Kliping bahasan seputar problem makan anak (cenderung ke kesulitan makan ya) ini sedikit banyak terinspirasi postingan mba Luchantiq di https://keluargasehat.wordpress.com/category/problem-makan/. Semacam nambahin aja sih berhubung beliaunya belum sempat update blog lagi kayaknya.
================================================================
Serba-serbi penyebab anak susah makan & tips praktis mengatasinya
(Ditulis bebas & dirangkum dari berbagai sumber oleh Luluk Lely Soraya I, diposting di Milis Sehat)
Problema sulit makan ini dialami anak di usia balita. Umumnya mulai ditemui pada usia anak 1-4 th. Banyak hal yang menyebabkan anak susah makan. Karena bagi anak, saat makan itu bukan hanya pemenuhan gizi tetapi juga saat penuh tantangan, rasa ingin tahu, berlatih, belajar, dsb.
Berikut sekilas bahasan penyebab anak susah makan & tips singkat mengatasinya:
1. Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.
Menu makan saat bayi (<6 bulan) yang itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yg campur aduk antara lauk pauk seperti makanan diblender jadi satu. Sama spt orang dewasa, kalau kita makan dengan menu yang sama tiap hari dan disajikan dengan campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga dengan pengenalan makanan kasar.
Tips : Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak minimal selama 1 minggu untuk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pinter-pinter-nya ibu memberikan makanan
bervariasi. Seperti kalau anak gak mau nasi, kan bisa diganti dengan roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb. Penyajian makanan yang menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dengan lauk pauknya. Hias dengan aneka warna dan bentuk. Jika perlu cetak makanan dengan cetakan kue yang lucu.
2. Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan, sehingga anak tidak merasa lapar. Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah kekenyangan.
Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat spt potongan buah, sayur kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb.
3. Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan ¨dewa¨ yang bisa menggantikan makanan utama spt nasi, sayur & lauk pauknya. Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu… Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1th, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur & buah.
Tips : Kurangi susu! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dengan berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua.
4. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya.
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yang dilakukan ortunya yang mempengaruhi perilaku makan anak. Mis. anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang
malas makan (ex. diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak gak terlatih untuk bisa makan sendiri.
Perilaku makan yang kurang pas juga seperti kebiasaan ortu ketika menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan.
Tips :
Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar & menerapkan semua hal yg ia dapat dari lingk sekitarnya, terutama ortunya. Biarkan anak mencoba
memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Gak perlu takut berantakan. Feeding is about learning.
5. Munculnya sikap negativistik”» fase normal yg dilewati tiap anak.
Pada usia >2 th, anak sering ¨membangkang¨/ tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang ¨gak mau¨, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk “independent”. Jadi batita umumnya ditandai dengan “AKU”, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya “power”.
Nah banyak ortu yang gak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada ortu yg mengancam anaknya bahkan memukul. Cara-cara
tersebut harus dihindari. Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya). Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Tips : Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah ortu yang otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yang baik dengan anak. Bersabarlah menghadapi anak. Kan rumah adalah ¨madrasah¨ pertama & utama bagi anak.
5. Anak sedang sakit / sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan karena anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan “cerewet”, maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.
Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yang baik. Jangan paksakan anak kalau gakmau makan. Beri makanan ringan yang padat kalori, seperti makaroni skutel, dsb.
Yang jelas dan perlu diingat baik2 oleh tiap ortu adalah
Seberapa pun anak gak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan! Selama mentalnya sehat.
Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.
Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, bina komunikasi yg baik, terus belajar menjadi ortu & memahami kondisi anak, dan bersabar.
Sumber artikel :
– https://keepkidshealthy.com/category/child-nutrition/
– American Academy of Pediatrics (www.aap.org) : Understanding your Toddler’s Diet
– KidsHealth: Feeding Your 1- to 2-year-old\
– AskDrSears: Feeding Toddlers: 17 Tips For Pleasing The Picky Eater
– American Dietetic Association: Feeding Infants and Toddlers Under Two Years
– Food Guide Pyramid (http://www.keepkidshealthy.com)
=================================================================
Postingan mba Andien A. di fb yang menegaskan lagi perlunya beberapa hal sebagaimana diingatkan oleh dokternya, yang sebetulnya di berbagai grup kesehatan anak juga sudah disarankan tapi praktiknya ya gitu deh (saya termasuk yang masih suka angin-anginan mraktikinnya, hehehe).
18 December at 16:10 ·
Kata dokter
Setelah saya curhat ngalor ngidul soal BB anak. Dokter akhirnya memberikan saya cara. Cara ini asli sebenernya pernah saya baca. Hehe di mana? Pertama kali saya belajar di AIMI. Tapi tidak saya terapkan karena saya berpikir pesimis duluan.
Dokter bertanya banyak hal. Di antaranya bagaimana cara saya kasih asupan? Saya jawab disuapin sambil diajak jalan2, digendong, main, dan lihat tv. Bagaimana ngasihnya saat awal mpasi dulu? Saya jawab dipangku. Dipangkunya hadap mana bu? Hadap ke depan. Sambil lihat apa kira2 anaknya atau sambil ngapain saat dipangku? Saya jawab, lupa dok tapi sepertinya sambil main dan lihat ke arah lain.
Masih pake popok? Saya jawab masih dok. Ok tes ISK ya. Ini kok di bawah garis merah harus dipertanyakan nih.
“Iya dok pernah tes mantoux hasilnya negatif.”
Oke… coba terapkan cara saya. Saya optimis pasti BB nya terkejar.
Bangun pagi jangan diberi ASI. Makan. Satu porsi. Habis gak habis tetapkan waktu hanya 30 menit. Tidak boleh lebih. Kalo sudah selesai jangan diberi makan atau camilan. Cukup air putih saja hingga 2 jam ke depan. Setelah 2 jam beri camilan (atau camilan dan susu tinggi kalori* bagi yang membutuhkan susu kalo tidak maka ya camilan). Setelahnya kosongkan 2 jam. Setelahnya makan utama. 2 jam lagi camilan. 2 jam lagi makanan utama. Baru mau tidur malam beri ASI kalau mau nyusu. Dst gitu. (Anak saya 2y3bln dalam proses penyapihan).
“Dokk.. tapiiiiii… bukankah yang harus dikejar target naik BB? kalau pake cara duduk manis dia gak mau mangaaap.. gimana dong kalo gak mau makan? Bb nya gak naik dong cepet”
“Makanya ajari dia laparr. Lama2 dia akan paham pola itu. Dia yang akan ikut aturan.”
“Tapi dok.. ini targetnya ngajari pola makan dong dok. Bukan naikkin bb. Lalu gimana BBnya yang harus naik ngejar?”
“Saya dapat ilmu ini dari workhsop ahli gizi bu.. sudah dibuktikan. Jadi gini.. jika pola makannya baik maka bb nya akan ikut terkejar. Terap kan saja polanya gitu. Mungkin awalnya susah. Biasanya hanya 2 minggu susahnya. Lama2 anak akan ngertii. Kapan dia lapar. Kapan waktunya makan. Oh kalo aku ga ngabisin seporsi maka aku harus nunggu 2 jam lagi untuk makan dan itu laper. Cara gini juga baik untuk anak yang suka picky eater dan Gtm. ”
“Dok.. susaaah. Hiks. Saya apa bisa?”
“Pasti bisa bu. Wes to. Cobaa dulu. Tapi harus disiplin. Makanya nanti rabu kontrol kita lihat perkembangannya”
“Dok..lalu kalo dia gak ngehabisin target satu porsi gimana?”
“Makan lebih dari 30 menit itu bikin anak gak paham apa arti makan. Sering bikin anak malah ga suka makan. Makan jadi sebuah rutinitas yang gak menyenangkan. Karena harus dipaksa habis. Berjam jam pula. Lagian kalo ibu nyuapin 2jam makan apa menjamin makan selanjutnya anak akan lapar? Wong makannya sendiri aja 2 jam.”
“Dook saya takuut anak saya jadi gak naik bb-nya”
“Hahaha (ketawa renyah dokternya) . Monggo saya serahkan semua sama ibu. Kalo ibu gak percaya ilmu yang saya dapat gak papa. Pake cara ibu sendiri juga gak papa. Tapi ilmu ini dari ahli gizi dan sudah dibuktikan”
“Ya ya dok. Oke deh saya coba” hehe
“Ini Anak pertama kah bu?
“Iya”
“Nanti anak selanjutnya kalo awal mpasi ajari jangan hadap ke mana2. Tapi hadap ke depan ibunya. Biar dia fokus pada makan.”
“”Hehe oke dok”
“Eh dok. Yang benar aja kontrolnya rabu. Rabu depan? Ini jumat. Berarti sisa 4hari. Emang bisaa naik kah dok secepet itu?”
“haha apa mau opname? Saya pasang sonde dan saya kasih kalori sesuai target? Hehe saya aja bisa naikkin bb anak dalam waktu 5 hari dengan masang sonde dan kalori sesuai target.”
Saya kaget “Apa dok? Opname? Kenapa harus opname?”
“Karena kalo opname di bawah pengawasan saya. Anak akan dipantau trus asupannya. Per berapa jam harus masuk sekian kalori . Makanya saya aja bisa. Ibu pasti bisa. Hehe”
(eh dokternya ketawaa trus selama saya tanya. Hehe. Saat saya tanya “kenapa ketawa dok? Ada yang lucu?”
“Hahaha enggak saya lihat ibu ini panik mukanya”
“Iya lah dok. Gimana gak panik berbulan bulan mikirin bb anak”
“Hahaha” eh ketawa lagi dokternya hehe
****
Ya jadi saya harus berjuang lagi. Hehe. Dari percakapan tadi, kebanyakan pikiran saya pesimis nerapinnya. Tapi dokter bilang pasti bisa berkali2. Tinggal saya nya aja yang mau nerapinnya apa gak. Ya gak?
29 December 2015