Sejak anak-anak masih bayi sampai sekarang, kami tidak pernah meminumkan obat saat mereka batuk pilek. Kecuali madu ya, setelah mereka berusia lebih dari satu tahun. Bukan karena kami takut minum obat, antiobat kimia atau sejenisnya, melainkan karena batuk pilek biasa pada anak kan penyebabnya adalah virus. Ini juga didukung oleh dokter keluarga kami yang rajin ajakin baca-baca referensi tepercaya tentang penyakit-penyakit anak. Jadi in sya Allah kalau cuma batuk pilek aja, sih, akan sembuh dengan meningkatnya daya tahan tubuh.
Karena pada dasarnya akan ‘sembuh sendiri’, obat batuk pilek yang beredar di pasaran fungsinya adalah mengurangi gejala yang timbul. Iya, hidung meler, tersumbat, batuk, itu kan reaksi atas virus yang masuk, yang maksudnya justru mau membuang virus itu keluar.
Namun tidak memberikan obat bukan berarti lalu dibiarkan saja, ya… Ini pandangan yang salah kaprah juga. Tentunya kami melakukan hal-hal yang diperlukan seperti menjaga asupan cairan, mengingatkan untuk istirahat, mengajak anak-anak rajin cuci tangan, mengajari cara bersin dan batuk yang benar, memakai masker khususnya bagi orang dewasa yang batuk pilek di rumah agar kumannya tidak menyebar, juga memantau tanda kegawatdaruratan yang mungkin muncul. Untuk menyamankan anak, kadang kami gunakan balsem yang bisa membantu melegakan pernapasan. Pastinya pilih produk yang aman, dong.
Produk yang sudah saya percaya sejak Fathia masih bayi dulu (alias 7 tahun yang lalu) adalah Transpulmin. Nah, bulan lalu, tepatnya tanggal 24 November, Transpulmin mengadakan talk show di RSU Bunda Menteng dengan pembicara dr. Melanie Yudiana Iskandar, Sp.A. Temanya menarik, nih, “Bebaskan Nafasnya, Kembalikan Cerianya”. Materi yang berhubungan dengan apa yang cukup sering dihadapi oleh orang tua, plus diadakan oleh brand tepercaya, tentu saya tidak mau melewatkannya.
Dokter Melanie menerangkan bahwa batuk sesungguhnya merupakan sinyal bahwa ada benda asing yang masuk. Jadi refleks batuk jangan ditekan paksa, nanti benda asingnya malah tidak bisa keluar, kan. Biasanya efek menekan batuk inilah yang menjadi salah satu tujuan dari pemberian obat batuk.
Obat-obatan hanya meredakan gejala, bukan menyembuhkan penyakit. Padahal ada juga risiko efek sampingnya. Penyakit batuk pilek sendiri akan sembuh dengan meningkatnya daya tahan tubuh. Kadang ada orangtua yang datang ke dokter dengan harapan ingin segera sembuh, malah sampai request obat tertentu hingga ‘menekan’ dokter, padahal penyembuhan dari penyakit itu perlu proses. Jangan buru-buru juga berikan antibiotik, bahkan ingus hijau bukan pertanda bahwa penyebabnya adalah bakteri yang perlu antibiotik.
Kita bisa nyamankan anak dengan beberapa tindakan di rumah, lho. Kurangi juga potensi penularan dengan mengajarkan anak mencuci tangan dengan baik. Orang dewasa pun kalau sudah mulai merasa tidak enak badan, sebaiknya mulai gunakan masker agar tidak keburu menular.
Selain upaya-upaya di atas, selama merawat anak yang sakit di rumah, waspadai juga jika ada tanda kegawatdaruratan. Misalnya sesak napas, yang artinya napas anak jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan kondisi normal. Pada anak yang berusia lebih dari sebulan, napas sebanyak 40 s.d. 60 kali per menit sudah bisa digolongkan ke dalam sesak napas. Jika ini yang terjadi, biasanya terlihat bahwa anak perlu usaha lebih dalam bernapas, cuping hidungnya sampai kembang kempis dan dadanya tertarik ke dalam.
Selain itu, kondisi seperti dehidrasi misalnya apabila bayi/anak tidak mau atau kesulitan minum, atau kecurigaan akan masuknya benda asing yang memicu batuknya, adalah sebagian tanda gawat darurat lain yang artinya bayi atau anak perlu segera dibawa ke dokter, bahkan ke IGD.
Sebagai langkah pencegahan, dr. Melanie mengingatkan untuk selalu menjaga asupan bergizi bagi anak. Cuci tangan dengan benar, meski terlihat sepele, tetapi penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Imunisasi melalui vaksinasi juga perlu dilakukan sesuai jadwal.
Brand Manager Transpulmin ibu Esri menerangkan tentang Transpulmin yang sudah hadir sejak 30 tahun yang lalu di Indonesia, dan hingga kini mendominasi market untuk produk serupa. Karena aman dipakai, Transpulmin direkomendasikan juga oleh para dokter.
Untuk bayi dan anak, Transpulmin punya dua varian produk, yaitu Transpulmin BB dan Transpulmin Kids. Eh, ada juga Transpulmin yang untuk dewasa, lho. Masing-masing punya keunggulan yang sudah disesuaikan dengan usia pemakai.
Transpulmin Baby (dulu namanya Transpulmin BB) diperuntukkan bagi bayi hingga toddler atau usia 0-2 tahun dengan kandungan ekstrak bunga Chamomile dan Eucalyptus (kayu putih) yang memberikan efek terapi. Untuk anak usia di atas 2 tahun, gunakan Transpulmin Kids yang diperkaya dengan kandungan Menthol dan Camphor agar efek hangat dan aroma melegakannya lebih terasa.
Oh iya, jangan lupa, Transpulmin ini meskipun aman tetapi bukan untuk dioleskan di area wajah yaa… Kadang ada yang mengoleskan di bawah hidung, nah itu tidak disarankan. Oleskan saja di daerah leher, dada, atau punggung bayi atau anak.
Cynthia Ganesha, istri Giring ‘Nidji’ selaku ibu dari 4 anak ikut memberikan testimoni positif atas penggunaan Transpulmin sejak anaknya masih bayi. Pemberian Transpulmin untuk menyamankan anak ini juga didukung oleh dokter anaknya, jadi ia memang tidak buru-buru periksa ke dokter kalau batuk pileknya baru beberapa hari dan masih bisa dinyamankan. Terbukti, Transpulmin membantu agar gejala batuk pilek yang dirasakan tidak lagi terlalu mengganggu, sehingga juga mempercepat pemulihan.
@Transpulmin.Indonesia
#BebaskanNafasnyaKembalikanCerianya
Pingback: Batuk Pilek dan Influenza, Serupa tapi Tak Sama | Leila's Blog