Sebagaimana banyak anak lain di berbagai negara yang terkena dampak pandemi Covid-19, anak-anak saya juga belajar dari rumah sejak bulan Maret 2020. Anak sulung saya duduk di kelas 2 SD, sedangkan adiknya merupakan murid TK A. Masih kelas awal, sehingga pelajarannya juga belum begitu rumit. Alhamdulillah, sekolah mereka pun masih tergolong “manusiawi” dalam memberikan tugas, tidak seperti curhatan beberapa teman.
Meski demikian, harus saya akui bahwa hambatan tetap ada. Memori ponsel saya kepenuhan akibat terlalu banyak menyimpan video tugas untuk disetorkan. Saya kadang kewalahan membagi waktu antara mendampingi anak dengan mengerjakan tugas kantor, khususnya ketika ada ujian pada hari yang sama. Adakalanya anak juga “mogok” karena mengantuk, terlebih pada bulan puasa kemarin.

Menemani anak-anak belajar di rumah
Sampai kapan para orang tua harus “juggling” begini? Yang saya baca dari artikel-artikel tepercaya, para ahli pun tidak bisa menentukan dengan pasti kapan pandemi ini berakhir. Jadi, yang bisa kita semua lakukan adalah terus beradaptasi.
Pertengahan bulan Juli ini, tahun ajaran baru 2020/2021 akan dimulai. Sekolah anak-anak saya sudah mengirimkan informasi pendahuluan mengenai gambaran proses belajar mengajar nanti. Umumnya, hari-hari awal masuk sekolah pada tahun ajaran baru akan diisi dengan semacam sesi pengenalan dan pengondisian. Kebetulan anak-anak saya berada pada posisi naik kelas, maksudnya bukan dalam keadaan masuk ke sekolah yang benar-benar baru. Terbayang kalau baru masuk TK atau SD misalnya, pasti proses adaptasinya juga ekstra. Teman-teman sekelas anak pertama saya kabarnya tetap, sedangkan teman sekelas anak kedua saya akan berubah.
Baca Juga: Siapkan Diri Hadapi New Normal
Bagaimana persiapan saya sebagai orang tua dalam menghadapi periode baru pembelajaran ini? Tempo hari saya menyimak webinar yang diadakan oleh sebuah penyedia layanan belajar dari rumah. Webinar yang mengambil tajuk “Keterlibatan Orang Tua dalam Pembelajaran Daring” tersebut salah satunya menghadirkan Ibu Achsinfina H. Sinta, M.Psi., Psikolog Pendidikan.
Bu Sinta banyak berbagi tentang tips mendampingi anak belajar di rumah. Diingatkan oleh Bu Sinta, perubahan kebiasaan memang menjadi sebuah tantangan.
“Tidak semua anak punya ketahanan dalam berubah atau beradaptasi dengan cepat,” sebut Bu Sinta. Sebagian anak mungkin akan merasa cemas atau takut, misalnya cemas tidak bisa bermain karena tugas sekolah yang banyak, hingga takut saat ada keluarga yang menganggur, sakit, atau meninggal.
Kekerasan domestik menurut catatan Bu Sinta juga cenderung meningkat pada masa sekarang, dengan kondisi semua anggota keluarga berada di rumah. Karena bersama-sama setiap saat, potensi friksi antara anak dengan orang tua pun lebih sering terjadi. Kebiasaan-kebiasaan anak yang mungkin dulu luput dari perhatian orang tua yang seharian berada di luar rumah, kini terpampang nyata di depan mata. Perlu pendekatan yang tepat dalam menyikapi kondisi baru ini agar tidak berdampak negatif.
Untuk anak-anak usia sekolah dasar maka otomatis dalam menjalani belajar dari rumah tetap harus selalu didampingi oleh orang tua. Dalam membersamai anak belajar dari rumah, Bu Sinta mengajak agar orang tua memahami anak, bukan sekadar mengawasi dan menyediakan peralatan. Menantang, memang.
“Tantangan bukan hal menakutkan yang harus kita hindari, tetapi justru harus kita jalani dan hadapi bersama-sama. Pada saat anak-anak melihat bahwa ada ayah bundanya yang menemani, otomatis anak merasa nyaman. Kenyamanan ini sebetulnya yang diperlukan oleh anak,” terang Bu Sinta lagi.
Selain itu, kita perlu tahu gaya belajar yang efektif bagi anak. Dikutip dari Quantum Learning hasil karya Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1992), ada tiga gaya belajar anak:
- Modalitas visual, bisa jadi kamar anak penuh dengan gambar-gambar untuk membantu belajarnya.
- Modalitas auditori, anak ketika belajar sambil mendengarkan musik, dan lebih lancar mengingat sesuatu yang ia dengar.
- Modalitas kinestetik, anak perlu bergerak ketika belajar, misalnya sambil berolahraga atau menari.
Dengan gaya yang sesuai, anak bisa lebih nyaman dan lancar dalam belajar. Dukung dengan tidak menghakimi, melainkan bantu anak belajar menurut gayanya masing-masing.
