IBU MANAJER KELUARGA HANDAL
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6
Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja yang wajib profesional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apa pun ranah bekerja yang Ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu
kita harus “SELESAI” dengan manajemen rumah tangga kita.
Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas di mana pun. Sehingga Anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih profesional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang ibu bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.
Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja?
Apakah masih ASAL KERJA, menggugurkan kewajiban saja?
Apakah didasari sebuah KOMPETISI sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/keluarga lain?
Apakah karena PANGGILAN HATI sehingga Anda merasa ini bagian dari peran Anda sebagai khalifah?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita.
.
Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, Anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stres, tidak suka melihat keluarga lain sukses
Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.
Ibu Manajer Keluarga
Peran Ibu sejatinya adalah seorang manajer keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita
Saya Manajer Keluarga
kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manajer.
Hargai diri anda sebagai manajer keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manajer keluarga.
Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kerjakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi.
Buatlah skala prioritas.
Bangun komitmen dan konsistensi Anda dalam menjalankannya.
Menangani Kompleksitas Tantangan
Semua ibu pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktikkan, yaitu:
a. PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. -Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas Anda hari ini – aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.
b.ONE BITE AT A TIME
Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan
c. DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.
Ingat, Anda adalah manajer, bukan menyerahkan begitu saja tugas Anda ke orang lain, tapi Anda buat panduannya, Anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan Anda.
Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latih lagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya.
Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.
Perkembangan Peran
Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih
SEKADAR MENJADI IBU.
Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekadar menjadi ibu lagi, antara lain:
Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.
Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “manajer keuangan keluarga”.
Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak. Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.
Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.
Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar-jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu-ibu yang seprofesi antar-jemput anak sekolah.
Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran menjadi “manajer pendidikan anak”.
Anak-anak pun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan, tidak harus selalu di jalur formal.
Cari peran apa lagi, tingkatkan lagi…..dst
Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi. Meskipun Anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
Hanya ada satu kata
BERUBAH atau KALAH.
Salam Ibu Profesional,
Tim Matrikulasi IIP.
SUMBER BACAAN:
Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP, 2015.
Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016.
Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom’s Story: Zainab Yusuf As’ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009.
==============================
Tanya Jawab Materi Pekan Ke 6 Program Matrikulasi IIP JKT Batch #2
Jumlah penanya : 14 anggota
Tanya : T, Jawab : J
1⃣ Bunda Yola:
T : Menanggapi materi motivasi ibu bekerja, kebetulan saya bekerja di ranah publik. Saya pribadi sangat menginginkan menjadi ibu bekerja di ranah domestik, namun karena alasan kebutuhan ekonomi saya bekerja di ranah publik, jadi motivasi saya bekerja bukanlah “Asal Kerja”, “Kompetisi”, maupun “Panggilan” tapi karena “Kebutuhan”. Hal ini seringkali membuat saya tidak puas dan sedih karena tidak punya pilihan. Di satu sisi meninggalkan anak karena dinas luar sangat sering, di sisi lain membutuhkan manfaat ekonomi dari dinas luar itu. Bagaimana memperbaiki perasaan saya selama ini untuk bisa menjadi Ibu bahagia yang mampu menularkan kebahagiaan itu ke dalam keluarga?
1⃣ Bunda Yola
J : Jika memang bekerja di ranah publik itu menjadi kesepakatan dan hal penting dalam keluarga, maka lakukan dengan sepenuh hati.
Saat mendelegasikan tugas, pastikan kalau sudah sesuai dengan value kita. Luangkan waktu untuk membicarakan value kita dengan asisten, kemudian latih asisten kita.
Saat di rumah manfaatkan waktu bersama anak sebaik mungkin. ✅
2⃣Bunda Leila
T : 1. Kalau ingin mencapai apa yang keluarga lain sudah raih, ini termasuk kompetisi bukan, ya? Arahnya lebih ke ‘mereka bisa, masak kami tidak’, misalnya hafalan Qur’an, semacam berlomba-lomba dalam kebaikan. Kita sedih kalau ketinggalan, tapi bukan berarti stres dan kesal pada yang sudah lebih sukses, kadang adanya kesal terhadap diri sendiri.
2. Untuk one bite at a time, jika target harian kita ada banyak aspek misalnya hafalan Qur’an, resep sehat tertentu, cek kandungan dan efek samping imunisasi yang akan diterima anak kita pekan depan, baca tips SEO, baca artikel parenting dari satu sumber sehari, browsing mau beli baju rumah cantik dengan harga terbaik, yang seperti ini termasuk terlalu banyak/tidak fokus kah?
2⃣ Bunda Leila
J : 1. Masing-masing keluarga memiliki ciri khasnya. Maka, maksimalkan kekuatan tersebut
2. Jika target harian tersebut mampu dilaksanakan secara kontinyu, itu bagus✅
3⃣ Bunda Lia:
T: 1. Untuk delegasi pekerjaan, bagaimana jika tidak ada orang yang didelegasikan untuk pekerjaan sebagai ibu (tidak ada ART dan anak-anak maish balita). Artinya, jika sebagai manajer harus mempunyai bawahan ya.
2. Seandainya keinginan bekerja itu datang karena perasaan bosan dengan pekerjaan rumah. Ingin juga rasanya beraktivitas yang menghasilkan di luar. Itu bagaimana?
3. Langkah yang dikerjakan agar segera move on dari ‘sekadar menjadi ibu’ Karena cukup sulit jika berubah langsung drastis dan konsisten.
3⃣ Bunda Lia
J: 1. Ajak anak-anak terlibat dalam aktivitas ibu yang sesuai dengan usianya.
Pemaknaan manajer di sini lebih ke pembaharuan pemahaman, dari yang ‘sekadar’ menjadi ‘lebih bermakna’.
2. Jika bosan melanda, coba kita berhenti sejenak. Tanyakan pada diri sendiri, untuk apa kita bekerja di dalam rumah? Seberapa ikhlas hati kita melakukan pekerjaan tersebut?
3. Langkah awal, ubah mindset kita menjadi ibu yang lebih bermakn.a✅
4⃣ Bunda Prima :
T: Sebagai ibu pekerja waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak lebih sedikit dibandingkan dengan ibu rumah tangga, yang setiap saat mungkin bisa mengontrol kegiatan anaknya. Berbicara soal aturan, saya di rumah sudah mendelegasikan aturan-aturan tersebut kepada orang-orang yang ada di rumah,bahkan menulis aturan-aturan tersebut biar selalu diingat, misalnya: anak saya dilarang beli makanan atau jajan yang macam-macam karena alasan kesehatan atau beli mainan setiap hari. Bukannya tidak boleh tetapi untuk membiasakan anak saya hidup sehat dan berhemat. Saat ini saya tinggal dengan mertua, dan aturan-aturan yang saya buat selama ini terkadang dilanggar karna alasannya “sayang dengan cucu atau kasihan dengan cucu kalau tidak dibelikan mainan dll”, pertanyaan saya apa yang harus saya lakukan agar aturan tersebut tetap dijalankan dan dilanggar, tanpa ada intervensi dari keluarga mertua misalnya, mengingat sebagai ibu pekerja waktu saya di rumah lebih sedikit?
4⃣ Bunda Prima
J : Kita tidak bisa mengesampingkan begitu saja peran mertua. Tetap hormati mereka sebagai orang tua kita.
Terkait aturan tentang anak, bicarakan terus dengan mertua, wilayah-wilayah yang boleh dan tidak boleh. Ajak ngobrol mertua juga tentang hal-hal yang baik dan sehat untuk anak-anak✅
5⃣ Bunda Kartini
T : Saya dulu sebagai wanita bekerja, sebelum memiliki anak, karena saya tidak rela meninggalkan anak, jadi cuti lahiran lanjut resign. Tetapi saat ini saya masih menumpang di rumah ortu saya. Jadi saya belum maksimal menjalankan fungsi sebagai manamer keluarga.
