Jurnal Ulat-ulat 8 Bunda Cekatan: Mendapatkan Bekal dari Buddy

Pekan kedelapan ini kami diminta mencari satu buddy. Saya melamar Mbak Helena Mantra karena sesungguhnya saya penasaran bahwa Mbak Helena yang saya kenal sebagai blogger jempolan justru tidak memilih keluarga WeBS – Web, Blog, dan Search Engine Optimization (SEO) maupun literasi sebagai makanannya. Sepertinya, Mbak Helena lebih tertarik mendalami manajemen waktu maupun hal-hal kerumahtanggaan. Mungkin karena Mbak Helena punya prioritas lain yang harus dituntaskan, ya.

Dari aliran rasa yang Mbak Helena sampaikan, saya mencatat sejumlah hal. Pertama, yang paling makjleb, Mbak Helena menyatakan bahwa peta pikirannya kebanyakan berisi hal-hal yang selama ini ia acuhkan padahal penting.

“Saya menghindari hal tersebut karena tidak menyenangkan. Rupanya itu karena saya tidak tahu ilmunya dan memang tidak mencari ilmunya. Maka, di kelas ulat-ulat ini saya mencari makanan tersebut supaya dapat melakukan hal penting itu dengan bahagia,” katanya.

Huwaa, saya pun seketika merasa bersalah karena fokus ke hal lain yang lebih saya sukai ketimbang berupaya berbenah dari yang dekat dan penting dulu. Mbak Helena antara lain memilih untuk belajar di kelas/keluarga Manajemen Waktu, dengan strong why waktu tidak bisa diulang dan apa yang kita kerjakan di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat (Quran surat Al Asr’). Dari sini, Mbak Helena yang merupakan IRT dengan balita dan bayi yang belum lama lahir, belajar menentukan skala prioritas dan membuat kandang waktu.

Masih berkaitan dengan manajemen, untuk urusan rumah, Mbak Helena belajar food preparation dan food storage, ide menu masakan selama sebulan, hingga seni menentukan menu dan belanja bahan masakan. Untuk urusan cuci-mencuci, Mbak Helena menemui tantangan tempat menjemur yang terbatas. Ada satu tips yang dibagi Mbak Helena di sini, yaitu mencuci piring cukup 1x sehari. Piring kotor ditumpuk saja dulu, tahan diri untuk tidak mencuci piring setiap kali melihat tumpukan di wastafel. Ini supaya waktunya bisa digunakan untuk hal lain.

Waah, saya mungkin bisa menerapkan hal ini juga, ya. Soalnya saya tuh bawaannya gatel mau lihat kitchen sink bersih, dan ada semacam kekhawatiran air mendadak mati gitu. Alhasil, masih dalam proses masak pun saya biasanya langsung mencuci apa yang sudah tidak dipakai, misalnya mulai mencuci talenan dan pisau ketika bahan-bahan sudah ditumis.

Tentu yang utama juga adalah membersamai anak-anak. Mbak Helena memperoleh ide kegiatan dan fitrah anak balita dari tim homeschooling. Masih terkait hal bermain, Mbak Helena punya mindset unik dalam melakukan kegiatan domestik: ini adalah permainan seperti di K*dzania.

“Rumah bagaikan hotel yang perlu dirawat. Saya dan anggota keluarga lain bekerja di hotel ini dengan serangkaian tugas domestik yang perlu dikerjakan setiap hari/minggu/bulan (sudah ada daftar dan ceklisnya). Bismillah semoga konsisten!”

Mbak Helena sempat mengomentari blog saya dan memberikan beberapa bekal. Katanya, Mbak Helena suka dengan semangat ngeblog saya untuk berbagi info yang tepercaya di tengah banyaknya hoax dan info “titipan”. Mbak Helena rupanya juga memperhatikan bahwa saat workshop Rumbel Menulis Ibu Profesional Jakarta di Kafe Sastra bulan kemarin, saya membawa voice recorder. Menurut Mbak Helena, di situlah kekuatan saya, untuk menyajikan informasi yang lengkap. Saya memang membeli alat perekam khusus ini karena kalau pakai hp seringkali hp-nya saya butuhkan untuk keperluan lain, termasuk untuk urusan pekerjaan kantor. Mau cek dan ricek penyebutan istilah tertentu juga lebih mudah.

Tentang SEO yang saya pelajari di kelas Bunda Cekatan ini (sebagaimana saya sudah tuliskan di jurnal sebelumnya, banyak galaunya belajar ini), Mbak Helena bilang biasanya karena blogger mau dapat penghasilan dari blog, maka dia fokus banget ke SEO supaya trafiknya naik. Banyak yang baca, (semoga) banyak yang klik. Untuk saya yang belum menempatkan blog sebagai ladang penghasilan, tidak apa-apa jika belum ingin fokus ke SEO. Ada kok blogger yang memang berniat berbagi dan suka nulis, Mbak Helena mencontohkan dcatqueen.com.

Mau optimasi sampai sejauh apa, kata Mbak Helena, bisa disesuaikan dengan diri saya sendiri selaku pemilik blog.

At least SEO yang simple aja. Kadang aku nulis ga mikir SEO tapi nulisnya panjang x lebar eh malah bisa muncul di page one Google 😁,” sebut Mbak Helena sambil mengirimkan tautan tulisannya terkait hal ini.

Soal pendapatan, menurut Mbak Helena, AdSense bisa jadi alternatif buat memperoleh passive income.

“Ya sambil lalu aja. Yang penting pasang dulu di blog. Ada yang klik ya syukur,” jelas Mbak Helena sambil berbagi tautan ke blognya yang menjelaskan pertimbangan untuk pasang AdSense maupun cara memasang AdSense.

Selain AdSense, cara lain mendapatkan penghasilan pasif dari blog adalah dengan affiliate link. Kalau ada yang klik link itu dan berujung beli, maka kita bisa dapat komisi. Nah, sebelum ini palingan saya pernahnya ngasih kode diskon atas nama saya yang bisa dipakai oleh pengunjung blog, yang kala itu diperhitungkan siapa yang kode diskonnya paling banyak dipakai untuk dapat hadiah tambahan. Referral, ya, jatuhnya.

Nah, bekal saya untuk Mbak Helena saya sajikan dalam jurnal terpisah.

#Janganlupabahagia
#Jurnalminggu8
#Materi8
#Kelasulat
#Bundacekatan
#Buncekbatch1
#BuncekIIP
#Institutibuprofesional

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s