Tantangan Level 8 Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional — Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, Hari 8, 21 September 2017
Kami cukup jarang bepergian bersama ke pusat perbelanjaan. Alhasil kalau ditanya tentang pengalaman anak tantrum karena tidak dituruti permintaannya beli mainan di mall misalnya, saya tidak bisa menjawab, soalnya memang hampir tidak pernah ke mall yang keliling-keliling begitu (yang umumnya banyak godaan nan menarik hati anak-anak, lha emaknya aja jadi kepengin kok).
Kalaupun pergi ke sana dengan anak-anak, biasanya sudah ada agenda seperti saya sekalian ikut seminar/talk show atau kopdaran dengan teman-teman. Sengaja makan di luar sekeluarga pun tak sering. Bahkan kalau bisa urusan kami di pusat perbelanjaan selesai sebelum waktunya makan, jadi bisa makan di rumah saja. Atau justru sudah membawa bekal, misalnya kalau kami pergi ke pameran atau kebun binatang.
Suami pun lumayan tegas soal permintaan (terkait beli mainan, makanan, atau permainan) yang tidak sesuai rencana. Karena anak-anak tahu ayahnya tidak akan mengabulkan, mereka pun tidak sampai menangis apalagi mengamuk minta sesuatu, walaupun kalau merengek gitu sih pernah juga, ya.
Jika dikaitkan dengan materi level 8 ini yang menyinggung soal kebutuhan vs keinginan, sebetulnya saya masih belum begitu yakin sih apakah anak-anak sudah benar-benar paham bedanya atau hanya sekadar nurut saja pada ayah mereka, atau malah belum ketemu saja dengan situasi yang betul-betul menggiurkan bagi anak-anak hingga memancing reaksi dahsyat mereka. Tapi tidak ada salahnya apa yang telah berjalan selama ini tetap diteruskan, sambil mencoba berbagai pendekatan untuk membangkitkan kesadaran dari dalam diri mereka sendiri.
Kemarin saya mengajak Fathia ikut kopdaran grup Nyonya-nyonya Pebe di Thamrin City. Beberapa permintaan Fathia seperti pilihan makanan dan minuman saya turuti, karena toh memang sudah jam makan dan menurut saya tempat makannya tepercaya. Namun ketika melewati toko-toko yang menjual mainan dan Fathia mulai merengek minta squishy, saya berusaha konsisten bilang tidak. Yah, sebenernya lucu sih ya, saya pun tertarik #eh, tapi mainan anak-anak sudah cukup banyak.
Alhamdulillah sih Fathia meski sempat mengulang permintaannya beberapa kali tetapi tidak sampai menuntut terus. Lagipula kami saat itu lebih banyak fokus ke mencari lokasi pertemuan (yang diganti dari kesepakatan awal, tempat kami sudah sempat makan) yang cukup rumit, jalannya muter-muter, naik turun eskalator berkali-kali. Demikian juga dengan permintaan main di playground yang tidak sengaja kami lewati dalam perjalanan mencari lokasi berikutnya, bisa saya tolak dengan alasan sayang waktunya.
Ketika Fathia minta makan lagi di tempat berkumpul, nah, ini saya setujui karena ya…mumpung dia (yang cukup pemilih soal makanan) mau sih :D, walaupun untuk ukuran dompet tanggal tua agak lumayan juga. Di sini Fathia sempat kembali menyinggung soal squishy, jadi saya jelaskan bahwa dengan membeli makanan di sini artinya jadi betul-betul tidak tersedia lagi anggaran untuk beli mainan hari itu, tinggal untuk bayar transportasi pulang. Saya belum menyinggung soal simpanan di tabungan yang sebenarnya bisa saja diambil di ATM kalau memang diperlukan betul sih, menurut saya hal ini akan saya sampaikan pada kesempatan lain saja.