Bagaimana supaya saya menjadi manamer keluarga di rumah ortu saya? Apakah mungkin?
Bagaimana menyikapi perbedaan mendidik anak? Saya merasa banyak konflik jika masih bersama keluarga saya. Dan saat ini sedang membulatkan tekad untuk mandiri.
Apakah menjadi manajer keluarga, harus membuat jadwal perjam untuk tugas saya menjadi ibu untuk keesokan harinya?
5⃣ Bunda Kartini
J : Hal-hal yang kita tekadkan BISA, insyaAllah bisa kita lakukan.
Ada satu cerita dari bu Septi ketika beliau sekeluarga hidup satu rumah dengan orang tuanya. Beliau memberi batas aturan untuk anak-anaknya. Jika berada di wilayah ibu, maka aturan ibu yang dipakai. Jika berada di wilayah nenek, maka bisa memakai aturan nenek. Ini salah satu contoh strategi keluarga.
Manajer keluarga harus membuat jadwal?
Jika hal itu menjadi kebutuhan dan mendukung aktivitas ibu sebagai manajer keluarga, maka lebih baik dibuat.✅
6⃣ Bunda Ulifa
T : Bagaimana sarannya ya Bu, kadang suami itu mementingkan kegiatan saya di luar rumah tangga seperti berbagai macam kegiatan dakwah walaupun hari sabtu minggu (yang mana kedua hari tersebut enaknya digunakan untuk kegiatan keluarga karena suami libur sabtu dan minggu). Menurut suami, saya tidak masalah tidak mengerjakan kerjaan rumah saat ada kegiatan tetapi saya sendiri merasa ada beban jika menyelesaikan pekerjaan rumah tangga tertunda.
6⃣ Bunda Ulifa
J : Bisa dibicarakan kembali bersama suami, apa yang menjadi ganjalan hati bunda. Ungkapkan rasa hati yang selama ini menyelimuti bunda. Minta pendapat dan masukan lagi dari suami. Mudah-mudahan akan terwujud simpulan yang bisa diterima semua keluarga.✅
7⃣ Bunda Yunita
T : Sebagai manager rumah tangga, kita diminta menegakkan aturan. Sepemahaman saya, misalnya dalam hal kebersihan dan kerapihan rumah.
1. Bagaimana ya agar suami dan anak terlibat dalam urusan bersih-bersih di rumah tanpa terkesan menyuruh?
2. Lalu jika sudah sepakat dengan tugas dan tanggung jawabnya tapi lalai, bagaimana baiknya cara mengingatkan suami & anak agar kita tidak marah atau membuat suami & anak marah?
7⃣ Bunda Yunita
J : Jadikan kegiatan bersih-bersih sebagai aktivitas semua keluarga, semua anggota terlibat, semua anggota bertanggung jawab. Buat kesepakatan, jika lalai, apa yang harus dilakukan.
Misal: mengembalikan handuk setelah mandi ke tempat jemuran.
Masing-masing anggota bertanggung jawab untuk menaruh kembali handuknya setelah dipakai.
Jika lalai, maka ibu bertugas untuk mengingatkan anggota keluarga yang lalai hingga pekerjaan tersebut selesai.
🏼itu satu contoh saja ya.
Aturan tentang hal apa yang dilakukan jika terjadi kelalaian, bisa minta pendapat dari anggota keluarga.
Bisa ditanyakan ke anggota keluarga, jika lalai, maka ibu harus ngapain?
Kita gali ide dari semua anggota keluarga untuk menjadi kesepakatan bersama, sehingga ketika ada yang lalai, kita kembalikan pada kesepakatan yang telah dibuat bersama tersebut.✅
8⃣ Bunda Rita Fithra Dewi
T : Bagaimana membagi tugas yang “adil” dan menjaga kerja sama dengan seluruh anggota keluarga yang memiliki perbedaan umur. Seperti dengan anak-anak yang umur range-nya dari 12 tahun, 7 tahun dan 5 tahun.
8⃣ Bunda Rita Fithra Dewi
J : Adil, pemahaman saya, memenuhi sesuai kebutuhan. Maka, kebutuhan anak usia 12 tahun akan berbeda dengan anak usia 7 tahun atau 5 tahun. Kebutuhan-kebutuhan ini bisa kita gali informasinya dari masing-masing anak tersebut. Kemudian coba ditata dan disinergikan.
Usia 5, 7 dan 12 tahun sudah mulai bisa menyelesaikan aktivitas sesuai kemampuan mereka. Maka, buat kesepakatan dengan anak-anak tersebut, apa yang akan mereka kerjakan masing-masing dan apa yang akan mereka lakukan bersama✅
9⃣ Bunda Retta
T : 1. Bagaimana menentukan prioritas dalam menerapkan teori manajer rumah tangga? Apakah lebih baik menjadi manajer keuangan dulu, manajer pendidikan atau yang mana?
2. Apa parameter keberhasilan kita sudah menjadi manajer yang berhasil?
9⃣ Bunda Retta
J : 1. Sesuaikan dengan kebutuhan bunda
2. Pribadi kita semakin bahagia, pelanggan utama kita (suami dan anak) pun semakin bahagi.a✅
1⃣0⃣ Bunda Omi
T : 1. Sejauh mana sebuah prinsip kompetisi membuat kita stres? Karena saya suka kompetisi terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas keluarga. Seperti misal: keluarga A bagus dari sisi akhlak, membuat saya terpacu untuk seperti mereka
2. Karena saya mengerjakan semua pekerjaan sendiri tanpa ART, dan saya mau semua hal serba cepat selesai tapi saya jadi banyak lalai, maunya cekatan tapi suka memecahkan dan merusak barang. Bagaimana menjadi ibu yg gesit tapi cekatan dan hati-hati?
3. Kadang saya membutuhkan partner agar anak-anak bisa “tenang” dan saya bisa aktif sendiri mengerjakan pekerjaan domestik rumah. Tapi jujur saya tidak rela anak saya menonton tv. Niatnya sehari hanya menonton 2 jam, tapi kadang jadi 3 jam. Apa solusi agar anak tanpa tv atau sangat sedikit menonton tv? Kebetulan di rumah saya banyak sekali mainan dan buku-buku edukatif, tapi waktu anak-anak bermain ketika rumah sudah rapi dan anak-anak sudah mandi serta makan pagi
1⃣0⃣ Bunda Omi
J : 1. Ketika kesuksesan keluarga lain membuat kita ‘panas’. Mengamati sisi baik keluarga lain, boleh. Terpenting, setiap keluarga punya kekuatan masing-masing, maka optimalkan.
2. Sama dengan saya bunda, tanpa ART Fokus dan tenang ketika melakukan satu aktivitas.
3. Maksimalkan aktivitas tanpa TV. Ketika beraktivitas tanpa TV tersebut, temani anak-anak, terlibat penuh secara fisik maupun psikologis, hingga anak tercukupi kebutuhannya✅
1⃣1⃣ Bunda Neng
T : Bagaimana cara meningkatkan peran dari seorang kasir keluarga menjadi manajer keuangan keluarga?
1⃣1⃣ Bunda Neng
J : Cari ilmu seperti apa manajer keuangan keluarga itu, kemudian praktikkan.
Misal, selama ini aktivitasnya menghitung uang masuk dan keluar saja
Setelah dapat ilmunya, kemudian bisa praktik mengalokasikan dana ke pos-pos yang lebih tertata sesuai perencanaan keluarga✅
1⃣2⃣ Bunda Oktiin
T : Mau nanya tapi situasinya kayak gini: Ga punya orang yang bisa bantu didelegasikan tugas, kecuali suami. Karena orangtua sudah tua. Jadi suka kecapean sendiri. Bagaimana mengatasinya?
1⃣2⃣ Bunda Oktiin
J : Bagaimana dengan anak-anak?
Sudah dikomunikasikan langsung dengan suami untuk mencari solusi bersama?✅
1⃣3⃣ Bunda Yulmia
T : Kalau boleh tau,bagaimana pembagian waktu bu Septi waktu anak-anak nya masih balita..? Dan apakah bu Septi pernah mengalami kegagalan-kegagalan dalam menjadi manajer keluarga..? Kalau pernah, bagaimana cara bu Septi menghadapi kegagalan tersebut?
1⃣3⃣ Bunda Yulmia
J : Hal yang pernah diceritakan ibu Septi kepada kami adalah saat anak-anak balita, Ibu Septi fokus pada wilayah bunda sayang dan cekatan.
Saat mau masuk ke ranah bunda produktif, beliau tetap melibatkan anak-anak.
Pesan dari Pak Dodik, Ibu Septi boleh berperan di ranah Bunda Produktif asalkan anak-anak tetap bersama bunda sampai usia 12 tahun
Jadi, kegiatan bunda produktif dipilih yang bisa melibatkan anak-anak✅
1⃣4⃣ Bunda Agustin
T : Saya ibu yang bekerja, suami saya belum punya pekerjaan lagi. anak masih balita. Kami tidak punya ART. Sering kali saya bingung menentukan prioritas. Keluarga atau kantor. Pekerjaan saya mengharuskan lembur dan sering keluar kota berhari-hari. Hal itu tentu saja belum bisa saya lakukan. Saya tidak enak jika izin minta kelonggaran terus menerus. Tetapi saya juga tidak sanggup meninggalkan suami atau anak. Manajemen yang bagaimana yang bisa saya terapkan?
1⃣4⃣ Bunda Agustin
J : Terus semangat yaa.
Yakin bahwa Allah sayang pada hamba-Nya.
Komunikasikan dengan suami, bagaimana baiknya solusi yang akan diambil. Bagaimanapun, ini menyangkut keberlanjutan biduk rumah tangga Bunda dengan suami. Kesepakatan manajemen seperti apa yang akan muncul, mudah-mudahan menjadi solusi baik untuk Bunda sekeluarga,✅
Jawaban Bunda Septi Peni Wulandani:
1⃣3⃣Bunda Yulmia,
tetapkan prioritas terlebih dahulu, dan lakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Saya berikan contoh yang saya lakukan saat enes ara kecil (jarak mereka 15 bulan) dan saya tanpa ART.
Saya komunikasikan dulu ke pak Dodik, mana kondisi dari ketiga hal ini yang paling membuat pak Dodik bahagia, silakan diurutkan.
1⃣Anak terurus dengan sangat baik
2⃣Makanan terhidangkan fresh dari tangan saya
3⃣Rumah rapi
Ternyata pak Dodik memilih urutan 1⃣3⃣2⃣ ,akhirnya saya minta waktu per 3 bulanan untuk bisa belajar setahap demi setahap dan satu-persatu, sampai 3 kompetensi dasar tersebut bisa saya penuhi kemampuan minimalnya.
Saya tambahkan sedikit. Tahapannya ya yang sudah pernah saya lakukan.
Pak Dodik itu tipe suami yang ingin rumahnya rapi terus.
Waktu itu saya berikan pilihan, karena saya bukan wonder woman .
Beliau pilih anak di urutan pertama, “Tapi setiap pukul 7 malam rumah rapi, ya” (karena pak Dodik waktu itu pulang kantor pukul 7).
Saya penuhi hal tersebut selama 3 bulan pertama.
Setelah 3 bulan kedua, saya perpanjang jam rapi rumah demikian seterusnya, sampai 3 kompetensi dasar bisa terpenuhi semua. Kalau tidak bisa semua, kembali ke yang utama dan pertama.
Maka pahami kemampuan diri kita, komunikasikan dengan orang sekeliling kita, terutama yang masuk di lingkaran 1 kita. ✅
Selanjutnya ke pertanyaan apakah pernah gagal? Sering!
karena dulu nggak pernah bikin jadwal harian
Adapun yang perlu diingat dalam menambah jam terbang adalah “kesungguhan praktik”, tidak hanya “sekadar praktik”.
