Bertepatan dengan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli kemarin, kami mengikuti acara puncak Festival Bermain LSTEAM (Literacy, Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics) yang diadakan oleh Rumah MainSTrEAM bekerja sama dengan Reading Bugs. Setelah 21 hari para peserta berusaha konsisten bermain dengan anak-anak sambil mengajak mereka mengenali aspek LSTEAM-nya, acara ini digelar untuk merayakan kebersamaan dan semangat belajar itu.
Hari itu jadinya untuk pertama kalinya kami sekeluarga mengunjungi Dufan yang dijadikan lokasi acara. Cukup surprised juga karena awalnya acara puncak direncanakan digelar di Taman Tebet yang sedang hype itu, tetapi ternyata taman tersebut masih ditutup sampai hari pelaksanaan acara, sehingga lokasinya kemudian dialihkan. Tentang pengalaman perdana kami ke Dufan ini nanti akan dibahas lebih lanjut di post lainnya yaa, biar lebih fokus.
Acara dibuka oleh Kak Dilla, kemudian diikuti dengan sambutan dan kilas balik singkat tantangan bermain 21 hari yang sudah dijalankan. Setelah itu, ada dongeng untuk anak-anak.
Para peserta bersama keluarga yang datang kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok. Kami kebagian di kelompok oranye. Secara bergantian, tiap kelompok akan mengunjungi empat pos yang sudah disiapkan.
Di masing-masing pos ada permainan seru yang perlu dikerjakan tiap keluarga. Pada pos pertama yang kami kunjungi, kami berhasil membuat pesawat tiup.
Berikutnya kami bermain gasing, yang sampai waktunya habis belum bisa berputar sempurna, tetapi tetap seru. Ketahuan, ya, kalau memang kami pun sebagai orang tua dulu zaman kecilnya nggak pernah main gasing.
Di pos ketiga, kami merangkai mobil-mobilan tenaga pelontar karet. Saya mengambil posisi menyemangati sambil sedikit memberi petunjuk pada anak-anak, tapi memang jadinya agak ketinggalan kami selesainya dibandingkan keluarga lain yang ortunya turun tangan langsung (karena anaknya juga masih kecil-kecil).
Terakhir, mencoba menyusun menara dari sumpit. Dua pos terakhir ini bikin berpikir soal struktur konstruksi yang mesti dibuat hanya dengan mengamati contoh jadinya. Lagi-lagi kami tidak bisa membuatnya sampai selesai. Namun, kami belajar menghargai proses, bagaimana memancing anak berpikir tanpa mendikte, juga untuk tak malu bertanya jika perlu.
Ketika kembali untuk acara penutupan, ternyata masih ada satu tantangan lagi. Ini nih, yang paling jleb. Sekilas instruksinya sederhana, tiap keluarga diminta menyelesaikan puzzle, lalu yang sudah selesai bisa segera maju.
Ternyata, tidak semua anak yang maju ini tahu puzzle yang dirangkai tadi tentang apa. Ketika ditanya, hanya beberapa anak yang bisa menjawab dengan tepat. Termasuk Fathia dan Fahira, sih, hehehe. Bermodalkan kecepatan, tetapi belum tentu mengerti.
Sungguh pelajaran berharga bahwa kita perlu memahami apa yang dikerjakan. Seperti tagline-nya: ABC – Amati, Bayangkan, Cek. Jangan sekadar ikut-ikutan atau mengerjakan asal selesai tanpa berpikir lebih jauh, tetapi perlu mempertajam keingintahuan dan semangat untuk mencari tahu. Termasuk, orang tua pun harus terus mengasah kepekaan untuk membangkitkan semangat belajar anak.
Terima kasih untuk semua kakak panitia penyelenggara untuk acara seru dan menyenangkan kemarin 😍.
Wah seru banget kak