Ketika Harus Berpisah dengan Calon Buah Hati

Status seorang teman membuat saya tersentak beberapa pekan yang lalu. Beliau mengalami keguguran di kehamilannya yang keempat.

Dulu, ketika tinggal di satu kota, kami sedang dalam kondisi sama-sama hamil setelah sebelumnya keguguran. Alhamdulillah kehamilan kami waktu itu berjalan lancar hingga saya melahirkan anak pertama dan beliau melahirkan anak kedua. Kebetulan keguguran yang saya alami juga terjadi di bulan Agustus, tepatnya awal Agustus 2010, di usia kandungan 9 minggu. Itu kehamilan saya yang pertama setelah empat tahun menikah.

Dari dulu sampai sekarang, tiap mendengar kabar keguguran pastilah jadi banyak dugaan penyebab yang dilontarkan orang-orang di sekitar. Dalam kasus teman di atas, beberapa kawan kami menerka bahwa kesibukan beliaulah yang memberi pengaruh, atau dengan kata lain kecapekan karena aktivitas.

Saya sendiri sempat mengira kehamilan saya tidak berlanjut karena kelelahan, mengingat sebelum sadar kalau hamil saya memang menjalani tugas dinas ke luar pulau, sempat jalan kaki keliling lumayan jauh pula. Tapi, dokter kandungan saya menyatakan bukan itu penyebabnya, melainkan diduga merupakan semacam mekanisme alami karena hasil pembuahan yang memang kurang baik sejak awal. Lupa sih waktu itu tergolong kematian mudigah (death conceptus/kematian embrio, ketika sudah pernah terdeteksi detak jantung janin, umumnya mulai usia kandungan 7 minggu) atau bukan, dokternya tidak menyebutkan diagnosis tersebut.

miscarriage

(gambar dari 123rf)

Jadi, secara ilmiah, apa sih yang sebetulnya menyebabkan terjadinya keguguran? Berikut saya terjemahkan dari March of Dimes, salah satu situs mengenai kehamilan dan kandungan tepercaya:

Keguguran adalah suatu kondisi di mana bayi meninggal di dalam rahim sebelum usia kandungan 20 pekan.

Penyebab keguguran belum semuanya diketahui. Beberapa kemungkinan meliputi:

  1. Masalah kromosom, yang menjadi penyebab lebih dari setengah keguguran pada trimester pertama. Masalah kromosom ini terjadi jika sel telur atau sperma memiliki terlalu banyak kromosom sehingga ketika dipasangkan jumlahnya ‘salah’ dan inilah yang dapat memicu keguguran.
  2. Kehamilan kosong/blighted ovum, jadi telur yang telah dibuahi melekat di rahim tetapi tidak berkembang menjadi embrio. Penyebabnya bisa karena masalah kromosom juga. Umumnya akan ada gejala pendarahan dengan warna coklat tua.
  3. Merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.
  4. Kondisi kesehatan ibu. Terdapat beberapa masalah kesehatan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran, misalnya masalah hormon, infeksi, diabetes, penyakit tiroid, lupus dan penyakit autoimun lainnya. Terkadang penanganan yang baik sejak sebelum hamil dapat membantu menolong agar kehamilan bisa berjalan dengan sehat dan lancar.
  5. Ada beberapa studi yang menyatakan bahwa terlalu banyak kafein (biasa terdapat dalam kopi, teh, coklat, minuman bersoda, obat-obatan tertentu) dapat mengakibatkan keguguran, tapi penelitian-penelitian yang lain tidak sependapat. Amannya, batasi konsumsi kafein maksimal 200mg/hari saat sedang hamil.
Untuk kasus keguguran berulang, beberapa penyebab yang sudah diketahui adalah:
  1. Masalah pada rahim maupun leher rahim (serviks), misalnya bentuk rahim yang abnormal (sebagian bisa diatasi melalui operasi), fibroid maupun luka operasi pada rahim, inkompetensi leher rahim (mulut rahim lemah dan terbuka terlalu awal, biasanya pada trimester kedua dan dapat dicegah dengan semacam jahitan keliling/cerclage).
  2. Masalah kromosom, sama dengan di atas, tetapi kalau sampai berulang maka baiknya ayah maupun ibu menjalani tes karyotype.
  3. Sindrom antifosfolipid, suatu kondisi sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan risiko penggumpalan darah di plasenta. Treatmnet-nya biasanya dengan aspirin dosis rendah dan obat-obatan pengencer darah.
  4. Masalah hormon, misalnya hormon progesteron yang rendah atau bisa juga PCOS (polycystic ovary syndrome) yaitu kista (kantong berisi udara, cairan, atau benda lain yang semi-padat) pada indung telur/ovarium.
  5. Thrombophilias, suatu kondisi penggumpalan darah yang sifatnya menurun.
  6. Infeksi khususnya yang menyerang organ reproduksi seperti ovarium, rahim, maupun leher rahim.
  7. Bahan kimia berbahaya, misalnya jika salah satu dari orangtua sehari-hari karena pekerjaan bersinggungan dengan zat kimia, termasuk pengencer cat.