Sehingga apabila kita 1-3 jam saja bersungguh-sungguh mengamati perkembangan anak kita, bermain dengan mereka sehingga bisa menambah *kompetensi* kita sebagai ibu, karena kita menjalankan peran kita sebagai ibu, maka sudah masuk hitungan jam terbang.
Karena ada ibu yang bersama anaknya full berjam-jam tapi tidak menjalankan peran keibuannya.
Jadwal yang kita buat harian itu dalam rangka kita melihat “track” kita hari ini.
Maka ketika anak kita menjadi prioritas utama, usahakan jadwal kita yang menyesuaikan mereka.
Kemudian di sela waktu longgar kita, kembali ke jadwal yang sudah kita susun.
Itu baru namanya fleksibel. Seperti lingkaran karet, ketika track-nya melingkar dengan diameter tertentu, bisa kita regangkan dengan diameter di luar track, tetapi setelah itu bisa kembali lagi ke track semula.
Berbeda dengan lingkaran kawat, apabila kita bentangkan di luar track, tidak serta merta kembali ke bentuk semula. Bentuknya akan berubah dari track awal.
Semoga analogi ini dipahami.
Ini yang kadang kita banyak mispersepsi,
“Mengapa harus buat jadwal, jadi orang itu yang fleksibel saja”
Apa yang dimaksud dengan fleksibel?
Biasanya banyak yang menjawab:
“santai, mengalir tanpa rencana” dan yang sejenis.
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.
Kalau kemampuan itu kita lakukan tanpa kita punya ROAD MAP hidup, tanpa jadwal kegiatan penting hari ini, terlihat bahwa kita TIDAK PUNYA TRACK YANG BENAR,
maka pasti hidup kita berantakan, mudah terbawa arus ke mana angin berhembus.
✅
============================================================================
Review NHW #6_
*BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA*
Bunda, terima kasih sudah membuat beberapa kategori tentang 3 hal aktivitas yang Anda anggap penting dan tidak penting dalam hidup anda.
Dalam menjalankan peran sebagai manajer keluarga, manajemen waktu menjadi hal yang paling krusial.
Karena waktu bisa berperan ganda, memperkuat jam terbang kita, atau justru sebaliknya merampasnya. Tergantung bagaimana kita memperlakukannya.
Masih ingat istilah DEEP WORK dan SHALLOW WORK?
Dulu kita pernah membahas hal ini di awal-awal kelas. Tahapan-tahapan yang kita kerjakan kali ini adalah dalam rangka melihat lebih jelas bagaimana caranya shallow work kita ubah menjadi Deep Work.
Kita akan paham mana saja aktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita.
1⃣. Refleksikan aktivitas dan kemampuan manajemen waktu kita selama ini
Menurut Covey, Merrill and Merrill (1994) cara yang paling baik dalam menentukan kegiatan prioritas adalah dengan membagi kegiatan kita menjadi penting-mendesak, penting-tidak mendesak, tidak penting-mendesak, dan tidak penting-tidak mendesak. Menurutnya, segala hal yang kita kerjakan dapat digolongkan ke dalam salah satu dari empat kuadran tersebut.
Agar lebih jelas, silakan teman-teman belajar memasukkan aktivitas-aktivitas yang selama ini kita lakukan dalam kategori kuadaran di bawah ini.
2⃣ Setelah aktivitas terpetakan, fokuslah pada hal-hal yang penting (baik mendesak atau tak mendesak) karena pada kegiatan yang penting inilah seharusnya kita mengalokasi paling banyak waktu yang kita miliki.
3⃣ Rencanakan dengan baik semua aktivitas yang Anda anggap penting.
Kita akan kehabisan waktu, tenaga dan sering gelisah jika kita sering melakukan kegiatan yang sifatnya penting dan mendesak.
