia bahwa Muhammad hobinya memerangi dan membunuhi sahabat-sahabatnya sendiri.”

Orang munafik itu penampilannya mu’min. Dan mayoritas manusia tidak mengerti kekufuran yang ada di hati-hati mereka.

Kalau Nabi perangi, menggunakan bahasa yang tegas-tegasan dengan mereka, maka manusia tidak mengerti, akan berpikir:

“Muhammad itu suka memerangi sahabatnya, kalau begitu jangan masuk Islam, karena kita masuk Islam pun, kita bisa diperangi sama nabinya sendiri.”

Maka Nabi menggunakan bahasa yang lembut. Dan tidak menggunakan komunikasi yang tegas-tegasan dengan orang-orang munafik.

Ini fiqh beliau, mempertimbangkan efek dari sikap dan gaya komunikasi yang akan beliau sampaikan.

Dan ini yang harus kita pikirkan, jangan asal bicara. Kita harus bermain cantik dalam masalah ini.

Wallāhu Ta’āla A’lam bish Shawwab.

——————————-

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 30 Muharam 1438 H / 31 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 06)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-06
———————————–

Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.

Kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

(5) Poin yang kelima: BEDAKAN URUSAN PRIBADI DENGAN UMUM.

Poin yang berikutnya, kalau kita mau terjun di ranah sosmed atau di dunia nyata kita harus membedakan antara ranah publik dan ranah privat. Mana yang bisa di-share dan mana yang tidak boleh di-share.

Nabi shālallahu ‘alayhi wassalam bersabda dalam hadits Al Imam Tirmidzi nomor 1959:

إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ الْحَدِيثَ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ

Apabila ada seseorang yang mengajak bicara dan sebelum berbicara dia nengok kanan kiri dulu, maka itu rahasia, itu amanah.”

Hadits ini dilupakan oleh banyak dari kita pada hari ini.

Kalau anda cerita-cerita berarti anda khianat dan salah satu tanda orang munafik:

وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Ketika diberikan amanah berkhianat.”

Walaupun dia tidak bilang.

Ustadz, kan dia tidak bilang itu rahasia.

Dia melirik-melirik itu tanda. Begitu ada orang datang tiba-tiba dialihkan pembicaraan. Itu sudah merupakan indikator bahwa itu rahasia, pembicaraan 4 mata.

Kita jangan terlalu polos, gitu loh.

Kata para ulama:

“Orang yang cerdas itu akan paham hanya dengan membaca indikasi-indikasi yang ada, tidak perlu terang-terangan dikatakan.”

Itu orang yang cerdas.

Ini menunjukan orang mukmin, sekali lagi, harus bisa membaca indikator, indikasi-indikasi di lapangan. Karena orang tidak setiap saat bicara terang-terangan.

Nah begitu juga kalau antum ada rapat tertutup dengan seseorang, maka antum tidak boleh share di grup, tidak boleh. Hukum asalnya haram.

Kalau ada orang bilang:

“Bisa saya bicara empat mata dengan Anda?”

Berarti itu tidak boleh di-share, tidak boleh disampaikan.

“Tadi siang saya ketemu dengan ustadz Anu, dia ngomong begini-begini.”

Haram hukumnya. Walaupun dia tidak mengatakan, “Ini rahasia, lho!”

Tidak boleh, hukumnya haram. Dan itu salah satu tanda orang munafik.

Kalau misalnya ada orang bilang, “Saya hanya mau bicara dengan Anda.” Itu berarti rahasia.

“Ustadz, bisa kita bicara sekarang?”

“Nanti aja ketika orang sudah pada pulang.”

Itu artinya rahasia. Kalau terbuka ngapain tunggu orang pada pulang. Itu indikasi rahasia. Tidak boleh kita buka. Haram hukumnya buka. Kita harus paham.

Nah, kalau di sosmed gimana?

Kalau ada orang yang japri kita. Dia ada di grup nih, terus tiba-tiba dia japri. Eh, kita foto japriannya, kita masukin ke grup.

Itu rahasia. Kan japri. Jaringan pribadi. Kenapa dimasukin ke grup? Tidak perlu dikasih tahu lagi. Anda harus paham. Kalau kita masukan, khianat kita.

Nah, ini sering terjadi atau tidak? Sering.

Ada seseorang japri-japrian dengan seorang ustadz atau dengan seorang. Kemudian dimasukin ke grupnya.

“Tadi ustadz A bilang seperti ini.”

Ini tidak boleh. Hukumnya haram di dalam Islam.

Atau, ketika kita misalnya bicara secara tertutup, tidak boleh merekam. Oleh sebagian pihak direkam. Tidak boleh merekam tanpa sepengetahuan si pembicara, karena itu ranah privat. Tidak boleh kita merekam tanpa izin, bukan ranah publik. Dan ini fatal.

Wallahu Ta’ala A’lam bish Shawwab.

(6) Poin yang keenam: FILTER / SARING

Kita harus tahu tidak semua yang kita dengar, kita sampaikan atau kita share. Kita filter dulu.

Tidak semua yang masuk ke handphone kita, kita bisa posting dengan enaknya ke group-group yang lain, atau ke facebook kita, atau ke twitter kita dan lain sebagainya.

