“Baby-ku diare, nih, Mom. Dikasih apa ya, biar mampet. Kasihan lihatnya.”
“Ada yang tahu enggak, Bunda, obat alami buat bayi mencret? Kalau dikasih obat kimia, kasihan.”
Berhubung saya memang menjadi anggota banyak grup whatsapp, chat seperti di atas hampir setiap hari berseliweran. Diare memang menjadi salah satu penyakit langganan anak yang membuat orang tua khawatir.
Pertama, karena umumnya orang tua juga sudah mengetahui betapa tidak nyamannya sakit perut akibat diare ini. Kita yang sudah dewasa saja bisa sampai mengerang kesakitan dan kesulitan beraktivitas, belum lagi ditambah dengan rasa lemas yang mengikuti. Bayi mungil yang “belum bisa apa-apa”, pastilah lebih menderita.
Kedua, mengingat usia anak yang masih sangat belia, orang tua biasanya juga bingung harus memberi treatment apa. Obat diare untuk orang dewasa sih sudah banyak tersedia di pasaran, mulai dari keluaran pabrikan ternama hingga yang dikatakan sebagai obat alami diare.
Nah, bagaimana dengan anak-anak? Rasanya kok tidak tega pada umur semuda itu anak harus mengonsumsi obat.
Ketiga, mungkin ada rasa bersalah juga di hati orang tua. Sebab, pemicu diare ini salah satunya bisa karena faktor kurang hati-hatinya orang tua. Kurang bersih dalam pengolahan makanan misalnya, atau kadang dibilang gara-gara bayi kelelahan diajak bepergian.
Apalagi kalau di rumah ada kerabat lain yang tinggal bersama, biasanya kepanikan ibu lebih tinggi karena kesal dengan komentar pedas, semacam “tidak becus menjaga anak.” Makanya, inginnya diare buru-buru pergi
Definisi Diare
Yang perlu diperjelas terlebih dahulu sebelum mencari tahu obat alami diare untuk anak adalah, benarkah kondisi yang sedang dialami tersebut merupakan diare?
Pertanyaan macam apa ini? Kan, jelas, kondisi feses yang lebih encer dari biasanya dengan frekuensi lebih sering itu namanya diare!
Wah, tunggu dulu.
Khususnya pada bayi, menyimpulkan bahwa tinja cair tersebut tergolong diare atau bukan tidaklah semudah pada orang dewasa atau minimal anak yang lebih besar, yang sudah bisa bilang bagian mana yang sakit dan sudah pula punya pola BAB yang cenderung jelas.
Idealnya tentu diperiksakan dulu ke dokter untuk memperoleh diagnosis yang tepat, tetapi sebagai bekal awal, orang tua perlu memahami terlebih dahulu, kapan sih bayi dikatakan diare?
Kalau menurut definisi Kementerian Kesehatan dalam Buku Saku Lintas Diare, diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Orang tua baru mungkin akan panik ketika melihat bayinya buang air besar sampai lebih dari lima kali dalam sehari, dan teksturnya encer pula. Padahal, ya, memang bayi khususnya sebelum umur enam bulan ini baru mengonsumsi ASI atau susu formula saja, kan. Kita saja kalau asupannya lebih banyak cairan maka akan cenderung cair juga BAB-nya. Apalagi jika ASI yang dikonsumsi. Pup hingga sekitar sepuluh kali sehari ketika masih ada ampasnya masih bisa dibilang normal untuk bayi yang masih ASI eksklusif.
Ada pula sumber yang menyebutkan memang ASI mengandung pencahar alami agar sisa-sisa kotoran dan zat yang tidak diperlukan dapat segera dibuang. Maka wajarlah bayi jadi buang air besar berkali-kali dalam sehari.
Bisa juga bayi terlalu banyak minum foremilk atau ASI pada bagian depan payudara yang cenderung encer. Foremilk ini banyak ditemukan saat payudara penuh, dan kandungan laktosanya dapat membuat BAB bayi lebih cair daripada biasanya.
Bayi Diare Karena Makanan Ibu?
Mungkin kita pernah mendengar bahwa bayi diare itu adalah karena ibunya makan pedas. Bahkan tekstur berbiji (seedy) seperti biji cabai itu pun ada yang bilang merupakan teguran Tuhan atas ketidakmampuan ibu dalam menahan diri untuk mengonsumsi makanan pedas.
Kalau ini, tergantung sebenarnya, sih. Ada bayi yang sensitif akan zat capsaicin yang ada pada cabai, sebagaimana kita juga ada yang kalau makan pedas jadi buang-buang air. Namun, ada juga yang kuat-kuat saja.
Mau tidak mau kalau sudah begini solusinya ya observasi, apakah memang benar bayi sensitif terhadap makanan ibunya. Harus dilihat satu per satu, bagaimana reaksi bayi terhadap makanan yang disantap ibunya.
Namun, bukan berarti ibu lantas berpantang banyak macam makanan sebelum terbukti. Seperti pernah dikemukakan oleh seorang dokter, nanti kalau variasi makanan ibu berkurang, bisa jadi berpengaruh ke pemenuhan gizi ibu juga.