Contoh: Mengumpulkan NHW matrikulasi itu Anda masukkan kategori aktivitas Penting, karena kalau tidak mengumpulkan kita akan mendapatkan peluang tidak lulus.
Sudah ada deadline yang diberikan oleh fasilitator. Andaikata kita memasukkannya ke kuadran 2, artinya kita akan masukkan NHW dalam perencanaan mingguan kita, membuat hati lebih tenang. Tetapi kalau tidak kita rencanakan, NHW itu akan masuk ke aktivitas kuadran 1, di mana penting bertemu dengan genting (mendesak) paling sering membuat kita gelisah di saat detik-detik terakhir deadline pengumpulan.
Kalau ini berlangsung terus-menerus, maka kita akan cepat capek dan stres yang berlebihan karena terlalu sering dibombardir oleh masalah dan krisis yang datang bertubi-tubi. Jika ini terjadi, secara naluriah, kita akan lari ke kuadran 4 yang sering kali tidak memberikan manfaat bagi kita.
Idealnya, semakin banyak waktu yang kita luangkan di kuadran 2, secara otomatis akan mengurangi waktu kita di kuadran 1 dan 3, apalagi kuadran 4, karena dengan perencanaan dan persiapan yang matang, banyak masalah dan krisis yang akan timbul di kemudian hari dapat dihindari.
4⃣ Membuat kandang waktu (time blocking) untuk setiap aktivitas yang harus Anda kerjakan.
Membuat agenda mingguan dan harian dengan mengaplikasikan teori time blocking dan cut off time. Kita bisa membagi secara rinci aktivitas harian dalam hitungan jam atau menit agar waktu tidak terbuang sia-sia.
5⃣ Unduh Aplikasi atau buku catatan untuk membantu kita mengorganized semua jadwal kita
Saat ini ada banyak aplikasi organizer yang bisa membantu dan mengingatkan kita setiap saat.
Sampai di sini mungkin ada di antara kita yang bertipe “unorganized” (menyukai ketidakteraturan, termasuk waktu).
Sehingga muncul pertanyaan,
“Mengapa sih harus repot-repot dan sangat detail dengan manajemen waktu?”
Kalau menurut teori Cal Newport,
Semakin detail manajemen waktu Anda, semakin bagus pula kualitasnya.
Semakin bagus kontrolnya, semakin bagus pula efeknya.
Sekarang tinggal dipilih, Anda mau tipe yang organized sehingga menggunakan TIME BASED ORGANIZATION atau tipe yang unorganized dan menggunakan RESULT BASED ORGANIZATION.
Kalau time based artinya kita akan patuh dengan jadwal waktu yang sudah kita tulis. Dan komit menerima segala konsekuensi apabila melanggarnya.
Apabila RESULT BASED ORGANIZATION, Anda perlu membuat pengelompokan kegiatan saja. Boleh dikerjakan kapan pun, selama komitmen terhadap target/hasil yang sudah dicanangkan bisa terpenuhi dengan baik.
Apa pun tipe Anda dan keluarga KOMITMEN tetap nomor satu.
Di Ibu Profesional, manajemen waktu ini wajib dikuasai dan diamalkan oleh para ibu sebelum masuk ke tahap bunda produktif.
Kita perlu menekankan pentingnya membuat rencana kerja untuk setiap minggu dan setiap hari, dengan memprioritaskan aktivitas yang penting.
Dengan demikian diharapkan kita dapat menjadi lebih produktif tanpa lelah dan stres yang berlebihan.
Demi masa, semoga kita semua tidak termasuk golongan orang yang menyia-nyiakan waktu.
Salam Ibu Profesional,
Tim Matrikulasi Ibu Profesional.
Sumber Bacaan:
Materi Matrikulasi IIP batch #2 sesi #6, Ibu Manajer Keluarga Handal, 2016.
Hasil NHW#6, Peserta Matrikulasi IIP, 2016.
Malcolm Galdwell, Outliers, Jakarta, 2008.
Steven Covey, The Seven Habits, Jakarta, 1994.