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

_”Cukuplah seseorang dikatakan pendusta, kalau dia menceritakan setiap yang dia dengar.”_

(HR Muslim nomor 6 versi Syarh Muslim nomor 5)

Itu berdusta katanya. Cukuplah kita dikatakan pendusta, kalau ada setiap artikel masuk langsung kita share. Setiap yang kita dengar kita share itu pendusta. Tidak boleh.

Kan itu tadi. Ada ranah privat. Kita harus tahu fiqihnya. Tidak bisa tiap dengar share, tiap dengar share, setiap dengar share, setiap dengar sampaikan.

Kata Nabi, “Cukuplah orang itu dikatakan pendusta.”

Dan dusta itu dosa besar atau dosa kecil? Dosa besar.

Oleh karena itu kita filter dulu.

Terapkan konsep yang tiga.

Ikhlas tidak niatnya, terus benar tidak, cocok tidak cara penyampaiannya, lalu yang berikutnya efeknya seperti apa.

Jangan dikit-dikit share, dikit-dikit share, dikit-dikit share.

(7) Poin yang ketujuh: TIDAK BOLEH GHIBAH

Point yang berikutnya, hati-hati dengan ghibah di sosmed.

Bersihkan grup kita dari ghibah, bersihkan facebook kita, twitter kita dari ghibah. Ghibah verboden di sosmed kita. Tidak boleh masuk. Ini harga mati.

Karena sekali lagi, mengghibah di sosmed lebih fatal dibanding dengan mengghibah di dunia nyata. Karena bisa langsung disebar, bisa langsung di foto. Dan banyak orang yang tahu. Hati-hati dengan ghibah.

“Ustadz, tapi ini fakta lho, Pak Ustadz.”

Ya itu ghibah, Mas. Ghibah itu kalau fakta:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ  . قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ ” إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ “

_”Engkau membicarakan saudaramu di belakang dia, yang kalau dia dengar dia tidak suka.”_

Ada sahabat mengatakan:

“Ya Rāsulullah, bagaimana kalau benar?”

Kata Nabi:

“Itu yang namanya ghibah, dan kalau salah, Anda baru saja memfitnahnya.”

(HR Muslim nomor 2589)

Dan fitnah lebih parah dari ghibah.

Jangan membicarakan orang di sosmed kita, jangan. Sekali-kali jangan. Fatal. Ibadah kita bisa hancur.

Masih ingat hadits muslim tentang muflis?

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ؟ . قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ . فَقَالَ ” إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ ” .

_”Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut pada hari kiamat?”_

Sahabat menjawab:

“Ya Rāsulullah, orang yang bangkrut (muflis) menurut kami, adalah orang yang tidak punya harta dan tidak punya aset.”

Kata Nabi:

“(Bukan mereka), orang yang bangkrut di antara umatku yaitu orang-orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shālat, membawa pahala puasa, membawa pahala infaq, zakat dan sadaqah dan ibadah-ibadah yang lain, tapi dia berdosa mencela orang, mengghibahi orang, menyakiti orang, makan uang orang, maka pahalanya diambil oleh korban-korbannya pada hari kiamat.

Lalu ketika dia tidak punya apa pun lagi (pahala shālatnya sudah habis, pahala puasanya sudah habis, pahala dzikirnya sudah habis dan korbannya masih ngantre, masih nuntut dia) maka dosa-dosa korbannya itu ditransfer ke dia dan masuklah ke dalam pintu neraka.”

Ghibah di sosmed ini sangat masif dan yang dengar sangat banyak.

Pastikan tidak ada ghibah. Dan ghibah akan membuat kita terkena firman Allāh Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al Hujurat ayat 12:

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ

_”Apakah seorang di antara kamu yang suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”_

Makanya hati-hati. Jangan sampai kita mengghibah.

Bapak-bapak, Ibu-ibu sekalian.

Ini tantangan Bapak-bapak, masalah politik, nih. Kalau sudah politik habis semuanya.

Kalau dia masih muslim dan dia belum tentu bersalah misalnya, masih tersangka. Dalam konsep Islam apa? Asas praduga tak bersalah.

Tapi sudah dihabisi di sosmed-sosmed kita.

Hati-hati, hadirin. Ini ngeri. Sosmed kita harus steril dari hal-hal seperti ini.

======================================

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 01 Shafar 1438 H / 01 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 07)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-07
———————————–

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān dan akhwāt yang saya muliakan.

Kita lanjutkan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

(8) Poin yang kedelapan: WASPADA FITNAH

Yang berikutnya, waspadalah dengan fitnah di sosmed kita.

Apa bedanya fitnah dengan ghibah?

Fitnah adalah bohong (tidak sesuai dengan kenyataan), kalau ghibah adalah benar (sesuai dengan kenyataan).

Atau, fitnah adalah skandal yang belum jelas, isu yang masih jadi bola panas.

Jangan masukkan itu ke sosmed kita.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ

_”Orang yang berbahagia adalah orang-orang yang menjauh dari fitnah.”_

(HR Abu Daud nomor 4263)

Jangan masuk ke dunia fitnah, urus diri kita, urus kekhusyukan shalat kita. Kita ini masih banyak kekurangan.

