Belajar agar Makin Cerdas dan Cantik lewat #BloggerMuslimahMeetUp

Kotak palet kosmetik telah terbuka di hadapan saya. Apron dan headband terpasang sudah. Saya menghela napas panjang. Akhirnya, setelah selama ini saya menghindari ikut kegiatan-kegiatan beauty class, sampai juga pada saat di mana saya tidak mungkin kabur. Bukan kabur karena serem ya, tapi merasa kikuk banget aja, hehehe. Coba, kalau tahapan materi yang diajarkan nggak maju-maju gara-gara saya seorang yang nggak kunjung benar menggerakkan aplikator misalnya, apa nggak malu-maluin? Berasa menghambat peserta lain dan menyusahkan pengajar, gitu. Padahal di sisi lain sebetulnya saya punya keinginan juga untuk bisa berdandan dengan baik dan benar. Dalam kesempatan istimewa, adakalanya kita dituntut untuk tidak tampil polosan ‘kan, ya.

Trus, kok bisa saya akhirnya mendaftarkan diri ikut acara beauty class?

Pertama, kegiatan yang saya peroleh informasinya dari Instagram ini tajuk utamanya adalah #BloggerMuslimatMeetUp, dan beauty class bukan satu-satunya agenda. Terus terang yang membuat saya tertarik ikutan adalah nama para pengisi acara, potensi ketemu para blogger muslimah yang selama ini saya amati saja kegiatannya melalui unggahan di dunia maya, plus lokasinya yang dekat dari rumah.

Kedua, mengingat pesertanya adalah para muslimah, saya jadi lebih percaya diri. Minimal, nggak bakal dikasih materi make up menyimpang dari syariat. Panitia pun pastinya sudah mengondisikan agar tidak ada lawan jenis berseliweran di lokasi saat kegiatan berlangsung. Berbeda halnya dengan beauty class cuma-cuma di tengah pusat perbelanjaan atau keramaian lainnya.

Lantas, bagaimana kesan-kesan saya setelah betulan memulaskan perona pipi, bedak, dan lipstik? Saya tuliskan belakangan yaa, biar lebih runut ceritanya. Jadi, Meet Up ini bukan sekadar ketemuan biasa, karena peserta juga diajak berpartisipasi aktif dalam Literacy Class dan Beauty Class.

Sebagaimana yang tertera di banner publikasi acara, kegiatan diselenggarakan pada hari Ahad tanggal 27 Agustus lalu di lantai 2 Nutrifood Inspiring Center, Apartemen Menteng Square, daerah Matraman, Jakarta Timur. Melihat rundown acara ternyata lumayan padat juga, karena acara dimulai dari pukul 09.00 dan baru usai kira-kira ketika azan Asar berkumandang.

Tiba di lokasi, setelah registrasi saya mencoba berbaur. Pembawaan saya yang aslinya introvert kerapkali jadi kendala untuk urusan berkenalan seperti ini, tapi syukurlah keramahan para peserta lain mengenyahkan kecanggungan saya. Beberapa nama ternyata sudah cukup familiar bagi saya. Ada yang pernah saya baca blognya atau minimal terlihat tautan update blognya berseliweran di grup-grup blogger (mba Liswanti Pertiwi, Ophi Ziadah, Lita Chan Lai, Shine Fikri, Laura Ariestiyanty (d/h Laura Khalida), dll), saya ikuti akun media sosialnya (mba Amallia Sarah), bahkan saya miliki buku karyanya (mba Anisa Widiyarti yang produktif menulis buku, khususnya buku anak).

Mba Liswanti yang hari itu bertugas menjadi pembawa acara membuka kegiatan dan meminta kami semua memperkenalkan diri secara singkat. Kemudian, mengawali rangkaian materi, uni Novia Syahidah Rais selaku founder BM mengenalkan latar belakang, tujuan, dan kegiatan-kegiatan komunitas Blogger Muslimah.

