“La, kuwi mamahmu tenan (itu beneran mama kamu)?”
Pertanyaan ini sudah sampai bosan saya dengar ketika waktunya pengambilan rapor di SD dulu. Mama memang seringnya datang ke sekolah dalam keadaan berpakaian rapi karena setelahnya langsung berangkat lagi ke kantor. Eh, sebetulnya tak hanya ke kantor saya sih mama berdandan rapi, tapi intinya adalah teman-teman sekolah saya sering mengomentari bahwa mama saya terlihat cantik (beda dengan anaknya yang sering berjemur panas matahari, hahaha).
Jarak usia mama dan saya 26 tahun. Kini saya sudah menyandang status sebagai wali murid, sejak putri saya masuk TK beberapa bulan yang lalu. Sama-sama berpakaian rapi-ngantor-style di beberapa kesempatan mengunjungi sekolah anak, tapi saya seringkali tetap merasa tidak percaya diri. Rasanya, saya harus belajar banyak dari mama, deh.
Apa yang membuat saya tidak percaya diri? Pertama, wajah saya tidak mulus-mulus amat. Dibandingkan dengan foto-foto mama saat seumuran yang ada di album foto di rumah, kayaknya jauh lah. Jerawat dan kawan-kawannya di sisi lain juga sering dikaitkan dengan keengganan mengurus diri, baik melalui asupan yang masuk maupun perawatan luar. Mama memang sebetulnya sudah sering menegur saya untuk lebih telaten, minimal dalam hal membersihkan muka dan mengoleskan tabir surya sebelum beraktivitas. Saya ingat sekali bahwa saya menikmati melihat ‘ritual’ mama setiap malam menjelang tidur, dengan dua langkah pembersihan (zaman sekarang sudah disarankan tiga langkah, ya), kemudian ditutup dengan krim malam.
Kata mama, perawatan itu penting, karena efeknya, bila melakukan maupun tidak, bisa jangka panjang. Malas pakai tabir surya sekarang, siap-siap saja wajah dihinggapi spot gelap. Hasilnya memang terlihat, sih. Di usia sekarang, mama masih tampil prima. Ledekan teman-teman pun berganti, seringnya kami dibilang kakak-beradik, tapi saya kakaknya, hahaha. Petugas di salon langganan saya di Pangkalpinang dulu juga sempat mengekspresikan keterkejutannya secara terang-terangan begitu pertama melihat mama yang menurutnya ‘modis’. Penampilan memang bukan segalanya, tapi upaya menjaga apa yang sudah dianugerahkan Tuhan ke kita merupakan salah satu wujud syukur, kan? Agar seseorang bisa tampil optimal di #UsiaCantik-nya, tentu harus ada langkah yang diambil. Bisa berupa makan dengan gizi seimbang, rajin menjaga kebersihan, juga melakukan perawatan dengan bahan alami ramuan sendiri maupun produk dari brand tepercaya. Makin bertambah usia, harus makin bijak juga kan ya, termasuk memilih skincare yang aman dan teruji. Kalau bisa sih yang tidak terlalu sulit juga untuk dicari, ya. Sebut saja untuk mengatasi kulit kendur dan kerutan halus yang mulai muncul, kita bisa mengandalkan lini Revitalift dari L’Oreal Paris.
Hal kedua yang membuat saya kadang gentar adalah cara membawakan diri. Ya, bukan hanya penampilan luar yang penting, tapi juga tingkah laku kita. Be yourself agar tak kehilangan jati diri adalah satu hal, menghargai orang lain adalah hal lain yang juga tak kalah penting. Mama begitu luwes berbaur dan mengobrol dengan orang baru sekalipun (tanpa meninggalkan kewaspadaan tentunya), sedangkan saya yang cenderung introvert kerap kali berpikir bahwa usaha untuk bergaul secara langsung itu pada awalnya cenderung menyiksa. Well, kita kan makhluk sosial, ya. Kalau kita terlihat judes, yang rugi kita sendiri, kan? Seulas senyum ramah sudah mampu menambah nilai kecantikan kita, kok. Bukan bermaksud berpura-pura juga lho, ya. Yang saya rasakan dengan berlatih selama beberapa waktu belakangan ini, beramah-tamah itu asyik juga, kok. Mengobrol dengan sesama ibu-ibu yang menunggu anaknya selesai berkegiatan di sekolah ketika saya sedang tidak ngantor misalnya, bisa menambah wawasan dan networking.
Pada dasarnya seseorang akan menyenangkan untuk dilihat jika sudah nyaman dengan dirinya sendiri. Bukan sekadar menerima diri apa adanya, melainkan juga telah sampai pada tahap kesadaran akan kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan apa yang terbaik bagi diri. Kenyamanan inilah yang bagi beberapa orang butuh proses untuk mencapainya. Ada yang di usia belia sudah tampil dengan percaya diri, ada pula yang baru berani berjalan dengan kepala tegak di umur yang lebih matang, katakanlah mulai 35 tahun. Sebagian orang bilang, pesona kecantikan fisik bisa pudar seiring berjalannya waktu, yang bertahan adalah kecantikan hati. Hal ini ada benarnya, yaitu bahwa karakter positif sebaiknya memang kian terasah ketika angka usia bertambah. Namun, menjaga penampilan fisik agar tetap enak dilihat pun tak salah, selama caranya tepat.
Mama sudah menjadi teladan yang nyata bagi saya, bahwa berada di #UsiaCantik berarti semakin mantap melangkah dengan pilihan yang sudah diambil, termasuk bertanggung jawab terhadap konsekuensinya. Harus dong ya, pengalaman hidup kan juga sudah lebih kaya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun apa yang didengar, dibaca, atau disaksikan. Bukan berarti melupakan bagaimana caranya bersenang-senang, tetapi sudah memperhitungkan risk vs benefit serta konsekuensi segala tindakan yang dilakukan. Dari konsekuensi yang kecil saja deh, pakai rangkaian perawatan kulit agar tampil cantik artinya harus meluangkan waktu saat kantuk mungkin sudah menyerang, kan? Atau mempertimbangkan secara lebih berhati-hati tawaran promosi ke jenjang karir yang lebih tinggi lagi ketika dampaknya berpotensi mengurangi waktu bersama keluarga (mengingat setiap orang punya prioritas yang berbeda).
Jadi, seberapa siap saya menyambut #UsiaCantik, mengingat jika diberi kesempatan, beberapa bulan lagi umur saya sudah genap 32 tahun? Saya akan lakukan sebaik yang saya bisa :). Sebab, saya ingin berada di #UsiaCantik sebagaimana mama saya melewatinya. Mungkin dengan pengalaman hidup yang berbeda, tetapi apa yang sudah mama lalui tetap berharga untuk saya jadikan sebagai bekal.
“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”