Tiga bulan mengikuti Tahap Ulat-Ulat Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional, saya merasa semacam keluar dari zona nyaman. Terbiasa belajar di kelas level-level sebelumnya (Matrikulasi dan Bunda Sayang) yang metode belajarnya menurut saya lebih standar materi-tugas-kerjain, saya lumayan kalang kabut di tahapan kali ini. Dari yang tadinya menanti-nanti kapan Bunda Cekatan dimulai, sampai sempat kepikiran apa mundur saja.
Category Archives: Bunda Cekatan
Jurnal Ulat-ulat 8 Bunda Cekatan: Mendapatkan Bekal dari Buddy
Pekan kedelapan ini kami diminta mencari satu buddy. Saya melamar Mbak Helena Mantra karena sesungguhnya saya penasaran bahwa Mbak Helena yang saya kenal sebagai blogger jempolan justru tidak memilih keluarga WeBS – Web, Blog, dan Search Engine Optimization (SEO) maupun literasi sebagai makanannya. Sepertinya, Mbak Helena lebih tertarik mendalami manajemen waktu maupun hal-hal kerumahtanggaan. Mungkin karena Mbak Helena punya prioritas lain yang harus dituntaskan, ya.
Dari aliran rasa yang Mbak Helena sampaikan, saya mencatat sejumlah hal. Pertama, yang paling makjleb, Mbak Helena menyatakan bahwa peta pikirannya kebanyakan berisi hal-hal yang selama ini ia acuhkan padahal penting.
“Saya menghindari hal tersebut karena tidak menyenangkan. Rupanya itu karena saya tidak tahu ilmunya dan memang tidak mencari ilmunya. Maka, di kelas ulat-ulat ini saya mencari makanan tersebut supaya dapat melakukan hal penting itu dengan bahagia,” katanya.
Jurnal Ulat-ulat 8 Bunda Cekatan: Bekal untuk Buddy
Menjadi ibu yang suka menulis acapkali memang menghadirkan tantangan tersendiri. Saya merasakannya, dan ternyata Mbak Helenamantra yang menjadi buddy saya pada tahap akhir Kelas Ulat Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional pun demikian. Maka, saya mengumpulkan sejumlah tips dari sana-sini terkait hal tersebut untuk dijadikan hadiah. Mungkin sebagian besar di antaranya sesungguhnya sudah dijalankan, yah anggap saja sebagai catatan pengingat juga.
Sebagaimana disebutkan oleh salah satu ibu yang menulis tips di bawah ini, kebanyakan tips mengelola waktu untuk bisa menulis itu sepertinya ditujukan untuk mereka yang belum memiliki anak. Bahkan ia mengakui postingan blog lamanya (sebelum punya anak) tentang manajemen waktu tidak sesuai lagi untuk kondisinya sendiri saat ini.
Kalau sudah ada anak, akan ada begitu banyak tugas mulai dari menyiapkan makanan, membersamai saat bermain, menidurkan, hingga mencuci pakaian dan peralatan makanan (belum lagi urusan cuci botol dan perintilannya yang seringnya perlu perlakuan khusus), mengepel tumpahan susu, dst.
Itulah saat di mana semua ilmu tentang manajemen waktu yang pernah diketahui rasanya tak berarti lagi. Mau ibu bekerja di ranah publik seperti saya maupun ibu yang bekerja di ranah domestik seperti Mbak Helena yang menulis dari rumah selain kadang menghadiri kegiatan-kegiatan di luar, sama-sama ada tantangannya. Fokus? Apa itu fokus?
Jurnal Ulat-ulat 7 Bunda Cekatan: Refleksi Belajar
Pekan ketujuh artinya sebentar lagi kelas Ulat-Ulat berakhir, dan sebentar lagi mahasiswi Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional akan memasuki kelas Kepompong. Tibalah saatnya melakukan refleksi atas kegiatan belajar yang telah dilakukan selama enam pekan belakangan. Berikut adalah refleksi belajar saya.
Jurnal Ulat-ulat 6 Bunda Cekatan: Berikan Hadiah
Setelah dari kemarin kami diminta belajar apa yang disukai atau menjadi fokus diri, kali ini tantangan di Kelas Bunda Cekatan adalah memberikan hadiah pada teman yang diajak kenalan pada pekan sebelumnya. Bukan sembarang hadiah, karena di sini kami diminta untuk memberikan makanan favorit teman yang belum tentu kita sukai.