Sesuai cerita uni Novia, komunitas ini resminya berdiri tanggal 1 Desember 2014. Uni Novia sendiri adalah seorang penulis, beberapa karyanya pernah saya baca di majalah Annida atau dalam bentuk buku seperti Putri Kejawen. Sebagai penulis, uni Novia jelas punya banyak teman yang suka menulis. Melalui komunitas Blogger Muslimah, uni Novia ingin menggerakkan lagi para penulis sekaligus mengingatkan bahwa media penulisan bukan hanya buku (yang pengerjaannya memakan waktu cukup lama). Bukan asal tulis tentunya. Skill menulis perlu terus ditingkatkan, dan ini bisa diupayakan melalui belajar bersama. Blogger Muslimah memfasilitasi sejumlah kegiatan untuk mengasah keterampilan para anggotanya, contohnya melalui edu-visit ke redaksi majalah Ummi.

Salah satu motivasi utama saya untuk mengikuti acara ini adalah kehadiran mba Rahmadiyanti ‘Dee’ Rusdi, yang dulu saya kenal ketika sama-sama memanfaatkan jasa penyedia layanan blog semi-medsos Multiply. Mantan redaktur majalah Annida yang kemudian bekerja di penerbit Noura Books (dulu CEO Lingkar Pena Publishing House, sebelum dilebur dengan lini lain menjadi Noura) ini menyajikan materi seputar penerbitan buku. Kata mba Dee, blogger selaku pemilik konten juga bisa punya peluang menerbitkan buku. Raditya Dika menjadi salah satu contoh suksesnya. Maka penerbit pun bisa mencari blogger atau seleb medsos untuk diterbitkan karyanya atau dibantu membuat buku, karena biasanya mereka sudah punya basis penggemar/pengikut sendiri. Namun, soal hasil belum jaminan juga bahwa buku seorang selebgram pasti akan laris manis di pasaran.

“Sekarang ‘kan bisa dibilang sudah tidak ada barrier untuk entry penerbitan. Mau terbitkan sendiri pun bisa. Bahkan tidak hanya dalam bentuk buku cetak (karena waktu dan biaya untuk buku tercetak juga lumayan), bisa juga diterbitkan dalam bentuk digital book,” jelas mba Dee. Di sisi lain, banyaknya penulis membuat kompetisi lebih ketat lagi dalam menarik perhatian penerbit maupun pembaca/pembeli buku. Hal ini tidak selamanya negatif, justru kita akan lebih berkembang dan tertantang untuk keluar dari zona nyaman ketika ada kompetitor.

Mba Dee menuturkan, baik blog maupun buku awalnya sama-sama dimulai dari gagasan. Gagasan atau ide ini bisa bermacam-macam cara munculnya, dan berkembang menjadi 4C:

📝Content: isi atau topik yang diangkat, bisa jadi tidak orisinil tapi bisa dikembangkan dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, ada banyak buku tentang satu tokoh tertentu. Penerbit bisa memperoleh konten dengan berbagai cara akuisisi naskah, termasuk:

📖Solicited/by program dengan memanfaatkan momentum, mengenali kebutuhan masyarakat dan potensi penulis atau tren.

        📖Unsolicited/kiriman naskah, blogger bisa berupaya menerbitkan karyanya dengan cara mengirimkannya ke penerbit.

📖Translated/penerjemahan, penerbit mencari/berburu dari katalog dan penerbitan luar negeri. Bisa saja satu penulis luar karyanya diterbitkan di lebih dari satu penerbit di Indonesia.

📝Context: sebetulnya kemungkinan fokus atau tema yang diangkat ada banyak sekali, mulai dari buku anak, agama, kesehatan, masakan, biografi, dan pastinya fiksi yang tidak ada matinya.

📝Creativity: terkait dengan pengemasan tampilan buku, promosi, penjualan, dan sejenisnya.

📝Community: ide mengilhami terbentuknya komunitas-komunitas yang mendukung industri penerbitan.

 

Sering dengar bahwa memperoleh ACC dari penerbit itu susahnya bukan main? Nah, mba Dee juga berbagi tips jitu menembus penerbit, di antaranya:

📒miliki hal baru yang menarik perhatian publik

📒segmen jelas

📒tulisan berkualitas, sistematis, aktual

📒saat mengirimkan naskah, sertakan sinopsis yang menarik+daftar isi+3 bab awal

📒amati tren buku, misalnya dengan sering ke toko buku, lihat buku apa yang terpajang di rak best seller, tema apa yang merajai display.

