Hadiah Spesial untuk Orang Yang Spesial

Buku Long Distance Love yang terbit tahun 2008

Status yang kami berdua sandang mulai pertengahan tahun lalu mengingatkan saya pada judul sebuah buku: Long Distance Love. Ya, kami tinggal terpisah untuk beberapa waktu ke depan karena suami sedang menjalani tugas belajar di provinsi lain. Menjalani hubungan jarak jauh dengan status sudah punya anak dua ternyata tak sama dengan episode beda kota sebelumnya. Sekitar 9 tahun yang lalu kami juga sempat mendapatkan penugasan di kantor pada pulau yang berbeda, dan pengalaman selama melewatinya menjadi inspirasi saya menyusun sebuah tulisan yang akhirnya dimuat dalam buku antologi Long Distance Love. Ada berbagai kisah kocak sampai mengharukan selama tujuh bulan kami berjauhan sejak usia pernikahan baru hitungan minggu.

Mungkin itu dia salah satu segi positif dari episode yang meskipun mungkin bukan hal aneh lagi apalagi di masa sekarang, tetapi tetaplah bukan kondisi ideal di mata kebanyakan orang, ketika tidak setiap hari bahkan tidak setiap minggu bisa bertemu muka: ada momen-momen unik yang bisa dijadikan tulisan. Bukan berarti semua hal diceritakan secara terbuka ya, tapi ada hal-hal yang bisa dijadikan inspirasi atau digali lebih jauh. Apalagi kota tempat tinggal kami waktu itu, Jakarta, Tanjungpandan (Belitung), dan Pangkalpinang (Bangka), punya kekhasan masing-masing termasuk banyaknya tempat wisata dan kekayaan kuliner. Saya memang suka menulis, dan suami saya tahu betul akan hal itu. Suami memahami ketika saya sedang asyik menulis, meskipun sering juga mengingatkan kalau saya sudah lupa waktu akibat terlalu serius di depan notebook. Dari aktivitas menulis saya selama di sana, beberapa tulisan telah terbit dalam buku-buku antologi.

Suami dengan notebook yang penuh kenangan bagi kami berdua

Maka ketika episode penugasan berikutnya datang sesudah kami sempat merasakan hidup seatap selama 4 tahun, sewaktu terbit SK yang membuat suami dipindahkan lagi ke Jakarta dan saya masih harus tinggal sementara di Bangka, saya sempat berpikir bagaimana dengan kelanjutan proyek menulis saya. Kebetulan saat itu, tahun 2011, saya sedang terlibat dalam suatu proyek penulisan buku nonfiksi yang memakan waktu lumayan lama karena bentuknya berseri, dan kami hanya punya satu notebook. Mengingat kantor baru suami masih berbenah karena termasuk unit yang belum lama dibentuk, di sana juga belum tersedia sarana komputer yang mencukupi untuk semua pegawai. Sementara tugas di sana menuntut pembuatan naskah seperti surat dan laporan yang pastinya memerlukan komputer. Solusinya adalah menunggu untuk memakai komputer yang tersedia secara bergantian, yang bisa saya bayangkan kurang praktis. Namun, suami rela meninggalkan laptop di Bangka, supaya saya setidaknya bisa menuntaskan ‘utang’ proyek buku.

Baru beberapa hari suami berangkat, ia mengirimkan pesan singkat pada saya: saya akan dibelikannya notebook baru! Netbook mungil yang minimalis, tapi sudah memadai untuk kebutuhan saya. Kabar itu betul-betul special surprise bagi saya, dan saya terharu karena tak menyangka sebegitu perhatiannya suami pada hal yang menjadi kesenangan saya tanpa saya minta. Apalagi suami termasuk cukup ketat mengenai keuangan keluarga, termasuk tak pernah berganti gadget atau kendaraan hanya karena ingin. Kalau ada yang rusak, ya sebisa mungkin dibetulkan dulu, bukan buru-buru browsing cari alternatif pengganti. Bahkan agar netbook tersebut lebih cepat saya terima, ia titipkan pada rekan sekerja saya yang akan mengikuti training di kota yang sama dengannya, ditukar dengan notebook lama yang akan dibawanya ke Jakarta. Kebetulan kepadatan pekerjaan juga membuatnya belum bisa sering-sering berkunjung ke Bangka.

Hingga sekarang, setelah saya bisa menyusul ke Jakarta, kedua laptop tersebut masih bertahan menemani kami, termasuk dibawa ke sana kemari untuk tugas kantor. Begitu suami ‘boyongan’ ke Yogyakarta tahun kemarin, notebook pun ia bawa karena pasti diperlukan untuk aktivitasnya di sana. Tapi, namanya juga notebook keluaran lama, kinerjanya tak lagi sepenuhnya prima. Apalagi jika dipasang peranti lunak tambahan versi masa kini, seperti pengolah data yang sering diminta dipakai untuk tugas kuliah, terkadang ada kelambatan yang agak mengganggu. Sudah beberapa kali ada kerusakan kecil, yang alhamdulillah sih masih bisa diperbaiki.

Itulah mengapa saya ingin menghadiahi suami sebuah notebook baru. Semacam balasan istimewa untuk suami yang dulu sudah pernah membelikan perangkat yang amat berguna bagi saya. Sudah sempat lihat-lihat juga sih pilihannya, meskipun saya belum bisa memutuskan. Untungnya deskripsi produk yang disertakan oleh para penjual juga cukup jelas sehingga membantu dalam mengerucutkan pilihan. Semoga sih ada rezekinya, ya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s