Belum tentu = boleh saja hadiah itu berupa sesuatu yang kita sukai juga. Namun, karena ada kata “belum tentu” itu, saya jadinya tertantang untuk memberikan hadiah dari sesuatu yang tidak begitu saya sukai. Hadiah yang saya siapkan memang tidak sepenuhnya saya “benci”, tetapi terus terang juga bukan hal favorit saya. Bukan hal-hal yang masuk dalam mind map utama saya, meskipun kalau dihubung-hubungkan ya bisa saja ketemu kaitannya. Ketidaksukaan itu tidak sampai menghalangi saya untuk mau belajar kalau memang diberikan kesempatan (apalagi kalau gratis, hehehe), tetapi ya gitu, sudah diajarin oleh masternya pun seringnya belum sukses.
Jurnal Ulat-ulat 5 Bunda Cekatan: Berkemah Bersama
Lagi-lagi pekan ini saya sebagai mahasiswi Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional diminta untuk keluar dari zona nyaman. Kali ini dari segi bersosialisasi, walaupun kalau dari sisi wawancara sih sebenarnya itu hal yang biasa saya lakukan, ya. Kalau kata teman saya yang ikutan IIP juga (walaupun belum di kelas Buncek), ini karena namanya juga sudah Cekatan, sudah seharusnya lebih “keluar”, tidak sekadar “di dalam” sebagaimana halnya tingkatan sebelumnya yaitu Bunda Sayang.
Waktunya cukup terbatas, sejak pemberian tugas hari Jumat ke tenggat akhir hari Selasa sudah harus ada minimal lima teman yang diajak “berkemah bersama”. Teman-teman ini akan digali pendapatnya soal kelas favorit dan alasannya, serta apakah ada tantangan dalam mengikuti kelas tersebut. Kalau bisa, diminta agar teman-teman ini adalah teman-teman baru, bukan yang sudah dikenal sebelumnya. Hasil dari obrolan ini nantinya akan diolah menjadi grafik terkait kelas favorit.
Jurnal Ulat-ulat 4 Bunda Cekatan: Masih Mengumpulkan Makanan
Pekan ini pembahasan di Keluarga WeBS semakin mendalam. Semakin banyak istilah teknis, tetapi masih cukup mudah dipahami. Blogger senior seperti Mbak Marita dan Mbak Naqiyyah yang baru bergabung dengan baik hati berbagi tutorial langkah demi langkah untuk dapat mencapai tujuan tertentu, seperti mengatur menu tampilan.
Ya, soal tampilan ini ternyata memegang peranan penting dalam mengundang dan mempertahankan pembaca. Tampilan yang ribet dan terlalu meriah akan menurunkan keterbacaan tulisan, juga membuat halaman blog sulit diakses. Kalau kelamaan menunggu halaman yang diinginkan dimuat, bisa-bisa pengunjung keburu pergi, kan? Inilah salah satu hal yang bisa kita lakukan dalam rangka menerapkan SEO.
Jurnal Ulat-ulat 3 Bunda Cekatan: Kumpul Keluarga
Jika pada pekan sebelumnya para mahasiswi Bunda Cekatan diminta mempresentasikan apa yang telah diketahui, sambil mencicipi sajian dari teman-teman lainnya, kini kami diminta membentuk keluarga. Ada berbagai tema (banyak sekali!) yang bisa dipilih sesuai dengan mind map awal. Saya sendiri sempat galau mau memilih yang benar-benar selaras dengan mind map yang sedang saya buat, yaitu blogging, atau yang lain dulu. Mind map saya selengkapnya bisa dilihat di sini.
Saya semacam merasa bersalah saja ketika tiba-tiba memilih sesuatu yang memang saya minati, alih-alih apa yang sesungguhnya bisa dibilang lebih penting dan mendesak. Soal komunikasi dalam keluarga, manajemen emosi, dan lebih-lebih lagi manajemen waktu, jelas saya belum “lulus”.
Memang, kalau kata Bu Septi pada kelas terdahulu lebih kurangnya begini: Ibu yang bahagia akan memancarkan kebahagiaannya sehingga seisi rumah juga ikut bahagia menjalani apa pun aktivitasnya, bahkan meskipun bidang yang ditekuni ini terkesan “egois”. Pastinya dengan catatan jangan sampai ada yang “terzalimi”, tambah Bu Septi saat itu. Nah, supaya tidak ada yang terzalimi, harusnya saya menuntaskan pelajaran manajemen waktu dulu, bukan?
Jurnal Ulat-ulat 2 Bunda Cekatan: Sajian Audio-Visual
Pekan ini ada tantangan baru lagi. Mahasiswi Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional diminta untuk menyajikan potluck dalam bentuk rekaman audio ataupun audio-visual. Tentu saja saya sempat mengkeret. Bicara, apalagi di depan umum, bukanlah sesuatu yang saya banget. Namun, mungkin inilah jalannya ya agar bisa mempelajari hal baru lagi. Apalagi, sesungguhnya public speaking memang merupakan salah satu hal yang saya sebutkan perlu untuk dipelajari dalam tugas kelas Bunda Cekatan tahap sebelumnya.