Kali ini saya mengambil referensi untuk Tantangan 11 Kelas Bunda Sayang Ibu Profesional yang bertema Fitrah Seksualitas Anak ini dari dua buku yaitu Modern Islamic Parenting (Dr. Hasan Syamsi, penerbit Aisar) dan Islamic Parenting (Syaikh Jamal Abdurrahman). Dari buku pertama, Modern Islamic Parenting, catatan yang saya kutip adalah sebagai berikut:
Memberikan pencerahan kepada anak terkait pertumbuhan jasmani dan seksual khususnya ketika sudah menginjak usia baligh merupakan tanggung jawab kedua orang tua. Mengabaikan tanggung jawab ini bisa saja membuat anak menjadi korban informasi-informasi salah yang mereka dengar dari orang lain, atau sasaran keraguan dan kebohongan yang didapatkan anak dari sana-sini.
Jangan mengajari anak Anda bahwa fenomena pertumbuhan seksual sebagai sesuatu yang buruk. Salah jika anak merasa bahwa salah satu organ tubuhnya sebagai sesuatu yang buruk dan dibenci. Ajarilah anak Anda untuk menerima diri dan tubuhnya, dan pada saat yang bersamaan ajaklah anak Anda untuk menjaga dan mengontrol diri, menghiasi diri dengan kehormatan dan segala yang diajarkan Islam.
Anda berdua perlu mengajarkan perubahan-perubahan yang akan terjadi pada fisik anak saat menginjak usia baligh, seperti buah dada membesar, tumbuhnya bulu kemaluan, dan haid pada anak perempuan, dan mimpi basah pada anak laki-laki. Usahakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anak tentang masalah-masalah seksual dengan bahasa sederhana dan tidak detail.
Kadang tanpa diduga anak bertanya kepada ibu, “Bagaimana Ibu melahirkan anak? Bagaimana Ibu mengandung janin di dalam perut?” Mari kita jelaskan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman anak. Misalkan kita katakan padanya, “Perhatikan tanaman-tanaman di kebun itu. Pada mulanya hanya berupa biji-bijian di tanah yang dirawat petani. Seperti itu juga kamu. Pada mulanya kamu adalah benih dalam perut ibumu yang terus dijaga hingga kau berkembang dan keluar ke dunia ini dalam bentuk bayi.”
Ajarkan kepada anak Anda sejak dini bahwa tubuhnya hanya miliknya saja. Siapa pun tidak boleh menyentuhnya, kecuali kedua orangtua saat memandikan di kamar mandi, membersihkan atau menggunakan pakaian. Ajarkan padanya untuk menolak permintaan siapa pun untuk menyentuh tubuhnya atau melepas pakaiannya.
Sedangkan dari buku kedua, Islamic Parenting, pendidikan seksualitas masuk ke bab 5, Pendidikan Anak Usia Pranikah. Saya kutipkan:
Termasuk tugas orangtua adalah mengajarkan pendidikan seks pada anak. Anak bisa jadi telah mendapatkan sedikit ilmu tentang ini di sekolah, di pesantren, atau di tempat lain. Namun, mereka belum mendengar secara pribadi dari kedua orang tua. Sebab, sebelumnya pengetahuan ini belum pantas dibicarakan karena masih tabu dan belum diperlukan. Selain itu, membicarakan hal ini saat anak belum balig akan membuat anak malu dan canggung.
Pendidikan seks untuk anak yang perlu disampaikan adalah hukum yang berkaitan dengan anak yang sudah balig dan etika-etika pernikahan. Misalnya, bila telah balig seorang anak perempuan akan mengalami haid dan mimpi basah. Demikian pula dengan anak laki-laki. Saat mencapai usia balig, anak laki-laki akan bermimpi dan mengeluarkan mani. Bisa jadi saat itu ia belum mengetahuinya.
Hal yang perlu disampaikan juga adalah bahwa saat mencapai usia balig akan timbul keinginan biologis; ketertarikan kepada lawan jenis, dan gejolak-gejolak masa pubertas.
Pendidikan seks perlu disampaikan secara bertahap. Anak yang hampir mencapai usia balig sebaiknya diberi tahu tentang hukum-hukum pubertas, tanda-tanda balig dan sebagainya. Bila anak telah balig, ia cukup diajari solusi persoalan anak pada usia balig. Misalnya, anak laki-laki diajari tentang mimpi basah, cara mandi janabat dan rukun-rukunnya. Sedangkan bagi anak perempuan diajarkan pula tentang darah haid, hukum-hukum haid, dan cara bersuci darinya.
Secara umum remaja berusia antara 10 s.d. 14 tahun dan lebih khusus pada usia 12 s.d. 15 tahun dan usia sekitar itu harus sudah diajak berdialog tentang air mani dan penyebab keluarnya. Orang tua harus menunjukkan bahwa itu merupakan tanda balig dan dengan itu seseorang dikenai beban taklif syariat.
=======================
Review dari saya:
Dari sudut pandang pendidikan seks menurut Islam, kedua buku ini cenderung menyarankan untuk menahan informasi terkait seks sampai anak menjelang usia aqil baligh. Mendapat informasi dari luar barangkali memang tidak terhindarkan, tetapi bukan menjadi alasan untuk mempercepat penjelasan, demikian yang saya tangkap. Namun jika anak bertanya, ada alternatif jawaban yang tidak terlalu langsung, sesuai dengan usianya.
Selain itu di buku pertama juga ada konten terkait penerimaan akan perubahan di tubuh yang terjadi. Hal ini yang jarang dibahas di materi lain, padahal sebenarnya cukup penting. Adakalanya penyimpangan perilaku seksual muncul akibat tidak menerima perubahan organ tubuh seiring tibanya masa pubertas ini.