Kita semua, saya dan antum semua, shalatnya masih banyak yang belum tahu. Dzikir masih banyak yang belum hapal. Jangan urus masalah fitnah. Fitnah serahkan saja kepada ahlinya. Bukan urusan kita.

Ada yang membicarakan si A, si B, tidak usah diurusin.

Allāh berfirman dalam surat Al Maidah ayat 41-42:

وَمَن يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَن تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَن يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ ۚ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ ۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (*) سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ

_”Dan orang-orang yang Allāh ingin memfitnah mereka, maka engkau wahai Muhammad, tidak akan bisa menasihati dia, tidak akan bisa memberikan hidayah kepada dia.”_

==> Jadi kalau dia adalah orang-orang yang Allah kasih fitnah, walaupun duduk di majelis nabi, tidak akan mendapat hidayah. Tidak akan dapat manfaat sama sekali.

Jadi kalaupun ustadznya langsung Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetap tidak ada manfaatnya. Siapa mereka?

Allah lanjutkan:

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَن يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ

_”Mereka adalah orang-orang yang Allah tidak ingin hati mereka suci.”_

Allah kotorkan terus hati mereka:

لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ

_”Mereka akan terhina di dunia.”_

وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيم

_”Dan mereka akan diazab dengan azab yang pedih di akhirat.”_

Siapa mereka? Apa tanda-tanda mereka?

Sampai ayat ini kita masih bingung nih. Lalu awal ayat 42:

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ

_”Mereka adalah orang yang hobi mendengarkan berita-berita bohong. Dan mereka pemakan harta-harta yang haram.”_

==> Mereka adalah orang yang hobi mengikuti skandal-skandal yang sedang tersebar; Mereka adalah orang yang hobi mengikuti fitnah: fitnah dakwah dan fitnah di lingkungan sekitar.

Pengen tahu saja, pengen dengar. Kuping ini gatel kalau kita tidak mendengar hal-hal tersebut.

Mereka itu hobi dengar berita-berita demikian. Dan mereka pemakan harta-harta yang haram.

Jadi, orang yang hobi mendengar berita-berita fitnah, sebenarnya mereka telah terfitnah. Karena Allāh mengatakan, “Dan barang siapa yang Allāh ingin beri fitnah…”

Jadi yang terfitnah itu Anda, bukan objek di mana Anda memfitnah dia.

Buka Al Maidah ayat 41-42.

Masih ingat tadi hadits Muslim?

“Cukuplah orang dikatakan pembohong kalau dia menyampaikan apa yang dia dengar.”

Tanpa difilter, tanpa disensor. Pokoknya mengikuti saja. Itu tidak akan dapat hidayah walaupun diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Oleh karena itu, jangan ikuti berita-berita tentang fitnah, sibukkan diri.

Itu nasihat para ulama besar. Salah satu syaikh yang khotbah Jum’at mengatakan:

“Saya nasihati kalian wahai para penuntut ilmu, jangan mengikuti fitnah yang berkembang.

Kalau ada keraguan tanya kepada para ulama.”

Lalu beliau mengatakan:

“Tanya kepada Syaikh Shalih Fauzan, tanya kepada Syaikh Saleh Luhaidan, para ulama besar yang berada di Riyadh saat ini.

Kalian jangan ikut-ikutan, jangan bicarakan orang, jangan sebutkan aib-aib orang. Jangan gampang memvonis orang. Itu bukan ranah kalian. Tanya pada para ulama.

Kalau ulama sudah memvonis, silahkan. Tapi jangan buat isu itu berkembang di masyarakat. Kalau ahli ilmu sudah bicara tidak ada masalah, tapi kalian jangan ikut-ikutan.”

Itu dibicarakan di hadapan mahasiswa-mahasiswa S1 Fakultas Syariah, mahasiswa S1 Fakultas Aqidah, mahasiswa S2.

Itu saja diingatkan terus oleh para ulama, jangan masuk ke dalam fitnah.

السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ

_”Orang yang bahagia, orang yang menghindar dari fitnah.”_

Fitnah itu dihindari, bukan didatangi. Bukan dimasukkan ke grup, bukan dibahas di grup, tapi dihilangkan.

Begitu ada yang bahas masalah-masalah seperti itu, cut. Kalau mau tanya itu ke ustadz saja. Ini grup bukan untuk masalah-masalah demikian.

Kalau kita hobi dengar skandal, hobi dengar isu, dengar fitnah, dengar berita-berita bohong, kita tidak akan dapat hidayah, kita akan terfitnah. Dan kita akan hina di dunia, dan akan diazab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla pada hari kiamat kelak.

Karena waktu akan berjalan terus. Waktu kita habis hanya mengurus Si A, Si B, Si C. Sedangkan aqidah kita belum benar.

Konsep tentang iman kepada malaikat saja kita belum tahu. Konsep iman kepada takdir saja masih bingung. Itu saja yang diurusin. Tidak usah ngurusin orang.

Ini yang perlu kita camkan.

Wallāhu Ta’āla A’lam bish Shawwab.


🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 02 Shafar 1438 H / 02 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 08)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-08
———————————–

Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.

Kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

(9) Point yang kesembilan: HATI-HATI BERKOMENTAR

Hati-hati memberikan komentar di sosmed.

Dan ini saya tekankan, apalagi kita sudah belajar.  Walaupun orang itu jelas-jelas bersalah, apalagi sudah taubat, dan kita tidak tahu kapan dia taubat kepada Allāh Subhanahu wa Ta’ala.

Ini yang ditakutkan oleh para ulama. Gampang memberikan komentar kepada saudaranya.

Ulama besar, Ibrahim An Nakha’i, beliau mengatakan:

” إني لأرى الشيء أكرهه، فما يمنعني أن أتكلّم فيه إلا مخافة أن أُبتلى بمثله”.

_”Aku melihat sesuatu yang aku tidak suka, tidak ada yang menahanku untuk berkomentar dan membicarakan dirinya kecuali karena aku khawatir aku yang akan ditimpakan masalahnya di kemudian hari.”_

Misalnya, kalau ada jama’ah pengajian berzinah, na’udzubillāh. Kalau itu terjadi di jaman Ibrahim An Nakha’i, itu tidak ada yang membuat beliau tidak berkomentar kecuali beliau khawatir beliau terjatuh ke dalam zinah tersebut. Dan itu real.

Ini konsep para sahabat, konsep para tabi’in.

Hasan Al Basri mengatakan dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Ash Shamt:

كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به

“Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allāh, maka Si Pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.”

Antum tahu, teman pengajian antum terfitnah dengan wanita. Dia pacaran atau dia jalin hubungan, bahkan mungkin selingkuh. Lalu antum ceritakan, antum cela. Maka kata para sabahat Anda tidak akan meninggal kecuali Anda terlibat perselingkuhan. Na’udzubillāh.

Mengapa mereka memiliki konsep demikian?

Ya karena hadits Nabi shālallāhu ‘alayhi wassalam.

Kata Nabi shālallāh ‘alayhi wassalam dalam hadits yang dihasankan oleh Imam Tirmidzi nomor 2506 dan dihasakan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arna’uth:

لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فيعافيه الله وَيَبْتَلِيكَ ».

_”Janganlan Anda mencela saudara Anda terang-terangan karena dosa-dosa dia, karena bisa jadi Allāh akan mengampuni dia dan Allāh akan masukan anda ke dosa tersebut.”_

Kita lihat teman kita yang sudah dekat sama Allāh, ternyata berzina. Lalu kita bicarakan di grup. Allāh akan ampuni saudara Anda dan Anda akan berzina.

Na’udzhubillāh tsumma na’udzubillāh.

Dalam hadits Imam Tirmidzi dan Imam lainnya juga mengatakan hal yang sama.

Bahkan sekaliber ‘Abdullāh bin Mas’ud tidak berani kasih komen kalau lihat anjing. Kata beliau:

لو سخرت من كلب، لخشيت أن أكون كلبً

_”Jika aku mencela dan merendahkan seekor anjing, aku khawatir aku akan diubah seperti anjing atau Allāh berikan sifat-sifat buruk anjing itu kepada diriku.”_

Sebagaimana yang tercantum dalam kitab Az Zuhud karya Al Imam Hinan bin Sirh.

Jadi, Abdullāh Bin Mas’ud tidak suka sama anjing tapi tidak dikomentarin.

Kita semua dikomentarin. Kita dikit-dikit komen, dikit-dikit komen, ini fatal.

Ibnu Mas’ud, sama anjing aja tidak berani mengomentarin.

Kita, facebook kita isinya komen, komen dan komen. Ada orang salah dikomentarin.

Kasih udzur lah atau kalau mau kasih nasehat, secara sirr (rahasia).

Kenapa dikit-dikit komen, dikit-dikit komen, itu tidak bagus. Dan salah satu hukumannya kita akan terjatuh ke lubang yang sama.

“Tapi saya kesal sekali sama dia ustadz, dia bermaksiat kepada Allāh, merusak dakwah.”

Apa kata Nabi shālallāhu ‘alayhi wassalam?

Dan hadits berikut ini juga pelajaran bagi kita yang suka dikomenin orang. Jangan dibalas komen itu, jangan dibalas dengan komen yang menyerang lagi. Akhirnya kita balas-balasan di sosmed kita,.

Simak baik-baik hadits ini:

وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

_”Jika ada seseorang yang mencela Anda karena dia tahu aib-aib Anda, jangan dibalas walaupun Anda tahu aib-aib dia. Karena cukuplah caci maki dia kepada kita akan membuat dia terkena bencana dari Allāh Subhanahu wa Ta’ala.”_

(HR Abu Daud nomor 4084 dan Tirmidzi nomor 2722)

Dia buka kartu kita, kita jangan buka kartu dia. Jangan dibalas, walaupun kita tahu.

Mungkin dulu ada yang selingkuh lalu ketahuan. Lalu diadukan, dicela dan seterusnya.

Tiba-tiba berikutnya dia lihat teman istrinya itu selingkuh juga. Tidak usah dibuka walaupun sebelumnya dia caci maki kita.

