Sabtu lalu saya ikut menyimak sesi berbagi sekaligus bedah buku singkat karya mba Diany Pranata, Founder Belladonna Group sekaligus Professional Coach Family & Relationship. Tema besarnya mengambil dari judul dua buku yang ia tulis, yaitu Filosofi Kue Pancong, Berbagi Kisah Nyata: 100+ Tips Melewati Riak Gelombang (Menuju) Kehidupan Rumah Tangga Sakinah dan Langgeng.
Mba Diany menyebutkan bahwa awalnya buku ini idenya muncul setelah melihat banyak perceraian terjadi. Mba Diany prihatin karena biasanya anaklah yang menjadi korban. Bukan hanya korban perasaan, tetapi juga kadang bisa merembet ke masalah lain seperti narkoba yang merusak diri dan bangsa. Padahal seharusnya pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Bukan bermaksud ingin menghilangkan perceraian 100%, tapi jadikan itu benar-benar jalan keluar terakhir, tekannya. Judulnya terinspirasi dari kue pancong yang merakyat dan bisa dibagi-bagi, melambangkan kisah-kisah sederhana dalam buku yang tujuannya memang untuk dibagi.
Buku pertama Filosofi Kue Pancong antara lain berisi pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang ditemui oleh mba Diany selaku pemilik wedding organizer. Sedangkan buku kedua memuat tips dan pengalaman seputar hidup berumah tangga. Sebagai WO dan coach, mba Diany telah menyaksikan langsung berbagai tipe orang dan rumah tangga yang dibinanya. Ia ingin lebih banyak orang bisa mengambil pelajaran dari situ, dan lebih semangat berjuang untuk mempertahankan keutuhan mahligai rumah tangga.
Beberapa dari tips tersebut diuraikan lebih lanjut secara langsung oleh mba Diany sore itu. Di antaranya, yakinkan diri 100% di awal bahwa memang orang yang tepat untuk dinikahi. Mantapnya keputusan ini harus di awal karena di belakang akan banyak riak-riaknya, pernikahan bukan melulu berisi hal indah. Di sisi lain, seberapa pun mencari, semua manusia tidak akan ada yang sempurna.
“Jodoh hak prerogratif Tuhan, tercakup dalam hak Tuhan adalah kelahiran, pernikahan, dan kematian. Kelahiran dan kematian kita sepenuhnya tidak tahu. Tapi dalam hal pernikahan kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan, dalam doa, tanyakan apakah benar jodoh kita,” jelas mba Diany. Jawabannya mungkin tidak muncul secara nyata, tapi kita akan bisa rasakan. Ia menambahkan, untuk membantu bisa buat daftar kriteria sedetil-detilnya pasangan seperti apa yang dicari. Dengan daftar yang lebih spesifik dan jelas ini, jika tercapai nanti kita akan lebih bersyukur ketimbang ketika kriterianya terlalu umum.
Tips berikutnya dari mba Diany adalah bagaimana membina hubungan setelah menikah. Kata mba Diany, kuncinya ada tiga, yaitu:
1. Ucapkan I love you minimal tiap hari sekali
2. Ciuman
3. Berikan pelukan.
Salah satu problem yang kerap ditemui adalah masalah keuangan. Menurutnya, keterbukaan tentang uang ini penting memang, tapi harus disertai juga dengan kerelaan. Misalkan pasangan memang banyak membantu keluarga/orangtuanya, dan itu menjadi masalah, sampaikan baik-baik. Sebetulnya menjadi hak masing-masing juga mengirim uang ke orangtua mau berapa pun juga, tapi kalau keuangan keluarga sendiri menjadi terganggu, mungkin saatnya mengatur keuangan keluarga dengan lebih baik lagi. Salah satu metode yang bisa dipakai adalah dengan mengatur pos alokasi keuangan secara jelas. Selama kebutuhan keluarga inti di pos-pos itu terpenuhi, tidak ada salahnya berbagi rezeki dengan keluarga besar. Jangan lupa sisihkan juga untuk amal misalnya zakat kalau dalam agama Islam.
Masalah lain adalah soal komunikasi. Saat ini gadget menjadi jembatan komunikasi yang mendekatkan yang jauh tapi kerapkali juga menjauhkan yang dekat. Penting untuk merasa nyaman berkomunikasi dengan suami atau istri secara langsung, jika mulai terasa ada yang kurang nyaman dan canggung maka segeralah ambil tindakan untuk memperbaiki, bisa juga dengan bantuan pihak luar seperti konsultan atau coach.
Sebagai penutup, mba Diany berpesan bahwa “Cinta sejati memberi ruang untuk merajut mimpi yang sama, walau mungkin dengan cara yang berbeda.”