Penokohan yang unik atau cara penulisan yang menarik juga bisa menjadi nilai plus. Teknik penulisan yang nggak bagus-bagus amat bisa terselamatkan oleh ide yang luar biasa hingga merebut hati penerbit, meski jadinya nanti editorlah yang harus kerja keras memoles :D. Namanya bisnis, penerbit (kebanyakan) berorientasi pasar, jadi penulis perlu mencermati hal itu juga. Pertimbangkan apakah materi yang ditulis peminatnya cukup banyak. Pada dasarnya sih orang akan mencari bagaimana agar: kaya dan makmur, sehat dan bahagia, cerdas dan terampil, saleh, gaul dalam arti mengikuti tren dan gaya hidup, dan/atau terhibur. Jadi minat khalayak inilah yang bisa dieksplor lebih jauh.

Selanjutnya, peserta #BloggerMuslimahMeetUp menyimak sharing dari Kepala Unit Hubungan Konsumen Viva Cosmetics ibu Indah Agustiawati Edyanto. Viva Cosmetics yang berdiri sejak 1962 dan sudah bersertifikat halal ini punya tujuan mempercantik wanita Indonesia sekaligus mengedukasi. Viva mengajak untuk membeli kosmetik dan skincare sesuai kebutuhan, lalu gunakan dengan tepat dan benar. Karena misi edukasi inilah Viva sering mengadakan kelas kecantikan, dan pengajarnya pun harus punya standar keterampilan khusus misalnya lulusan sekolah kecantikan.

Ketika video company profile PT Vitapharm yang merupakan produsen dari Viva Cosmetics diputar, saya jadi ingat bahwa jenama asal Surabaya ini sudah saya kenal baik sejak kecil. Sedikit banyak saya ikut mengamati evolusi kemasannya. Mama setia menjadi pengguna produk Viva Cosmetics. Menyaksikan mama setiap malam membersihkan muka dengan Viva milk cleanser diikuti dengan face tonic ataupun air mawar, juga mengoleskan Viva Skin Food setelahnya, adalah rutinitas harian saya dulu. Bahkan sampai saat ini, jika berkunjung ke Jakarta pun mama tetap biasa membawa rangkaian produk Viva andalan beliau, termasuk pensil alis Viva yang legendaris dan berkali-kali dapat penghargaan itu. Hasil perawatan kulit mama dengan Viva terbukti nyata, alhamdulillah banyak yang bilang beliau tampak awet muda di masa pensiun ini.

Dengan nama besar yang disandang, Viva Cosmetics terus berinovasi dan meningkatkan kualitas, termasuk menjaga proses produksi agar sesuai dengan standar yang tinggi. Variannya pun bertambah banyak dengan lini merk baru untuk menyesuaikan dengan segmen pasar tertentu (misalnya Red-A untuk remaja). Viva Cosmetics juga menjangkau pasar luar negeri, dan sudah meraih berbagai penghargaan dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah penghargaan dari BPOM untuk standar produksi, di mana hanya dua perusahaan kosmetik di Indonesia yang berhasil meraihnya.

Selesai sesi perkenalan Viva, artinya dimulailah sesi beauty class. Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, grogi, euy. Tapi setelah dijalani ternyata asyik juga, apalagi mba Erma dari Viva yang menjadi pemateri utama dan teman-temannya juga sangat helpful. Suasana pun jadi lebih cair setelah mba Erma memandu kami semua menyerukan yel-yel dengan gaya yang khas, ‘Viva… Aku cantik, aku sehat, aku bahagia, mmuah mmuah mmuah…”

Ngomong-ngomong soal cantik, mba Erma menerangkan bahwa cantik itu bukan berarti harus punya kulit yang putih. Yang lebih penting adalah memiliki kulit yang bersih dan sehat. Kulit yang sehat artinya tampak segar, elastisitasnya baik, dan secara fisiologis berfungsi optimal. Bagaimana agar kulit kita sehat? Kita rawat, bersihkan, lindungi kulit kita dengan tepat dan benar. Perawatan ini perlu proses ya, seringkali tidak langsung tampak hasilnya. Perawatan yang dilakukan harus tepat, yaitu sesuai dengan iklim tempat tinggal kita dan sesuai dengan jenis maupun kondisi kulit kita. Jenis kulit yang dimaksud meliputi normal, berminyak, kering, atau kombinasi. Adapun kondisi kulit di antaranya adalah kondisi penuaan dini, berjerawat, atau hiperpigmentasi. Perawatan juga harus benar, maksudnya sebisa mungkin dilakukan sejak dini/remaja (atau mulai sekarang juga bagi yang belum) dan secara teratur (tiga kali sehari, pagi, siang/sore, dan malam).