Kalau sudah begini Anda tidak usah ikut campur. Nikmatin hidup aja. Insya Allah jadi penghapus dosa. Evaluasi diri. Tidak usah caci maki. Karena Allāh yang akan balas.

Memangnya kalau Anda yang balas mau ngapain, sih?

Mana yang lebih pedih, balasan Allāh atau balasan kita? Balasan Allāh.

Ya sudah, biarkan saja Allāh balas. Allāh syadidul iqab (sangat keras siksanya). Tidak usah dipikir, dia akan habis.

Akan diazab oleh Allāh Subhanahu wa Ta’ala kalau dia tidak bertaubat kepada Allāh.

Karena itu berhati-hatilah kalau komen.

Allāhu A’lam bish shawwab.


🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 03 Shafar 1438 H / 03 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 09)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-09
———————————–

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān dan akhwāt yang saya muliakan, kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

(10) Poin yang kesepuluh: JANGAN MEMBAHAS MASALAH BESAR

Poin yang berikutnya, masalah-masalah yang besar dikembalikan kepada ulama, jangan dibahas di grup. Harus dikembalikan kepada para ulama, kepada ahli ilmu, kepada ulil amri.

Allāh berfirman dalam surat An Nisā ayat 83:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ

_”Orang-orang munafik itu kalau dapat isu besar yang berkaitan dengan stabilitas keamanan dan kekhawatiran, mereka langsung menyebarkannya. Kalau saja mereka kembalikan itu kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ulil amri, maka para pakar itu bisa mendudukkan masalahnya dan bisa menyelesaikan masalah tersebut.”_

Orang-orang munafik itu kalau dapat isu (skandal, berita) besar yang berkaitan dengan stabilitas keamanan dan kekhawatiran, mereka langsung men-share (langsung diangkat, kalau sekarang kita di-share di grup, disebarkan). Kalau saja mereka kembalikan itu kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ulil amri (para pakar, para ulama, para umara) maka para pakar itu bisa mendudukkan masalahnya dan bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Setiap masalah yang berkaitan dengan stabilitas keamanan masalah besar atau masalah kecil? Masalah besar.

Oleh karena itu salah satu adab dan hukum Facebook kita, tidak boleh berisi masalah besar kecuali yang sudah bahas oleh ulama. Adapun para member, tutup. Masalah-masalah besar yang berkaitan dengan ummat, berkaitan dengan isu nasional itu dikembalikan kepada ulama. Orang awam tidak boleh comment dalam masalah-masalah besar.

(11) Point yang kesebelas: DAKWAH

Sosmed adalah media dakwah yang sangat ampuh, yang sangat mujarab.

Dan pada kesempatan kali ini tidak lupa kita ucapkan jazakumullah khairan dan jazakunnallah khairan bagi ikhwān-ikhwān, bapak-bapak, ibu-ibu, dan akhwāt-akhwāt yang telah mendukung dakwah melalui sosmed yang mereka punya di grup-grup mereka atau di Facebook mereka atau di Twitter mereka dan lain sebagainya.

Dan itulah salah satu fungsi dari sosmed yaitu agar kita mendapatkan pahala dari Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Namun yang saya ingin tekankan agar kita benar-benar dapat pahala dari dakwah kita di sosmed, bukan justru menjadi bumerang bagi kita, Ada beberapa rambu yang hendaknya kita tekankan.

­ Yang pertama, selektiflah dalam mem-posting artikel dan selektiflah dalam memilih penulisnya.

Jangan asal-asalan.

Telah berkata Muhammad Bin Sirin dalam Muqadimah Shahih Muslim:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم.

_”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama kalian, maka selektiflah (lihatlah) dari mana anda mengambilkan agama tersebut.”_

Hanya pihak-pihak yang punya kapasitas dan integritas, secara ilmu dia kuat, secara akhlak dia baik, itulah yang diambil.

Jangan semuanya posting, posting, posting, dan posting.

“Oh, kalau di grup kami, Ustadz, semuanya bisa, dari segala macam kalangan.”

Ini tidak boleh. Muhammad Bin Sirin mengatakan, “Selektiflah.”

Sebagaian para sahabat mengatakan, “Ilmu agamamu, ilmu agamamu. Karena sesungguhnya ilmu agamamu adalah darah dagingmu.”

خُذْ عَنِ الَّذِينَ اسْتَقَامُوا ، وَلا تَأْخُذْ عَنِ الَّذِينَ مَالُوا

_”Ambil dari orang-orang yang istiqomah, dan jangan ambil dari orang-orang yang menyimpang.”_

Makanya, salah satu tanda-tanda hari kiamat,  dan tanda ini tercela, Nabi bersabda dalam hadits lewat Imam Ibnu Mubarak:

من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر

_”Di antara tanda-tanda hari kiamat, ilmu itu diambil dari orang kecil.”_
(Silsilah ash shahihah 309-310)

Apa yang dimaksud orang kecil?

Yang pertama kata Ibnu Mubarak, orang-orang yang menyimpang tapi dijadikan referensi. Artikelnya disebar, di-share.

Yang kedua, dia tidak menyimpang, tapi dia tidak punya kapasitas untuk mengajar.

