Di Balik Layar Buku Ramadhan Seru

Ternyata, begini ya rasanya coret-coretan kita yang berantakan diwujudkan dalam bentuk gambar nan imut oleh ilustrator profesional :D.

Dalam penyusunan buku Ramadhan Seru bersama Hamzah dan Syifa, kami tim penulis yang terdiri atas para anggota grup Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta (RBM IP Jakarta) memang diminta untuk menyumbang kreasi berupa cerita mini dengan tokoh yang sudah ditentukan, ide aktivitas (termasuk resep dan pembuatan craft sederhana), maupun tulisan fakta menarik terkait Islam ataupun Ramadhan. Tulisan maupun ide yang sudah disusun kemudian akan diteruskan ke editor tim untuk review dari segi konten maupun ejaan dan ke penanggung jawab visual untuk diputuskan ilustrasi seperti apa yang akan dipakai.

Continue reading

Menyambut Datangnya Sang Tamu Agung

Setiap kali bulan Ramadan berakhir, selalu terbit penyesalan di hati. Mengapa saya tak memanfaatkan momen bulan penuh ampunan ini dengan sebaik-baiknya? Sungguh banyak waktu yang saya habiskan dengan sia-sia alih-alih menambah amalan baik. Baiklah, mungkin tidak sepenuhnya sia-sia, tetapi tetap saja, ada celah tambahan amal yang saya lewatkan. Ujung-ujungnya saya bertekad agar Ramadan tahun depan harus lebih baik. Dan tentunya berdoa agar masih diberi kesempatan untuk itu.

Sering saya baca seruan untuk menghidupkan bulan-bulan lain laksana Ramadan. Maksudnya, mari memperbanyak ibadah dan menahan hawa nafsu meskipun pahala yang dijanjikan secara eksplisit tidaklah sebanyak untuk bulan Ramadan. Namun, seiring dengan berjalannya bulan demi bulan, semangat ini kembali mengendor. Kesibukan kerja dan urusan rumah menjadi pembelaan diri.

Kini Ramadan 1439 Hijriah sudah di depan mata. Tinggal menunggu penetapan pemerintah untuk memulai ibadah puasa. Sudah sejauh mana persiapan saya?

Continue reading

Indahnya Berbagi dengan Para Nenek dan Kakek di Bulan Ramadhan

Sebuah undangan masuk ke grup whatsapp. Salah satu komunitas yang saya ikuti akan menyelenggarakan kegiatan buka puasa bersama sekaligus berbagi di sebuah panti werdha atau biasa disebut juga dengan panti jompo. Mau tak mau ingatan saya melayang ke sekitar sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu milis sebuah majalah juga menggelar aksi sosial di panti werdha. Saya kira tempatnya sama, tetapi setelah dicek lagi ternyata berbeda, walaupun sama-sama di Jakarta Timur. Masih terbayang keceriaan para opa dan oma di panti werdha dulu ketika beberapa kawan mengajak beliau-beliau semua menyanyi bersama. Usai acara, sempat pula kami berkeliling sekilas, menengok sebagian penghuni yang tidak bisa beranjak keluar dari kamar dan bergabung di aula karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Jika dulu acara bernuansa riang gembira, kali itu, tanggal 11 Juni, ketika saya, suami dan anak-anak tiba di lokasi, suasananya cenderung mellow. Maklum hari sudah beranjak menjelang senja, dan gerimis pun turun. Alih-alih menyanyi bersama, para peserta sedang menyimak tausiyah dari Coach Sulis. Saat kami mulai ikut mendengarkan, Coach sedang membahas sabar dan syukur sebagai penolong. Coach Sulis mengingatkan bahwa pada keadaan tinggal bersama teman-teman sebaya yang sama-sama sudah sepuh, konflik seringkali tidak bisa dihindarkan. Sebagian peserta ikut menanggapi dengan menceritakan pengalaman mereka. Ada yang adu mulut karena giliran ke kamar mandi, ada juga yang terlibat benturan fisik gara-gara ketidaksengajaan.

Continue reading