Kembali Beraktivitas Menuju New Normal, Perhatikan Hal Ini Yuk

Setelah beberapa bulan menjalani #dirumahaja, ada yang merasa enggak kalau kita lebih jarang sakit? Kalau saya sih merasa sekali. Terutama untuk anak-anak yang keduanya sudah sekolah, nih. Mengikuti pembelajaran dari rumah saja ternyata membuat mereka jauh dari batuk pilek. Saya pikir, ini karena interaksi yang terbatas dengan dunia luar, yang artinya meminimalkan kemungkinan tertular sesuatu.

Tentu, kita sebetulnya rindu juga ya beraktivitas di luar rumah, berinteraksi dengan lebih leluasa dengan teman dan kerabat. Namun, selama kondisi pandemi Covid-19 masih belum mereda, rasanya saya setuju untuk lebih baik membatasi bepergian selama memungkinkan, terlebih lagi bersama anak-anak. Sedangkan bagi yang memang harus keluar rumah untuk urusan pekerjaan maupun hal-hal mendesak lainnya, patuh terhadap Pedoman Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi satu keharusan.

Saat ini saya pun mulai masuk kantor lagi. Untuk tujuan pencegahan penyebaran penyakit, saya melakukan sejumlah langkah ekstra. Apalagi, saya tinggal dan bekerja di Jakarta, salah satu daerah dengan kasus Covid tertinggi. Yang saya jadikan pedoman adalah panduan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun sumber lainnya sebagai berikut:

  • Memakai masker kain minimal dua lapis yang diganti minimal setiap empat jam sekali.
  • Tidak menyentuh wajah (termasuk menggosok area mata) dengan tangan. Kalaupun terpaksa, pakai tisu bersih.
  • Kalau dalam keadaan batuk, pilek, dan demam, lebih baik di rumah saja.
  • Rajin mencuci tangan, termasuk saat baru tiba di kantor atau jika perlu memegang barang/uang dari orang lain.
  • Membuka pintu dan menekan tombol lift bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan siku. Saya lihat ada semacam alat bantu yang dijual untuk memudahkan memencet tombol lift maupun ATM, tapi belum beli sih.
  • Tidak berjabat tangan.
  • Menghindari kerumunan, tetap menjaga jarak dengan rekan lainnya.
  • Secara berkala membersihkan area kerja dengan semprotan disinfektan.
  • Berupaya tidak sering menyentuh fasilitas atau peralatan yang dipakai bersama di area kerja.
  • Membawa bekal makan sendiri dari rumah.
  • Sepulang kerja, langsung mandi sebelum menyentuh anggota keluarga lainnya.
  • Membersihkan gawai, kacamata, dan tas dengan disinfektan jika perlu.
  • Membawa alat ibadah dari rumah.

Kantor pun sudah melakukan berbagai tindakan pencegahan, mulai dari penyediaan hand sanitizer di banyak titik, juga mengambil pencatatan kehadiran dari aplikasi online, tidak lagi menggunakan mesin yang memerlukan rekaman tangan.

Ketika Sakit Tak Terhindarkan

Sudah serangkaian tindakan pencegahan dilakukan, tetapi ternyata masih sakit juga? Yah, bagaimana pun kita harus mengakui keterbatasan kita sebagai manusia, ya. Sudah berhati-hati, tetap ada waktunya kecolongan. Saya sendiri mengalami suhu badan naik secara bertahap pada hari kedua lebaran, yang bertambah parah keesokan harinya.

Kantor saya kebetulan mewajibkan semua pegawai untuk melaporkan kondisi kesehatan harian termasuk pada hari libur, dan saat itu hampir semua tanda yang disediakan dalam aplikasi tersebut saya centang. Kelihatannya sih, daftar gejala itu dibuat mengikuti gejala umum yang mengarah pada penyakit akibat virus corona 2019 ya. Mulai dari demam, sakit tenggorokan, nyeri tulang, pusing, merasa lemah, hingga nyeri abdomen. Hanya saja, saya tidak mengalami batuk pilek, diare, maupun sesak nafas.

Terus terang waktu itu sempat galau. Haruskah segera periksa? Pada kondisi biasa, dokter keluarga kami selalu mengingatkan untuk observasi dulu di rumah dan lakukan penanganan standar seperti lebih banyak minum, selama tidak ada tanda kegawatan. Bisa jadi ini sore throat biasa yang merupakan self-limiting disease, apalagi saya malah tidak mengalami batuk pilek meskipun untuk menelan rasanya sakit sekali. Namun pada situasi seperti ini, ada kekhawatiran yang terselip. Mau langsung periksa ke fasilitas kesehatan terdekat pun ada perasaan ragu. Merasa toh masih sadar, untuk berjalan pun masih kuat.

Di tengah kebingungan, saya teringat ada aplikasi Halodoc terpasang di ponsel. Nah, Halodoc bisa membantu untuk berkonsultasi jarak jauh dengan dokter-dokter tepercaya. Pengalaman saya, menu di aplikasi Halodoc ini mudah digunakan. Untuk dokternya pun tersedia banyak pilihan pakar dari dokter umum maupun dokter spesialis seperti dokter spesialis obstetri dan ginekologi (alias dokter kandungan), dokter kulit, dokter anak, dokter penyakit dalam atau internis, dokter bedah, dokter mata, dokter sampai dokter gigi, psikiater, dan psikolog klinis pun ada. Secara lebih khusus, ada juga tim dokter untuk yang ingin berkonsultasi seputar Covid-19.