Dia tidak punya kapasitas untuk membuat artikel tapi maksa. Itu orang kecil, tidak boleh.

“Tapi kan dia masih ahlu sunnah.”

Iya kita tahu dia ahlu sunnah, tapi apa kapasitasnya?

Saya ingin tanya, apakah setiap orang boleh jadi dokter? Tidak.

“Tapi dia ingin dakwah.”

Setuju. Anda hobi kesehatan, apakah besok Anda boleh buka praktik? Tidak. Anda harus belajar dulu.

Silakan belajar, kalau sudah matang baru anda menyampaikan ilmu tersebut.

Jadi, pertama yang perlu ditekankan: Pastikan artikelnya, pengisinya benar-benar sesuai dengan konsep para ulama dan harus selektif.

Apabila kita menjadi admin, kita mengelola sebuah grup atau kita punya Facebook dan Twitter, pastikan kata-kata mutiara yang kita masukkan berasal dari orang-orang  yang punya kapasitas ilmu, jangan terima semuanya, selektif.

Kalau Anda cocok dengan gaya bicara seseorang, ya sudah berteman saja dengan dia. Tapi jangan jadikan sebagai sumber ilmu kecuali dia punya kapasitas.

Ini masalah akhirat, selektiflah dalam masalah ini, ini penting, pastikan.

Kata Al Imam An Nawawi, dan ini juga penjelasan Syaikh Syatri, salah satu pakar ushul fiqh yang ada pada saat ini:

“Kalau kita tidak tahu, tanya dan minta rekomendasi kepada ahli ilmu, karena rekomendasi itu konsep para ulama.”

Imam Malik mengatakan:

ما أفتيت حتى شهد لي سبعون أني أهل لذلك

_”Aku tidak berani mengisi kajian atau berfatwa sampai ada tujuh puluh ulama yang merekomendasikan saya pantas untuk mengisi kajian atau berfatwa.”_

(Hilyatul Auliya’, bab tentang Malik bin Anas)

Itu Imam Malik, minta rekomendasi dulu. Saya ini pantas tidak mengisi, saya pantas tidak membuat artikel.

Imam Syafi’i tidak berani mengisi kajian di masjidil Haram sampai dapat rekomendasi dari siapa? Dari mufti Mekkah pada saat itu, Khalid Al Jinji.

Itu ulama, minta rekomendasi. Orang awam tidak bisa menilai ustadz, sebagaimana pasien tidak bisa menilai diagnosis seorang dokter. Makanya kita butuh second opinion atau third opinion dalam dunia kesehatan. Karena kita tidak bisa memilah-milih ini benar atau tidak.

Begitu juga dengan orang awam. Orang awam bisa menilai retorika seorang ustadz, bisa menilai gaya, tulisan seorang ustadz. Tapi konten, validitas, benar atau tidak, itu bukan ranah orang awam.

Tidak bisa kita menilai kekuatan ilmiah seorang ustadz, yang bisa menilai adalah ustadz yang lain.

Tanya kepada guru-guru kita yang ilmunya matang, objektif dan bijak dalam menilai.

Wallāhu Ta’āla A’lam bish Shawwab.
__________________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 04 Shafar 1438 H / 04 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 10)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-10
———————————–

Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan. Kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

Yang kedua, yang perlu ditekankan kalau kita ingin dakwah dengan sosmed kita, ketika kita dapat artikel, baca dulu dan baca dulu.

“Mas, aku masih belum faham dengan artikel yang antum kirim.”

“Artikel yang mana, ya?”

“Itu yang tentang khusyu.”

“Tunggu, tunggu, aku baca dulu.”

Ternyata dia belum baca, sudah main sebar sana, sebar sini, sebar situ. Baca!!!

Kalau ada yang salah Anda bertanggung jawab di hadapan Allāh.

Jadi sebelum kita share, baca dulu, jangan main share-share saja.

Yang ketiga, yang perlu ditekankan adalah ketika kita ingin berdakwah di sosmed, yaitu ilmu yang kita dapat sebelum kita dakwahkan, berusaha kita amalkan.

Jangan hanya copy paste, copy paste, dan copy paste tetapi tidak pernah dibaca dan tidak pernah diamalkan.

Ya gitu-gitu aja. Kirim sana, kirim sini, kirim sana, kirim sini. Karena kebanyakan grup akhirnya bingung sendiri, tidak sempat baca dan akhirnya tidak pernah diamalkan.

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

_”Apakah kalian mengajarkan manusia berbuat baik, tapi kalian lupa diri-diri kalian, padahal kalian sudah baca Kitab (Taurat), apakah anda tidak berfikir.”_

(QS Al Baqarāh: 44)

Oleh karena itu, baca dulu untuk kita dan amalkan, baru kita bisa share ke orang lain.

Lalu, tidak semua artikel yang bagus bisa kita share. Ingat fiqih dakwah, jangan langsung copy paste.

Maksudnya gini lho, kita punya grup teman-teman SMA, semuanya pegawai bank, kemudian artikel pertama “haramnya riba”. Sabar.

Dakwah Nabi pertama kali memangnya tentang riba? Tidak kan? Tentang tauhid, tentang: La Illaha Illallāh.

Katanya Anda mau dakwah,. Tidak bisa semuanya di-share. Makanya kalau mau share, saran saya, minta bimbingan dari alim ulama, “Ini boleh di-share tidak?” Tanya dulu,

“Artikel antum bagus, akh. Kira-kira cocok tidak kalau saya share di group keluarga?”

Jadi, tidak semua di-share, harus pastikan ini artikel cocok atau tidak, artikel itu tepat atau tidak.

Yang ketiga, yang perlu ditekankan adalah: hati-hati riya terselubung.

Ini penting, khususnya dari sisi selfie dan narsis, hati-hati. Karena selfie dalam urusan dunia akan menggiring kita untuk selfie dalam ibadah dan itu real terbukti.

Orang yang biasa selfie ketika misalnya ke Paris, ke Dubai, ke Kuala Lumpur, maka mereka akan selfie di depan Ka’bah.

Orang yang hobi naruh status, begitu landing di Madinah, “Madinah 6 am”. Biar yang lain tahu kalau Anda sendang di Madinah sekarang.

Buat apa kita posting? Ini riya terselubung, sum’ah terselubung. Hati-hati dalam masalah ini.

Lalu kalau kita lagi jalan di Masjidil Haram, ada orang kemudian kita minta tolong fotokan. Biasanya gaya fotonya kaya gimana? Dia angkat tangan, lalu belakangnya Ka’bah. Kan kebalik, harusnya kan do’anya hadap Ka’bah. Kita kalau mau do’a itu hadap Ka’bah jangan belakangin Ka’bah.

Bayangkan, orang sedang sa’i masih sempat-sempat selfie di Marwa, masih sempat-sempat selfie di Shāfa. La haula wa la quata illabillāh.

Ini penyakit. Karena Islam tidak mengajarkan kita terpukau dengan diri kita. Apa firman Allāh Subhanahu wa Ta’ala:

تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ

_”Akhirat (surga), Kami (Allāh) persiapkan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di dunia.”_

(QS Al Qashash: 83)

~~> tidak ingin show off di dunia.

Silakan baca buku tafsirnya. Sebagian contoh yang dibawakan para ulama:

“Barang siapa yang pakai sandal dan dia berharap (dia punya motivasi sendalnya) lebih bagus dari orang lain, maka dia terancam tidak masuk surga.”

Ini budaya yang merusak, saya ingatkan. Ibnul Qoyyim mengatakan:

“Bahwa ‘ain bisa terjadi tanpa melihat secara langsung.”

Artinya kalau kita gampang-gampang (bermudah-mudah) pasang foto kita di sosmed, khawatir ada orang hasad dengan punya ‘ain kemudian melihat foto kita dan kita terkena (terkena ‘ain). Ibnul Qoyyim menjelaskan itu dalam Zadul Ma’ad.

Hati-hati dalam mem-posting foto kita, foto suami kita, foto istri kita, lalu foto anak-anak kita.

“Tapi kan kalau gitu, kalau lagi normal juga kita bisa kena ‘ain?”

Iya, tapi kan yang jadi masalah, saat kita posting, itu jelas tujuannya bukan ibadah, itu tujuannya bukan amal sholeh, itu ingin tampil. Dan ingin tampil diridhāi apa tidak oleh Allāh? Tidak diridhāi. Maka akan semakin besar potensi kita kena ‘ain.

Wallāhu Ta’ala A’lam bish Shawwab.

Yang berikutnya, pikirkan dulu sebelum kita memposting aktivitas-aktivitas kita. Simak baik-baik sabda Nabi, ini sabda penting, dikeluarkan Imam Thābrani dan dishāhihkan Al Imam Albani Rāhimahullah:

استعينوا على إنجاح الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود

_”Mintalah pertolongan kepada Allāh agar Allāh menyelesaikan urusan-urusan kita dengan merahasiakannya (dengan menyembunyikannya, dengan menutupnya, off the record) .. “_

Kenapa? Kenapa jangan dibuka?

Karena setiap orang yang punya nikmat ada penghasadnya.

Antum sedang proses dengan wanita tercantik di Jakarta Selatan, jangan taruh di facebook. Kan ada yang hasad. Begitu taruh di facebook, besoknya dilamar orang yang tiga kali lipat lebih kaya dari antum, hilang.

Harusnya kan, tiba-tiba sudah nikah aja. Kan orang bingung. “Ya Allāh, gue kelewatan sama dia.”

Ini dikasih tahu, itu sama saja membuka kesempatan untuk lawan kita untuk menyerang kita.

Dan ini sabda Nabi, lho. Ini bukan teori. Jangan bilang-bilang, kalau sudah jadi baru sampaikan.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

_”Adapun nikmat Rābbmu, ceritakanlah.”

(QS Adh Dhuhā: 11)

Itu silakan, selama niatnya ikhlas. Tapi kalau lagi proses, kalau lagi beraktivitas, lagi usaha, “Doain ya guys, doain ya guys.”

Emang semuanya dukung antum? Pasti ada tukang hasadnya. Nabi aja dihasadi. Jadi sembunyikan, tidak usah cerita-cerita.