Sekarang saatnya hands-on, nih. Mba Erma mengajak peserta untuk terlebih dahulu membersihkan tangan, dilanjutkan dengan membersihkan wajah dengan eye & lip make up remover, susu pembersih-penyegar-scrub-penyegar lagi. Untuk meratakan susu pembersih dilakukan gerakan memutar ke luar, sedangkan kapas untuk mengangkat susu pembersih maupun menepuk-nepukkan penyegar arah gerakannya ke atas. Berikutnya kami mulai mengoleskan pelembap (ada pelembap khusus untuk mata) dan alas bedak dengan gerakan menepuk pelan ke arah bawah, sesuai dengan arah pertumbuhan rambut halus pada wajah. Lanjut dengan menggambar atau menyisir alis, membubuhkan perona mata dan pipi, memakai bedak, dan diakhiri dengan mengulaskan lipstik. Yang paling menarik bagi saya sih ketika bisa mencoba Viva Eyeliner Matic, mekanismenya unik soalnya.

Memandang pantulan wajah sendiri di cermin yang disediakan, memang terlihat yaa bedanya, hehehe. Lumayan lebih kinclong. Senang juga belajar langkah demi langkah begini, sekalian bisa dapat koreksi secara langsung dari pengajar yang berpengalaman.

Berhubung sudah hampir pukul satu siang, acara break dulu untuk shalat dan makan siang. Minuman tersedia di lantai satu, kami dipersilakan untuk memilih produk Nutrifood yang tersedia. Saya sih jelas memilih Nutrisari W’dank bajigur yang memang sering saya beli. Untuk makanan, kami saling mencicipi hidangan yang dibawa oleh tiap peserta, ceritanya potluck-an gitu. Yang menarik adalah makanan yang dibawa tidak boleh dimasak dengan cara digoreng, dan ini rupanya ketentuan dari empunya tempat. Nutrifood memang ingin membudayakan pola hidup sehat. Selain punya prinsip yang bagus, tempatnya sendiri juga nyaman lho. Banyak pula ornamen artistik yang mengundang untuk berfoto, instagrammable gitu deh.

 

Selanjutnya mba Dita dari Gogobli Indonesia memaparkan presentasi singkat tentang Gogobli sebagai platform yang memudahkan kita berbelanja produk kecantikan dan kesehatan dari berbagai merk. Viva Cosmetics salah satunya. Saya sempat menengok situsnya sebelum acara dimulai, banyak juga pilihan produknya, ya.

Acara masih berlanjut dengan workshop kilat (Wokil) penulisan fiksi. Bertindak selaku narasumber adalah uni Novia. Uni Novia yang mulai menulis sejak tahun 2002 ini mengutip perkataan Seno Gumira Ajidarma: Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara! Sastra bisa menjadi saluran untuk menyampaikan ide atau nilai-nilai yang diperjuangkan. Uni Novia juga menjelaskan bedanya cerpen dan novel, berikut unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam penulisan fiksi. Namanya fiksi tentu dasarnya adalah imajinasi, tapi tetap tidak boleh bertentangan dengan logika tertentu.

Uni Novia menekankan bahwa modal dasar seorang penulis adalah:

📝Cintanya pada kegiatan menulis. Ketika tidak ada yang membayar lalu jadi tidak ada tulisan, perlu dipertanyakan tuh cintanya 😁😁.

📝Harus rajin membaca. “Jangan cuma bahan dari sponsor saja yang dibaca, yaa…,” pesan uni Novia. Keterampilan literasi seperti tata bahasa juga akan terasah dengan rajin membaca. Gaya bertutur, gaya bercerita yang luwes bisa terbangun dari situ, sehingga jelas bedanya dengan penulisan ala katalog ketika me-review produk misalnya.
📝Latihan, latihan, latihan, jangan dilupakan.