Baca juga: Memahami Gaya Belajar Anak
Hal-hal lain yang bisa dilakukan adalah:
- Ajak anak diskusi untuk menyepakati bersama peraturan belajar di rumah.
- Ajak anak membuat time table bergambar bersama, lalu diskusikan jadwal/rencana anak.
- Orang tua tetap perlu mengobrol dengan guru agar terjadi kesinambungan dalam proses belajar mengajar dan bisa saling support.
Bu Sinta mengajak agar orang tua memahami anak. Kuncinya adalah mendengarkan, jangan hanya mau didengarkan.
“Mendengarkan itu adalah skill yang harus terus kita gali. Memang tidak mudah, apalagi menangani anak-anak berusia remaja. Perhatikan waktunya, perhatikan kata-katanya,” pesan Bu Sinta.
Baca Juga: Komunikasi Produktif dalam Keluarga
Untuk anak laki-laki, waktu diskusi atau memberikan motivasi yang tepat adalah pada pagi hingga siang hari. Anak laki-laki kemampuan kata-katanya terbatas, jadi kalau sudah malam, “stok” kata-katanya bisa jadi sudah habis. Adapun anak perempuan bisa diajak mengobrol sepanjang hari. Namun jika sudah remaja, waktu terbaik untuk anak perempuan adalah tiga hari setelah periode menstruasinya selesai, karena terkait dengan kondisi emosinya. Ayah bisa mengobrol dengan anak laki-laki sambil mengutak-atik kendaraan, ibu bisa berbincang santai dengan anak perempuan sembari memasak atau menonton drakor sama-sama.
Sebagai penutup, Bu Sinta menukil ucapan Ali bin Abi Thalib ra, “Didiklah anak sesuai zamannya, karena mereka bukan hidup di zamanmu.”
Kemudian selain perihal kesiapan orang tua, yang perlu diperhatikan juga adalah screen time anak-anak yang pastinya meningkat. Bagaimana tidak, sesi tatap muka langsung di sekolah digantikan oleh pertemuan daring atau tugas-tugas yang melibatkan internet, bukan? Terkait hal ini, American Academy of Pediatrics (AAP) atau semacam IDAI AS memiliki sederet rekomendasi untuk orang tua yang dimuat dalam situs healthychildren milik mereka. Sebagian besar tidak secara langsung berupa tips belajar secara daring, tetapi bisa memperluas pandangan kita tentang risiko dan manfaat lain yang mungkin ada.
Misalnya, selain untuk urusan pelajaran sekolah, orang tua disarankan memanfaatkan juga media sosial untuk menghubungkan anak dengan teman-temannya. Saya sendiri awalnya belum terbayang anak saya akan video call dengan teman-temannya di luar sesi yang memang sudah ditentukan sekolah, karena sebelumnya kami hanya video call pribadi dengan keluarga dan saya sendiri bukan tipe orang yang suka mengobrol lewat video dengan teman-teman dekat. Namun, ternyata mengobrol lewat video call dengan sahabatnya sepekan sekali menambah keceriaan anak saya. Ia tidak sampai menagih untuk menelepon lebih sering dan memang kami tidak menetapkan jadwal, tetapi ia terlihat semringah ketika waktu video call tiba.
Saat seperti ini bisa jadi anak juga lebih leluasa mengakses dunia maya melalui internet. “Mati gaya” karena di rumah saja, juga perlunya “ketenangan” bagi orang tua yang bekerja dari rumah acapkali menjadi alasan sehingga akhirnya melonggarkan screen time, bahkan mungkin membelikan anak gawai baru. Kesibukan dan kerepotan beradaptasi dengan kebiasaan baru bukan alasan bagi orang tua untuk melepas anak begitu saja. Ada baiknya orang tua selain memasang sistem filter yang diperlukan juga membekali anak dengan keterampilan memilah mana yang boleh diumbar di media sosial dan mana yang tidak. Kesepakatan jam maksimal anak-anak bisa mengakses internet untuk bermain game online contohnya, juga tetap diperlukan.
Panjang juga, ya. Memang, mendampingi anak belajar itu artinya kita sebagai orang tua juga harus selalu siap terus-menerus belajar, baik belajar pelajaran sekolah maupun belajar tips dan trik mendampingi anak.
Nah, siap menghadapi tahun ajaran baru yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ini? Cerita, yuk, barangkali ada yang punya tips lain.
Yeeeyyy libur telah usai, mari kita mulai tahun ajaran baru di New Normal ini dengan semangat. makasih tips-nya.
Terima kasih tips nya, mbak. Salam kenal
challenging banget sih school from home yaa apalagi buat working mom, semangat ajalah…
tantangan baru untuk para orang tua sekarang. Harus turut aktif dalam membersamai anak-anak belajar. Salam kenal ya mba. Kalau berkenan follow back 😊 biar makin akrab
Mendidik sesuai zaman. Nah jika kita memahami ini maka kita sebagai orang tua juga selalu dituntut untuk selalu belajar juga ya mbak. Semoga pandemi ini segera berakhir.
Nice share mbak, thanks ya
Masya Allah.. tantangan menjadi orangtua zaman now begitu besar, apalagi masih dalam kondisi pandemik begini.. semoga kita semua diberi kesabaran, ketangguhan, dan keyakinan yang kuat sehingga tidak mudah lelah dan menyerah dengan keadaan.