Diare sendiri bisa dibagi menjadi diare akut dan diare kronis. Nah, ini juga masih sering pada kebalik-balik, ya. Pastinya cara mengatasi diare akut dan cara mengatasi diare kronis atau diare persisten juga berbeda. Dikatakan diare akut apabila berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyebab Diare
Masih menurut Kemenkes, yang bisa menyebabkan diare adalah:
- Infeksi (disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit)
- Malabsorpsi
- Alergi
- Keracunan
- Imunodefisiensi
- Sebab-sebab lainnya.
Saya kutip dari tulisan dr. Arifianto “Apin”, Sp.A., pada prinsipnya diare (dan muntah yang seringkali mengiringi) merupakan mekanisme alami tubuh dalam membuang sesuatu yang memang sudah seharusnya dibuang. Jadi, jangan dipaksa untuk dimampetkan.
Ya, acapkali yang menjadi concern utama adalah bagaimana agar diare cepat mampet. Padahal, yang lebih penting adalah menggantikan cairan yang terbuang melalui diare dan muntah tersebut.
Digantikannya bisa dengan cairan apa saja, meskipun mungkin minuman yang masam tidak menjadi pilihan, ya. Mau itu kuah sup, air putih, sampai susu sekalipun.
Biasanya akan ada yang menyarankan untuk hentikan pemberian susu (non-ASI), tetapi sebetulnya asal diarenya bukan karena pencernaan yang bermasalah dalam menghadapi laktosa, tidak apa-apa. Referensi selengkapnya mengenai bahasan ini bisa dibaca di tulisan saya yang ini: Muntah dan Diare Yang Menyeramkan.
Dehidrasi atau kekurangan cairan inilah yang sebetulnya mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, ketimbang fokus ke menghentikan diarenya dengan ramuan-ramuan alami, lebih baik konsentrasi ke pemenuhan cairan.
Mengatasi Diare pada Bayi dengan Cara Alami
Ini nih yang banyak dicari, bagaimana cara cepat mengobati diare pada bayi? Berikut ini adalah tips mengatasi diare dan muntah pada bayi sebagaimana dicantumkan dalam sejumlah website kesehatan tepercaya.
-
Berikan oralit atau cairan rehidrasi oral lainnya.
Sebaiknya malah selalu sedia di rumah, kalau perlu dengan berbagai rasa untuk seluruh anggota keluarga. Banyak variasi merek memang, biasanya dengan rasa buah-buahan yang berbeda, bahkan ada yang rasa bubblegum dalam bentuk cairan.
Berikan sedikit-sedikit tapi sering agar tidak memicu mual. Didinginkan boleh, bisa juga dibekukan supaya anak lebih antusias. Larutan gula garam buatan sendiri hanya untuk kondisi darurat saat tidak bisa segera ke apotek, ya. Sekali lagi, sebaiknya sudah selalu ada stok di rumah.
Bayi masih ASI eksklusif? Menurut penjelasan WHO, pemberian cairan rehidrasi oral, suplemen, dan obat yang sesuai indikasi tidak membatalkan status ASI eksklusif, kok.
2. Pantau tanda kekurangan cairan
Antara lain bisa dilihat dari frekuensi pipis yang berkurang atau warna urin yang lebih pekat. Jika sudah begini, jangan tunda untuk ke dokter, atau bahkan IGD. Panduan level-level diare dan penanganannya bisa dibaca di tulisan saya yang ini: Memantau Diare di Rumah.
3. Perhatikan feses, apakah ada darah?
Darah ini bisa menandakan alergi, atau bisa juga infeksi bakteri atau parasit yang memerlukan tindakan lebih jauh. Biasanya dokter akan memberikan antibiotik untuk menangani diare akibat bakteri atau parasit ini. Jangan lantas anti pada antibiotik saat diperlukan seperti ini, ya.
Namun memang sebaiknya pastikan diagnosis sudah tegak, antara lain melalui tes lab atas feses yang berdarah tersebut. Lebih baik lagi yang sampai tes kultur feses, bukan sekadar tes biasa, karena secara alami memang feses banyak bakterinya, kan.
Bisa jadi juga darahnya dari anus yang luka akibat sering BAB dan dibersihkan, atau dari darah pada luka di puting ibu yang terminum, atau bahkan bukan darah melainkan sisa dari makanan yang berwarna merah kalau sudah MPASI, jadi memang perlu pengamatan yang jeli, sih. Kalau ada dokter yang bisa dikontak untuk bertanya akan lebih mudah memastikannya.
4. Berikan Zinc
Zinc atau mineral seng ini masuk dalam rekomendasi WHO dan Kemenkes untuk penanganan diare. Gunanya adalah untuk mengantikan zinc dalam tubuh yang berkurang, juga dapat mencegah diare berulang. Suplementasi zinc terbukti mengurangi tingkat keparahan dan lamanya diare. Zinc ini sebaiknya diberikan selama 10 hari berturut-turut.