Aplikasi Halodoc

Tampilan aplikasi Halodoc di ponsel

Setiap profil dokter disertai dengan keterangan berapa tahun pengalamannya, tempatnya menyelesaikan pendidikan berikut tahunnya, tempat praktik sehari-harinya, sampai dengan nomor STR-nya. Ada pula rating atau penilaian pengguna terhadap dokter tersebut. Lengkapnya keterangan ini dapat membantu kita dalam menentukan pilihan. Oh ya, saat ini sedang ada promo yang membuat biaya konsultasi kita bisa menjadi gratis, lho.

Dokter di Halodoc

PIlihan dokter di Halodoc

Bukan hanya konsultasi langsung, di Halodoc juga tersedia fitur seperti jasa pembelian obat dan artikel-artikel kesehatan tepercaya untuk menambah wawasan kita. Yang saya suka, bagian bawah artikel mencantumkan jurnal atau artikel ilmiah yang menjadi rujukan, jadi lebih “sahih”, kan.

Pesan Rapid Test

Rapid Test lewat Halodoc, termasuk di Jakarta

Selain itu, ada pula fitur Covid-19 Test. Iya, melalui Halodoc, kita bisa membuat perjanjian untuk melakukan rapid test maupun metode lain seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) atau swab test di rumah sakit atau klinik terdekat. Saya lihat, pilihan rumah sakit untuk rapid test Jakarta sangat banyak, jadi bisa dipilih yang dekat dengan tempat tinggal atau kantor kita. Ada pula yang menyediakan layanan rapid test drive thru yang lebih praktis.

Saat ini, bukan cuma yang merasakan ada gejala saja yang perlu memeriksakan diri. Untuk yang butuh melakukan perjalanan antarkota pun, apalagi jika memakai transportasi umum seperti naik pesawat, hasil rapid test biasanya diminta sebagai syarat. Kemarin seorang teman pun bercerita bahwa tempat wisata di daerah lain yang sudah mulai dibuka untuk pengunjung pun mewajibkan pengunjung membawa hasil rapid test yang non-reaktif. Sebagian kenalan ada yang bercerita bahwa biaya tes Covid yang cukup lumayan menjadi tantangan tersendiri, sementara tiket pesawat untuk menemui keluarga pun sudah cukup menguras kantong. Namun pastinya, ini suatu tindakan preventif yang dianggap perlu untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas.

Alhamdulillah keluhan yang sempat saya rasakan sudah pergi dengan sendirinya, cukup dengan istirahat dan dibantu pereda rasa sakit yang direkomendasikan oleh dokter. Dengan upaya pencegahan seoptimal yang kita bisa dan penanganan sedari awal jika ada gejala, semoga kesehatan kita bisa selalu terjaga, ya…

22 thoughts on “Kembali Beraktivitas Menuju New Normal, Perhatikan Hal Ini Yuk

  1. Aku pernah nih pakai aplikasi ini. Pas lagi sakit tapi masih khawatir ke rumah sakit. Aku pakai halodoc yang free. Dokternya ramah, cepet responnya, konsultasinya jg enak. Kita bisa milih dokter pula, aq lebih nyaman ama dokter cewe sih heheheh

  2. Iya memang ya mbak, selama 3 bulan lebih ini jaga hidup sehat jadi merasa jarang sakit, nggak kena batuk pilek.
    Halodoc di kala pandemi ini emang bisa diandelin, buat cari referensi, janjian sama dokter, cari info RS sampai dengan cari tempat buat tes covid. Harus lah di install aplikasinya

    • Aamiin ya rabbal aalamiin…. Saat enggak pandemi pun kadang kita terkendala kondisi (nggak ada yang jaga anak di rumah misalnya, mau diajak ke RS juga khawatir kan), nah konsultasi begini bisa sangat membantu.

  3. Menghadapi new normal. Aku tetap dirumah aja sih kak.. masih takut. Tapi kalau penting banget harus keluar rumah, pasti pakai masker,bawa hand sanitizer dan selalu cuci tangan . Sekarang mudah yah rapid test bisa lewat Halodoc. Jadi ga khawatir mesti keluar rumah. Lengkap di Halodoc aja.

  4. halodoc memang sangat membantu, aku pengguna halodoc dari mulai anakku bayi yg harus nunggu obat kalo periksa, dan antrinya ampuuun deh hehehe.. pake halodoc bisa diambilin obatnya dianter depan rumah, praktis. Dan sekarang tetap setia melayani di tengah pandemi 🙂

  5. Alhamdulillah ya, semakin ke sini teknologi makin canggih yang memudahkan kita
    di musim pandemi ini halodoc menjadi penolong kita, agar tidak keluar rumah lebih banyak demi membatasi tertular ya Mba.

  6. Dengan kehadiran beragam aplikasi online kesehatan seperti Halodoc setidaknya rasa cemas bisa terkurangi ketika beraktivitas d luar yah Mbak karena sudah punya “pegangan”.

  7. Wah, ternyata asik juga ya aplikasinya. Bisa konsul tanpa riweh antri dan keluar rumah. Aku juga sempat instal app ini tapi gak ngerti cara pakainya😂

  8. Mbaaak, aku jualan alat buat pencet lift dan ATM itu, bisa kasih nama pula. hahhaa… ngiklan ah.
    25k yang gede tuh

    Rada parnoan yah sekarang ini tapi demi kesehatan bersama lah.

  9. Kalo mau rapid test juga gampang melalui aplikasi halodoc. Kalo mau bepergian ke luar kota karena urusan mendadak jadi lebih gampang deh. Alhamdulillah

  10. Halodoc emang bagus deh. Mau rapid test kalo butuh karena harus keluar kota jadi lebih gampang. Alhamdulillah ya

  11. Pingback: Jujur Tentang Status Positif Covid-19, Sejauh Apa? | Cerita-Cerita Leila

Leave a reply to renayku Cancel reply