Tantangan menjadi orangtua zaman now begitu besar, apalagi masih dalam kondisi pandemik begini.. semoga kita semua diberi kesabaran, ketangguhan, dan keyakinan yang kuat sehingga tidak mudah lelah dan menyerah dengan keadaan.
Kalo anak saya belum sekolah sih, tapi stok kata-katanya setiap saat ready mbak, termasuk malam hari, kecuali kalo udah ngantuk, dan dia akan bilang “mata abang merah, abang merem dulu ya buk,” sampe ada kata pengantarnya buat tidur aja, haha..
Semangat mendampingi anak mbak Leila 🙂
Hai mbak. Salam kenal. Wah Bagus ini tipsnya. Anak saya umurnya 4 tahun. Niatnya mau di sekolahkan, tp dgn keadaan skrg saya urungkan.
Sebagai gantinya saya pilih kegiatan ala ala homeschooling gitu. Belajar disela mainnya. Eh, bener emang ya belajar lebih mendengarkan apa mau anak itu hasilnya lebih Bagus.
Nah, kalo saya entah karena anaknya ceweknya, jd malah lebih suka diajak ngobrol gitu waktu pillowtalk jelang tidur. Hihi
Belajar di rumah tuh menguras tenaga, kuota, dan hati. Aku belum punya anak, tapi aku ada adek kecil kelas 3 SD yg lagi belajar dari rumah. Jadi kadang aku suka dampingi dia. Huft, baru belajar dikit udah megang gadget lagi 😦
Tahun ini anakku harus masuk tk a mbak leila…berkat paandemi ini kami makin mantap untuk homeschooling..krn kmrn stgh tahun ngerasain home learning paudnya anak ya rada useless ya. Jadi ikhtiarnya sayabikut TOT kurikulum mengajar anak tk yg mmg belajar di rmh. Mohon doanha biar lancaar
Harus siap dong, karena memang sekolah dari rumah saat ini menjadi keputusan yang tapat. Selain itu kita juga sebisa mungkin mendampingi anak selama belajar di rumah ya.
bukunya banyak banget, suka liatnya. bikin timetable itu memang perlu ya mba, biar kita sebagai emak lebih terarah dan fokus sama hal-hal apa aja yang perlu anak pelajari dan bantu ceklist tugas sekolah selama pandemi ini.
saya baru tau kalo pandemi ini bisa meningkatkan angka kekerasan domestik terlebih pada anak, tapi make sense sih dengan fakta bahwa banyak tingkah laku anak yang luput dari mata ortu nya jadi terlihat sekarang, tapi bukan jadi alasan juga ya buat para ortu bersikap keras, oh big no! i dont agree.
MasyaaAllah, luar biasa emang Ibu-ibu jaman now yang punya anak usia sekolah. Dengan gaya belajar yang baru, tentu butuh adaptasi yang baru. Semangat buibu. Idenya menarik untuk buat time table
Nah iya ini kalo anakku semua cewek, ya belum remaja tapi kami bertiga bisa jadi sahabat dan teman curhat dan biasanya aku ngajak ngobrol untuk memasukkan nasehat itu kalo pas nyisir rambut mereka
Bener banget nih, anak lelaki memang cenderung lbh sedikit kosakatanya daripada anak perempuan karena mereka gaya belajarnya cenderung kinestetik
wahh semangat semoga selau diberi sabar mendampingi mereka ya 🙂
Masya allah tantangan baru untuk para orang tua zaman now ya mbak, harus ikuta aktif ya mbak biar bisa mengimbangi belajar anak
Aduh, kata-kata ‘didiklah anak sesuai zamannya, karena mereka bukan hidup di zamanmu’ itu menohok banget sih mbak. Karena sekarang zaman serba online, jadi orang tua harus bisa mengimbangi juga biar anak gak tertinggal
Jleb banget yg bagian “Kuncinya adalah mendengarkan, jangan hanya mau didengarkan.” banyak bgt parents, gak cm yg jaman now tp juga jaman old, merasa anak itu tidak bisa dan tidak boleh memberi saran kpd ortu. Sedih bgt. Pdhl ortu kan manusia biasa, jg bisa salah.
Wah keren ya Bunda bisa menemani anak belajar di rumah. Kata” penutup dari Bu Sinta masuk banget nih. Kadang gaya asuh orang tua saat mendidik anak mereka masih sering di samakan sama zamannya
dengan kondisi seperti ini, kita semua dipaksa untuk bisa adaptasi, apalagi untuk bisa belajar di rumah ya moms, pasti akan banyak tantangannya dan semoga para moms dana anak-anak diberikan kelancaran
semangat ya Bun, kita semua pasti bisa melewati hal ini dengan lancar 😀 salam juga untuk si kecil, semoga semakin semangat belajar karena sudah didampingi Bunda dengan penuh kasih sayang ❤
Terima kasih mbak Leila, saya ikut belajar ya🙏
Pingback: Jujur Tentang Status Positif Covid-19, Sejauh Apa? | Cerita-Cerita Leila