Uni Novia lantas melemparkan tantangan untuk para peserta. Kami diminta menuliskan dua paragraf pembuka yang menarik untuk sebuah tulisan, temanya bebas. Peserta dengan tulisan terbaik tentunya dapat hadiah dong. Ya, selain menyimak materi, peserta juga bisa meraih berbagai hadiah dari para sponsor, lho. Ada yang karena menjawab pertanyaan, bertanya, maupun menang lomba seperti live tweet, posting-an instagram, dan penulisan singkat. Seluruh peserta juga membawa pulang pin cushion cupcake cantik dari She Collection yang dibagikan saat registrasi.

Masih ditambah lagi dengan bingkisan produk dari Viva Cosmetics yang antara lain berisi CC Cream, compact powder, body butter, dan lipstik. Alhamdulillah, saya kebagian juga salah satu hadiah dari lomba posting instagram berupa khimar Shavanna nan cantik dari MargaW :). Brand baju muslim syar’i premium ini dulu sempat saya intip-intip katalognya (dan saya naksir dress etniknya yang cantik), sekarang kesampaian juga punya satu. Pemenang lainnya ada yang memperoleh baju muslimah dari Mozlaik, tas dari Heejou, juga kaos Blogger Muslimah.

Pulang dari Meet Up, rasanya seperti disegarkan kembali. Materi yang ‘penuh gizi’ sekaligus menjadi penyemangat untuk terus berjuang lewat kata-kata sebagai Blogger Muslimah. Tentu, tanpa mengabaikan hak tubuh kita. Termasuk jangan melupakan tanggung jawab merawat karunia berupa kulit yang sehat dari Allah swt. Cerdas dalam menuangkan gagasan sekaligus cantik berpenampilan, bisa kan seiring sejalan :).

(foto terakhir dari twitter Blogger Muslimah)

24 thoughts on “Belajar agar Makin Cerdas dan Cantik lewat #BloggerMuslimahMeetUp

    • Iya, bikin kepengin lagi ya…. Pengisi acaranya nggak pelit berbagi ilmu, ramah pula. Tempatnya nyaman, pesertanya juga seru-seru, banyak hadiah, lagi :D.

    • Aamiin, sampai ketemu lagi, Mba. Makasih udah diajakin berani foto diri, biasanya sungkan kecuali diwajibkan oleh penyelenggara event, lebih suka foto suasana/reportase, hehehe.

  1. Seneng bisa ikutan meet up ini, mudah2an bisa ikutan lagi.

    Apalagi pas liat palet kosmetiknya, Mba…. duh, excited banget deh aku, Mba. Alhamdulillaah tempatnya juga nyaman jadi aku bisa ikutan beauty class nya

    • Iya Mba Angga, kalau di keramaian/mall gitu kan kurang bebas, ya. Yang tempatnya nyaman/cenderung tertutup, seringnya berbayar dan harganya lumayan :D. ALhamdulillah bisa ikutan yang ini.

  2. Aku jadi penasaran sama bukunya uni novia yg berjudul putri kejawen, bisa didapat di toko buku mana ya mba bukunya. Sayang aku ga bisa kut sesi selanjutnya setelah isoma, semoga di event selanjutnya aku bisa hadir sampai tuntas.

    • Kalau nggak salah, dulu di Majalah Ummi ada iklannya bahwa buku-buku lama seperti Putri Kejawen ini masih bisa dibeli. Terbitan Pustaka Annida juga kan, masih satu grup. Cuma, sudah agak lama nggak muncul lagi sih iklannya. Jadi ingat juga dulu pernah pengin beli tapi belum jadi, mungkin kapan-kapan kalau sempat saya tanyakan sekalian ya, Mbak Mel.

  3. Pingback: Ini Dia Bekal untuk Jadi Muslimah Cerdas Era Digital | Leila's Blog

  4. Pingback: Meriah Kontemplatif Milad Keempat Blogger Muslimah | Leila's Blog

  5. Pingback: Writober 4: Perlukah Pakai Tabir Surya Pagi Hari Meski di Rumah Saja? | Cerita-Cerita Leila

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s