Terinspirasi dari dua buku cerita tentang tantangan mengajak anak tidur, kemarin (7/12) saya mendongeng dengan jari-jari tangan tentang keluarga gajah. Semula saya hendak memerankan tokoh ibu gajah dengan tangan kiri dan anak gajah dengan tangan kanan, tapi Fahira menyela, minta saya jadi ayah dan bundanya saja, sedangkan ia memerankan anak gajah dengan jari-jarinya. Kami gabung kedua cerita dari kedua buku ditambah improvisasi sana-sini, di mana anak gajah selalu punya alasan untuk tidak tidur awal. Pelajaran juga sebenarnya bahwa anak suka rutinitas. Kalau sampai ada yang terlupa dilakukan hingga anak jadi harus meminta-minta aktivitas ini itu (kalau di buku ada minum susu, minta selimut, didongengi), artinya orangtua juga yang perlu membenahi manajemen waktu.
Kalau waktu mendongengnya sih Fahira jelas bersenang-senang dengan menyebutkan alasan-alasan untuk tidak tidur cepat. Hasilnya, anak gajah keesokan harinya bangun kesiangan, dan ternyata sendirian di rumah. Ia menemukan pesan bahwa ayah dan bundanya pergi dulu karena ada keperluan penting, makanan sudah disiapkan. Tadinya hendak mengajak anak gajah tetapi karena sulit dibangunkan jadi ditinggal dulu. Anak gajah pun menyesal.
Saya menjelaskan kalau anak-anak manusia mungkin tidak akan ditinggalkan semudah anak hewan (bukan tega ya, tapi memang polanya beda kan, dan toh seringnya induk hewan tetap kembali lagi). Namun, hampir selalu ada konsekuensi atas tindakan yang diambil, termasuk jika tidak taat pada jadwal aktivitas sehari-hari yang sudah disepakati.
Sedangkan Fathia bercerita tentang latihan drum band di sekolah. Jadi saya mendongeng soal alat-alat drum band yang ceritanya saling menyombongkan diri akan bunyinya yang bagus. Maka mereka bersaing membunyikan diri sekeras-kerasnya, yang membuat lagu justru menjadi tidak karu-karuan. Di sinilah perlunya saling melengkapi dan bekerja sama.
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination