Presentasi kelompok 8 yang beranggotakan mba Merly dan mba Sari ini lebih fokus pada pendidikan seksualitas untuk anak laki-laki. Penyajian bahan diberikan dalam bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu dengan memanfaatkan rekaman audio.
Setelah materi, beberapa peserta pun mulai bertanya:
1⃣ Maksudnya bagaimana dgn anak tidak boleh bermain air di kamar mandi melainkan harusnya diajarkan membersihkan najis?
➡ Maksudnya tidak boleh bermain air di sini, tidak boleh bermain air, mengobok2 air di WC mba, karena WC kan kotor, jadi air di dalam WC najis, tidak untuk dimain-mainkan.
2. Untuk yang tidak memiliki ayah, dan peran pengganti ayah, adakah solusi untuk tetap menjaga fitrah anak laki-laki?🙏
Jawaban mba Merly Hadirkan sosok laki2 dari orang di sekitarnya, jika tidak ada paman, kakek, bisa juga guru. Mungkin mba Merly mau menambahkan?
Tambahan dari mba Sari: Sepengetahuan saya juga begitu mba, atau apabila ayahnya sibuk bekerja, tetap hadirkan sosoknya melalui cerita-cerita tentang ayahnya. Bisa juga dengan cerita-cerita mengenai sosok tauladan kita Nabi Muhammad SAW, sosok sahabat, dll.
=======================
Review dari saya:
Solusi menarik yang selama ini jarang saya dengar dari pemateri lain, yang sebagian di antaranya berjenis kelamin laki-laki adalah pemanfaatan kisah untuk mengajarkan fitrah kelaki-lakian untuk anak lelaki yang ibunya single parent atau ayahnya jarang pulang. Biasanya kan ditekankan harus ada sosok pengganti lain seperti paman atau kakek.
Tentang permainan di kamar mandi, saya juga pernah membaca bahwa pengenalan anggota tubuh yang seringkali dilakukan sambil mandi (Nak, ini bunda bersihkan tangannya dulu ya, sekarang kita keramasin rambutnya yuk, dst) itu juga tidak boleh karena berkaitan dengan adab di kamar mandi yang sebenar diminta untuk minimalkan obrolan.
Mba rekaman audionya spt apa? Kepo hehe
Seperti apa yaa, hihihi, coba colek-colek mba Sari, Mba Oktin….
Pingback: fitrah seksualitas – Honey's Garden