Ini salah satu adab dalam dunia sosmed atau group atau twitter. Tidak usah antum cerita pergi ke mana, banyak yang penghasad di sekeliling kita. Kita tidak su’udzon, tapi fakta membuktikan hal demikian.

(12) Point yang kedua belas: HATI-HATI DENGAN FITNAH WANITA

Poin yang berikutnya, yang terakhir, yang perlu ditekankan masalah ini, hati-hati dengan fitnah wanita di sosmed. Ini penting. Dan ini harus ditekankan.

Hati-hati dengan fitnah wanita, baik yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Nabi shālallāh ‘alayhi wassalam mengatakan :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

_”Aku tidak pernah meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki kecuali masuk dari sisi perempuan.”_

Dan begitu juga sebaliknya. Fitnah lawan jenis ini fatal. Nabi mengatakan bahwa fitnah yang pertama kali menyerang Bani Israil itu fitnah apa? Fitnah wanita.

Saya ingin tanya. Bani Israel orang-orang bodoh atau orang-orang cerdas? Orang-orang cerdas. Etnis tercedas di dunia. Itu saja masih bisa bertindak bodoh gara-gara terfitnah dengan lawan jenis.

Said bin Musayyid, pakar fiqih di dunia tabi’in, beliau mengatakan:

ما شيء أخوف علي من النساء

_”Tidak ada yang lebih aku takutkan dibanding dengan wanita.”_

Athā bin Abi Rābaq, muftinya Mekah, mengatakan:

“Kalau aku disuruh menjaga harta baitul maal in syā Allāh saya amanah, tapi kalau saya ditinggal berdua-duaan di sebuah kamar dengan wanita, saya tidak merasa aman dengan diri saya. Saya tidak bisa pastikan saya bisa menjaga keistiqomahan saya.”

Itu Athā, muftinya Masjidil Haram.

Bahkan Abu Nu’aim, dalam Hilyatul Aulia membawakan penjelasan para ulama:

“Janganlah anda berdua-duaan dengan wanita walapun dengan dalih mengajarkan Al Qur’anul Karim.”

Tidak boleh.

Bahkan dalam mahdzab Syafi’i, bila kita shālat hanya dengan wanita di belakang kita, tidak boleh. Padahal itu bukan hadap-hadapan. Satu arah, arah kiblat dan shālat lho, ini bukan ngobrol, bukan chatting. Kecuali kalau alasannya syar’i, memang boleh komunikasi laki-laki dengan wanita, diperbolehkan.

Nabi pernah berkhālwat, makanya Imam Bukhāri menulis: Bab, Ada Khālwat yang Dibolehkan, dengan syarat aman dari fitnah dan sesuai dengan kebutuhan.

Dan kalau khālwat berdua-duaan itu harus di tempat yang terlihat, tidak boleh di tempat yang tertutup.

Dan sekali lagi, terakhir, hati-hati dengan fitnah wanita di sosmed, karena banyak CLBK itu dari sosmed, banyak perkenalan dari sosmed.

Khususnya ketika antum lagi ada masalah keluarga, jangan buat (bangun) komunikasi dengan laki-laki atau dengan wanita di sosmed. Karena itu nanti jadi pelarian.

Itulah beberapa adab dan hukum yang berkaitan dengan sosmed.
Ini yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat.

Astaghfiruka wa atubu ilaik.

Assalamu’alaikum warhmatullahi wabatakatuh

_____________________________
🔰 *PROGRAM DAKWAH ISLAM*
💐 *CINTA SEDEKAH*

DONASI RUTIN

1.Program Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh se-Indonesia
2. Pengembangan Radio Dakwah dan 3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah se-Indonesia,

Pilihan donasi sebesar  :
a. Rp.25.000,- /bulan
b. Rp 50.000,- /bulan
c. Rp 100.000,-/bulan
d. Nominal lain/bulan

Silakan mendaftar di : http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📦 *Salurkan Infaq Terbaik Anda Melalui*
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)

📲 *Konfirmasi Transfer :*
0812-5000-170

📱 *Dengan Format :*
Nama#Program#Domisili#JumlahTransfer#Tanggal

_*Cantumkan 3 Angka Terakhir No HP Anda di akhir donasi & diikhlaskan sebagai infaq.*_

📱 *Contoh :*
Ahmad#ProgramDakwahIslam#Jogja#20.345#211016

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*

🌎www.cintasedekah.org
👥 https://www.facebook.com/CSPeduli/
🗣 https://twitter.com/cintasedekahyys
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
——————————————

5 thoughts on “Adab dan Hukum di Media Sosial (dari grup BiAS)

  1. Pingback: Materi Kelas Matrikulasi IIP Batch 2 Sesi I: Adab Menuntut Ilmu | Leila's Blog

  2. Pingback: Narasi Tunggal dan Adu Cepat Penyampaian Informasi | Leila's Blog

  3. Assalamualaikum. Afwan mau tanya kapan ada pembukaan lagi untuk group bias? Ana ingin daftar..Syukron!

  4. Pingback: Karena Orang-orang Suka Menjadi Yang Terdepan | Leila's Blog

Leave a comment