5. Kompres hangat di perut
Lagi-lagi memang bukan obat untuk menghentikan diare segera, tetapi lebih untuk menyamankan area perut yang biasanya melilit karena diare. Kapan-kapan akan saya bahas khusus soal mekanisme kompres hangat ini.
Tidak harus berupa daun tradisional yang dipanaskan, kompres ini bisa memakai alat kompres khusus yang diisi air hangat, atau pakai botol biasa yang diisi air hangat dan dibalut handuk. Pastikan airnya tidak panas dan tutupnya terpasang erat, ya.
6. Menjaga kebersihan ekstra
Ini diperlukan karena bisa saja diarenya disebabkan oleh bakteri atau virus yang mudah menular. Salah satu teman dokter pernah mengingatkan untuk mencuci pakaian, sprei, dan selimut yang terkena bekas muntah atau feses dengan cairan disinfektan, misalnya produk yang dikenal sebagai pemutih pakaian.
Ini satu lagi hal yang belum semuanya mengerti, bahwa diare itu bisa menular. Banyak yang tahunya diare itu “masuk angin”, bisa all of a sudden alias ujug-ujug kena karena kecapekan jalan-jalan.
Kenyataannya, bayi bisa saja tertular diare dari orang dewasa. Demikian juga bayi mungkin dapat menularkan ke kakaknya karena biasanya anak-anak lebih sulit “dipisahkan”.
Bulan lalu saya sempat kaget karena makan dan minum bergantian dari wadah atau sendok yang sama sekeluarga ternyata juga masih ada yang menjalankan, dari kalangan ibu-ibu milenial pula. Padahal kebiasaan ini bisa mempermudah penularan penyakit.
Lebih Cermat dan Tepat Atasi Diare
Loh, mana obat alami untuk bayi diarenya? Yah, pada dasarnya memang itulah hal-hal yang perlu kita lakukan saat bayi diare. Lebih baik diare selesai secara alami, bukan dibikin mampet seketika. Dann, ketika kita tidak memberikan obat, dasarnya bukan rasa kasihan, ya. Sebelum beranjak ke soal boleh atau tidak bayi meminum obat tertentu, yang lebih penting untuk dijadikan pertimbangan adalah soal perlu atau tidak perlu.
Terkesan cuek? Enggak sayang sama anak makanya dibiarkan saja?
Enggak juga, sih. Kata Eyang Dokter Wati (dr. Purnamawati, Sp.A.(K), MM.Paed.), observasi itu bagian dari treatment juga, kok. Yang sering dikatakan sebagai home treatment seperti kompres perut dengan daun-daunan tertentu atau meminumkan racikan herbal khusus, sebenarnya justru tidak diperlukan.
Apalagi kalau sampai bikin orang tua jadi kelabakan mencari bahan ramuan yang mungkin tidak terlalu mudah didapatkan itu, yang akhirnya jadi mengaburkan perhatian dari hal yang lebih penting seperti memantau frekuensi pipis.
Bukan bermaksud tidak menghormati tradisi kearifan lokal, sih, ya…. Orang-orang tua kita toh mengajarkan kesabaran, bahkan bisa jadi mitos “mencret itu tandanya mau pinter” itu maksudnya adalah agar kita tidak terlalu panik, meskipun juga tidak tepat, sih.
Pada prinsipnya hal-hal yang perlu diperhatikan ini berlaku juga untuk orang dewasa, kok. Hanya saja, kita memang lebih sering banyak pertimbangan lain. Misalnya, bagaimana kalau tidak bekerja karena diare belum kunjung berhenti, sehingga ada kemungkinan penghasilan keluarga berkurang.
Hal inilah yang kemudian membuat kita lebih cenderung memutuskan untuk segera mengobati saja gejala diare yang timbul. Yah, terserah masing-masing, sih.
Namun, ada baiknya, seperti sering ditegaskan di Milis Sehat, tempat saya belajar banyak tentang kesehatan keluarga, kita sudah mencari tahu semaksimal mungkin akan treatment yang akan kita ambil sebelum memutuskan.
Okelah mungkin kita menganggap yang penting serahkan saja pada ahlinya. Apalagi kalau dokter sudah memberikan resep obat, terima saja, kan?
Akan tetapi, ibaratnya, beli gawai saja kita bisa berhari-hari “riset” baca dan nonton ulasan sana-sini, masa untuk urusan kesehatan kita malah kurang peduli. Tentunya pastikan juga sumber yang dibaca tepercaya, ya.
Semoga sehat selalu sekeluarga…
Sumber gambar: pikist, freesvg
saya sebagai emak kadan ggak tega liat anak meringis sakit perut kareana diare, jadi yang dipikirkan pertama kali gimana caranya biar gak diare lagi. walaupun udah tau kalo diare itu mekanisme tubuh mengeluarkan penyakit. tapi sebaiknya kapan ya kita bawa anak diare ke dokter? mungkin kalo 3 hari diare gak kunjung reda ya kak?
Mantap banget bund tips” nya sangat bermanfaat