Kemarin (06/11) anak-anak masih lanjut berebut boneka kaos kaki yang saya belikan pada Festival Dongeng Internasional Indonesia sehari sebelumnya, juga balon yang kami peroleh dari acara tersebut. Dalam keadaan capek sepulang kantor, kadang pertengkaran seperti itu kian menambah kelelahan saya. Menjaga agar nada suara tidak meninggi adalah PR tersendiri. Tadinya saya menerapkan konsekuensi seperti barang bisa diambil dari anak-anak kalau mereka tidak bisa mempertahankan haknya (kalau mainan itu memang jatah mereka) atau meminta izin dengan baik. Namun perkataan seorang teman menyadarkan saya, kalau diberi sanksi seperti itu, bagaimana dengan konsep kepemilikan yang seharusnya juga dipahami betul oleh anak?
Yang saya lakukan, pertama adalah mengusir rasa baper. Kedua, menggali lagi materi komunikasi produktif yang menjadi bahan level pertama kelas Bunda Sayang IIP. Iya, sering masih lupa soalnya untuk betul-betul menerapkan teknik ini. Maka, hasilnya juga tidak ‘instan’, masih perlu waktu. Ketiga, doa, tentunya. Mungkin ini ‘tidak kreatif’, tapi saya percaya segala ide dan solusi, atau bahkan jalan lain yang tidak terpikirkan sebelumnya, datangnya adalah dari Allah swt.
Dari sini juga saya belajar bahwa membelikan dua barang yang sama/serupa untuk masing-masing anak bukanlah solusi yang selalu pas. Yang lebih penting adalah mengenalkan konsep berbagi maupun konsep kepemilikan sesuai usia.
#Tantangan10Hari
#Level9
#KuliahBunSayIIP
#ThinkCreative