Sedangkan situs Medscape menyebutkan etiologi keguguran di antaranya sebagai berikut:

  1. Abnormalitas genetik dalam embrio (misalnya terkait kromosom)
  2. Usia ibu maupun ayah yang lanjut.
  3. Abnormalitas struktural pada saluran reproduksi termasuk kelainan bawaan pada rahim, fibroid, inkompetensi serviks.
  4. Defisiensi korpus luteum (massa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya–wiki).
  5. Infeksi aktif misalnya virus rubella, cytomegalovirus, listeria, toksoplasma, malaria, brucellosis (infeksi yang disebabkan bakteri yang berasal dari hewan –biasanya hewan ternak– ke manusia), HIV, demam dengue, influenza, dan infeksi bakteri pada vagina.
  6. PCOS.
  7. Diabetes mellitus yang tidak dikendalikan dengan baik.
  8. Penyakit ginjal.
  9. Systemic lupus erythematosus (SLE)
  10. Penyakit tiroid yang tidak ditangani.
  11. Hipertensi/tekanan darah tinggi yang parah
  12. Sindrom antifosfolipid.
  13. Konsumsi tembakau, alkohol, kafein dosis tinggi.
  14. Stres.
  15. Obat-obatan tertentu.
  16. Obesitas/kegemukan (indeks massa tubuh/BMI di atas 30).

Berapa lama harus menunggu sebelum boleh usaha lagi untuk kehamilan berikutnya pasca keguguran? Dokter kandungan saya dulu menyarankan tunggu 3 kali siklus menstruasi normal, jadi selama masa itu diusahakan tidak ada pertemuan sel telur dengan sperma (menggunakan alat kontrasepsi). Kompilasi beberapa penelitian yang dikutip oleh WebMD malah mengindikasikan bahwa kehamilan dalam 6 bulan pertama setelah keguguran cenderung lebih baik kondisinya (risiko komplikasi lebih kecil, tentunya ini kondisi pada umumnya ya), meskipun WHO dalam guideline-nya mencantumkan 6 bulan merupakan jarak minimal.

March of Dimes menyatakan sekali siklus normal biasanya sudah menandakan tubuh siap untuk hamil lagi sedangkan bagian lain dari WebMD menyebutkan 1-3 siklus haid, tetapi kedua situs tersebut juga mengingatkan bahwa keguguran juga punya efek emosional yang biasanya perlu waktu untuk pemulihan sehingga sisi psikologis ini juga harus dipertimbangkan. Termasuk menggarisbawahi agar ibu tidak perlu menyalahkan diri sendiri atas kejadian tersebut.

Ya, keguguran memang bukan cuma perkara tubuh yang mengalami perubahan dan butuh penanganan, melainkan juga bisa jadi topik sensitif. Suami istri baiknya saling mendukung (bisa juga mencari pertolongan dari supporting group atau ahlinya), termasuk dalam menyaring informasi dan masukan dari pihak luar yang bermaksud baik tetapi terkadang penyampaiannya kurang pas.

Oh ya, sekalian, saya sertakan tulisan mengenai hukum darah yang keluar pada saat/setelah keguguran. Apakah dihukumi darah nifas atau darah penyakit? Sholatnya bagaimana?

Saya sendiri dulu mengalami pendarahan sehari sebelum hingga sehari setelah kuret (bahasa sononya D & C atau dilation and curettage) dilaksanakan, kemudian sempat berdarah lagi ketika kembali bekerja lima hari kemudian. Saya kutip kesimpulan dari situs dr. Raehanul Bahraen, lebih afdol sih baca sendiri lengkapnya di sana ya supaya paham keseluruhan dalilnya.

-yang menjadi patokan adalah sudah terbentuk rupa janin atau tidak (misalnya yang keguguran keluar ada bentuk tangan dan kaki, jika sudah terbentuk maka dianggap nifas, jika tidak maka dianggap darah biasa, wanita tersebut suci (tetap shalat, puasa dan hala bagi suaminya berhubungan dengannya).

-jika terjadi keguguran masih di bawah 80 hari, maka bukan darah nifas, wanita tersebut masih suci.

-jika telah di atas 80 hari perlu dipastikan apakah sudah terbentuk rupa fisik manusia tidak, misalnya bertanya kepada dokter terpercaya.

-jika di atas 90 hari (3 bulan) maka dihukumi dengan darah nifas.

2 thoughts on “Ketika Harus Berpisah dengan Calon Buah Hati

  1. Pingback: Dengan Seulas Senyuman | Leila's Blog

  2. Pingback: Ikhlaskan Kehilangan Buah Hati, Yakinlah Kita Tak Sendiri | Cerita-Cerita Leila

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: